Chereads / SEGITIGA TOXIC / Chapter 27 - Penggemar Rahasia Cika

Chapter 27 - Penggemar Rahasia Cika

Cika tersenyum.

"Biasalah baru saja dapat kejutan dari penggemar rahasia," sahut Elen.

Fany ikut tersenyum mendengar kabar itu, sementara Cika masih bingung diapa yang sudah mengirimkan sereal itu untuk dirinya, dan dari mana si pengirim tahu bahwa Cika snagat suka makan sereal saat pagi hari?

Terlepas dari rasa penasaran yang menghantui dirinya, Cika segera pergi ke kampus untuk mengikuti kelas pagi, ia dengan tergesa-gesa berlari menaiki beberapa anak tangga untuk menuju kelasnya yang berada di lantai ke-2.

"Brrrakkkk!" suara buku terjatuh.

Tanpa disadari, Cika menabrak seorang dosen dari program studi lain yang tepat pada saat itu tengah berjalan dihadapannya hendak kembali ke ruang dosen. Setelah menyadari bahwa yang tidak sengaja ia tabrak adalah seorang dosen, dengan rasa malu dan bersalah, Cika dengan segera mengambil buku-buku yang berjatuhan di lantai kemudian menyerahkan kembali ke dosen tersebut.

"Kamu ini hati-hati, kenapa terburu-buru seperti itu?" tanya dosen itu.

"Maaf Bapak, saya tidak sengaja, saya terburu-buru takut terlambat," jawab Cika.

Dosen itu melihat Cika yang pada saat itu sangat ketakut serta nafas Cika yang tidak beraturan, tanpa berkata apa-apa, dosen itu meninggalkan Cika. Melihat dosen tersebut sudah berjalan meninggalkannya, Cika dnegan segera kembali berlari menuju kelasnya.

"Tok tok tok," ketuk Cika.

Tidak ada jawaban, Cika membuka pintu kelasnya, tetapi ia tidak melihat siapapun. Cika bingung sendirian, seingatnya kelas 207 adalah kelas yang akan digunakan untuk mata kuliah pada pagi hari ini. Dengan rasa bimbang Cika membuka jadwal mata kuliahnya, dan melihat bahwa tepat pada pagi ini adalah jadwal mata kuliah praktikumnya.

"Astaga! Cika lo bodoh banget ya!" ucap Cika.

Mengetahui bahwa hari ini adalah jadwal praktikum, Cika kembali berlari lagi ke gedung sebelahnya, itu adalah gedung labrotarium bersama. Keringatnya sudah membasahi tubuhnya, peluhnya sudah menghapus beberapa goresan bedak tabor di pipi, dahi dan dagunya.

"Memalukan sekali," gerutu Cika.

Ini adalah hari pertamanya untuk kelas praktikum komunikasi, tetapi ia telat. Sampai di laboratorium, Cika membuka pintu dan melihat semua temannya sudah duduk rapi tepat di tempat mereka masing-masing. Sampai pada akhirnya, seorang asisten praktikum menghampiri dirinya.

"Kenapa terlambat?" tanyanya.

Terdengar suara asisten praktikum itu tidak asing lagi untuk Cika. Cika mendongakkan kepalanya, dan melihat Irgi di hadapannya. Dengan sangat terkejut Cika menjawab pertanyaan yang Irgi ajukan.

"Maaf saya kesiangan," jawab Cika.

Ini adalah kelas praktikum, mau tidak mau Irgi dan Cika harus tetap professional. Walaupun sebenarnya ingin sekali Irgi untuk mempersilahkan Cika masuk dan tidak memperdulikan keterlambatan yang Cika lakukan, tetapi tidak bisa.

Untuk menjaga integritas dirinya di hadapan dosen pengampu mata kuliah praktikum yang telah mempercayai dirinya, Irgi terpaksa menghukum Cika dengan memberikan Cika tugas tambahan dan harus dikumpulkan sore hari ini juga.

Dengan bola mata tertegun Cika tidak percaya bahwa Irgi yang katanya menyukai dan mnegangumi dirinya malah menambah beban tugasnya di hari ini. Setelah Irgi mempersilahkan Cika masuk, tanpa basa basi Cika dengan segera langsung duduk dengan raut wajah kesal.

"Baik kita abaikan yang baru saja terjadi, kita lanjut ke pembahasan," ucap Irgi.

Hari itu, Cika berpikir ulang untuk memberikan Irgi ruang dalam hidupnya, rasa kesal, emosi dan ketidakpercayaan pada perasaan yang smepat Irgi ungkapkan menjadi dinding pemisah antara niat Cika untuk memberikan kesempatan agar Irgi bisa mendekatinya.

Sekitar 1 jam 30 menit praktikum yang di asistenkan oleh Irgi berlangsung dan selama mata kuliah itu, Cika ingin sekali rasanya segera keluar dari kelas dan dapat menghirup udara segar di luar tanpa harus menatap ke depan dan melihat Irgi dengan gayanya yang sedang menjelaskan.

"Baik pertemuan kita cukup sampai disini, saya harap kalian tidak lupa dengan asistensi yang sudah saya berikan, dan sampai jumpa minggu depan, silahkan boleh meninggalkan ruangan," ucap Irgi.

Cika adalah orang pertama yang keluar dari dalam laboratorium itu kemudian menutup kembali pintu lab dengan sangat kuat ditambah dorongan angin, alhasil pintu itu tertutup dan mengeluarkan suara seperti dibanting.

Semua mata tertuju kepada Cika, Cika tidak memperdulikannya.

Setelah mata kuliah praktikum ini, Cika masih ada mata kuliah yang lain, dari pada harus membuang waktu kembali ke kos, alhasil Cika memilih untuk terus berada di kampus. Taman kampus adalah sasaran utama untuk para mahasiswa yang sednag menunggu jam mata kuliah selanjutnya.

Cika berusaha untuk tidak mengingat kejadian yang membuat moodnya berantakan. Ia menghela nafas dan membuka laptonya, mencari beberapa referensi untuk menyelesaikan tugas yang Irgi berikan sebagai hukuman.

Irgi datang dari belakang Cika seraya menyodorkan sebuah minuman dan berkata, "Minum dulu."

Cika menoleh, ia melihat Irgi di belakangnya, tetapi ai tidak merespon atau mengambil minuman yang Irgi berikan, saat itu Irgi paham. Bahwa Cika sedang tidak ingin diganggu olehnya. Mungkin karena rasa kesal dan marah yang diakibatkan oleh hukuman yang Irgi berikan kepada Cika.

Tetapi Irgi tidak memilih untuk meninggalkan Cika. Irgi duduk di dekat Cika dan meletakkan minuman yang telah ia bawa di hadapan Cika. Beberapa kali Irgi mempertanyakan sesuatu tetapi Cika tidak menjawab pertanyaan itu. Hal ini tidak membuat Irgi beranjak pergi dari dekat Cika. Padahal hal itu yang Cika inginkan.

"Lo bisa gak sih diam saja?" tanya Cika.

Terlihat emosi dari wajah Cika yang ditunjukkan kepada Irgi, apa lagi suara Cika dengan nada tingginya. Irgi hanya tersenyum, setelah itu ia malah mempersilahkan Cika untuk minum terlebih dahulu.

"Aku minta maaf ya, itu kan bagian dari professional kerja saja," ucap Irgi.

Bukannya mengiyakan permintaan maaf dari Irgi, Cika malah membuang muka dari Irgi. Melihat sikap Cika yang terus saja membuang muka kepadanya, Irgi menawarkan diri untuk membantu Cika mengerjakan tugas yang diberikan olehnya.

"Gimana sarapan serealnya? Suka?" tanya Irgi.

Cika menghentikan jentikkan jarinya dari atas laptop. Sempat terpikir dan terlintas dalam pikiran Cika bahwa sereal box yang diterima oleh Cika adalah kiriman dari Irgi. Ingin rasanya Cika mempertanyakan kiriman sereal box itu.

5 menit suasana menjadi hening yang terdengar hanya kicauan burung.

"Sereal itu dari kamu?" tanya Cika.

Irgi tersennyum.

"Ditanya malah senyum, aneh!" ucap Cika.

"Iya, maaf baru sempat dikirim, sebenarnya sudah dari kemarin lusa," ucap Irgi.

Cika masih terus berpikir, dari mana Irgi tahu bahwa Cika menginginkan sereal langka itu? Akhirnya karena rasa penasaran yang Cika miliki lebih besar dari pada rasa kesalnya, Cika mempertanyakan hal itu. Menedengar pertanyaan Cika, Irgi seperti biasa masih tersenyum juga.

"Lo bisa gak sih kalau gue tanya tuh langsung jawab saja!" ujar Cika dengan nada suara tinggi.