Chereads / SEGITIGA TOXIC / Chapter 14 - Di Penghujung Malam

Chapter 14 - Di Penghujung Malam

Lucky akhirnya terus berusaha untuk membantu Elen, melihat Lucky yang sepertinya tulus membantunya, alhasil Elen mengiaykan bantuan dari Lucky. Dalam hati ingin sekali rasanya Elen berkata bahwa apa yang dilakukan Lucky terbilang sangat lucu. Sebab sebagai dosen Lucky yang sudah memberikan tugas tambahan itu kepada Elens ebagai hukuman. Tteapi di luar dari tugasnya sebagai dosens, Lucky ingin dirinya bisa berteman dengan Elen, bahkan membantu Elen untuk menyelesaikan tugasnya.

Elen hanya memperhatikan bagaimana cara Lucky membantu dirinya,s ekitar 3 jam mereka habiskan bersama di dalam perpustakaan kota. Akhirnya setelah semua tugas Elen selesai, Elen pamit akan pulang duluan. Pada saat itu, Lucky juga ikut beranjak dari tempat duduknya, Elen bingung apakah Lucky juga akan ikut keluar dari perpustakaan kota itu?

"Pak Lucky juga mau pulang?" tanya Elen.

Lucky mengangguk.

Akhirnya mereka berjalan keluar dari perpustakaan kota. Naasnya, saat itu hujan tiba-tiba saja mengguyur jalan kota, hampir sedikit orang yang berlalu lalang di tepi jalan apa lagi di tengah jalan. Kendaraan beroda dua juga ternilang tidak ada, karena beberapa orang akan lebih memilih untuk berhenti ketika hujan turun dari pada melanjutkan perjalanan.

"Yah hujan," gerutu Elen.

Lucky melihat Elen yang saat itu tengah menatap hujan yang turun dengan deras bahkan membuat pakaiannya basah karena harus terkena hempasan angin yang membuat air hujan juga ikut terhempas. Lucky yang saat itu tengah berdiri di dekat Elen, menawarkan sebuah tumpangan.

Kebetulan pada malam itu, Lucky membawa mobilnya, Elen menolak ajakan Lucky. Karena ia tidak mau dirinya mempunyai hutang budi lagi kepada Lucky, menurutnya semaunya sudah impas, tetapi Lucky memaksa, lucky juga tidak tega meningalkan seorang perempuan sendirian di depan perpustakaan kota yang sebentar lagi seperrinya akan tutup.

"Ikut saja," ajak Lucky.

Elen masih bingung, benar apa yang dikatakan oleh Lucky. Hari sudah malam, Elen juga tidak mau kejadian yang sama saat ia pulang terlambat karena menolong Lucky waktu itu terjadi lagi saat malam ini. Apa lagi, saat ini hujan sedang turun. Jika bukan di dalam kostnya lantas Elen harus tidur dimana lagi? Apakah perlu ia datang dalam keadaan basah kuyup kemudian gerbang kost sudah ditutup dan harus emmanjat gerbang lagi?

Akhirnya Elen mengangguk ajakan Lucky, tetapi yang ia bingungkan adalah abagaimana dengan motor yang ia abwa saat itu ke perpustakaan kota? Alhasil, Lucky menawarkan agar motornya di antarkan oleh supir Lucky besok pagi tepat sebelum waktu masuk kuliah. Melihat niat baik Lucky, Elen mengiayakannya.

Lucky mempersilahkan Elen untuk masuk ke dalam mobilnya, Elen akhirnya masuk ke dalam mobil Lucky tepat di samping Lucky. Selama perjalanan pulang menuju kost Elen, Lucky hanya fokus untuk mengendarai mobilnya, semenatara Elen terlihat sangat mengantuk dengan memeluk beberapa lembaran di dalam pelukannya.

Lucky melirik bola mata Elen yang semakin lama semakin menutup. Alhasil, Elen tertidur di dalam mobil Lucky, tanpa Elen sadaari ia menjatuhkan kepalanya tepat ke pundak Lucky. Setelah itu, Lucky bingung apakah ia harus membiarkan kepala Elen yang ada di pundaknya atau harus membangunkan Elen dan memindahakan kepalanya.

Karena tidak mau mengganggu istirahat Elen, Lucky membiarkan Elen menjatuhkan kepalanya pada pundaknya. Hal ini terus berlanjut sampai akhirnya Elen dan Lucky tiba tepat di depan kost Elen. Saat itu Elen belum juga membuka mata, Lucky akhirnya dengan terpaksa membangunkan Elen.

"Iya maaf," ucap Elen.

Saat mendengar suara Lucky yang membangunkan dirinya, Elen melihat dirinya yang saat itu tengah menjatuhkan kepalanya di pundak Lucky. Akhirnya Elen dengan segera mengangkat kepalanya itu, setelah itu Elen  mengucapkan terima kasih kepada Lucky atas kebaikan yangs udah Lucky lakukan. Elen masuk ke dalam kost dan meninggalkan Lucky yang saat itu masih melihat langkah kaki Elen yang masuk ke dalam kostnya.

Lucky tersenyum, ia merasa bahwa Elen adalah anak yang baik tetapi sedikit brutal. Bahkan Lucky menganggap bahwa elen adalaha anak yang aneh, mahasiswa semester akhir yang saat ini sedang mempersiapkan skripsinya, terkadang murah senum dan banayak omong tetapi sangat ganas ketika marah.

Lucky mengakhiri senyumannya setelah bayangan Elen sudah tidak terlihat lagi. Terlepas dari Elen yang masuk ke dalam kostnya, Lucky melanjutkan perjalanan pulang menuju ke rumahnya. Letak rumah Lucky terbilang lumayan jauh sekitar 25 menit dari kost Elen. Saat Lucky hendak turun dari mobilnya, ia melihat dompet berwarna coklat susu berada di kyrsi samping pengemudi, ia membuka dan melihata da kartu identitas mahasiswa milik Elen.

Itu artinya dompet itu milik Elen.

Lucky berniat akan mengembalikan dompet itu besok hari saat berada di kampus. Kebetulan besok ia ada jadwal mengajar sekitar 2 jam, setelah itu ia harus pergi ke kantornya untuk melakasanakan rapat kerja dengan beberapa pemegang saham di kantornya itu.

Malam itu berakhir seperti sebuah cerita di dalam FTV bagi Elen, Elen yang saat itu sedang bersih-bersih dan menatap dirinay di depan cermin tiba-tiba saja tersenyum sendiri. Cika melihat ekspresi wajah menggelikan itu dari pantulan wajah Elen di cermin.

Alhasil Cika terus memantau apa yang saat itu sedang Elen lakukan. Cika akhirnya bertanaya apa yang membuat Elen begitu bahagia? Padahal Cika tahu abhwa Elen baru saja datang dari perpustakaan kota untuk menyelesaikan tugasnya. Tetapi kenapa malah tertawa? Bukankah sebelum pergi ke perpustakaan kota Elen bercerita bahwa dirinya sangat kesal?

"Kenapa lo?" tanya Cika.

Elen melihat Cika lewat cermin di hadapannya, sontak saja pertanyaan Cika membuat senyjm elen berhenti tersungging. Tiba-tiba saja Cika bertanya lagi, dan akhirnya Elen malah tertawa sangat lepas. Cika semakin bingung apa yang sedang Elen sembunyikan darinya.

"Kesambet setan apa lo?" tanya Cika.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Cika, Elen terus saja tertawa. Aneh sekali menurut Cika, akhirnya Cika beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Elen. Cika memukul Elen, Cika takut Elen kerasukan setan di tengah jalan, karena tidak biasanya Elen akan tertawa terbahak-bahak seperti itu tanpa mengalami hal konyol. Tapi tawa Elen kali ini terlihat sangat berbeda, seperti sedang berada di dalam dunianya sendiri.

"Pok!" Cika memukul Elen.

"Aduh, sakit woy!" teriak Elen.

"Lagian lo ditanyain malah ketawa, kan aneh," ucap Cika.

Elen malah kemabli ketawa, Cika bingung. Alhasil, Elen menceritakan semua hal yang ia alami selama berada di dalam perpustakaan kota bertemu dengan Lucky sampai Lucky membantunya mengerjakan tugas dan mengantarkan dirinya pulang. Masih dengan tawa terbahak-bahak, akhirnya karena geram Cika menyuruh Elen untuk berhenti tertawa.

"Cerita dulu, baru ketawa," ucap Cika.