Dengan rasa kesal dan tidak nyaman karena harus bertemu dengan Lucky di dalam perpustakaan kota, mmebuat Elen ingin segera menyelesaikan tugasnya di dalam perpustakaan kota itu. Tanpa pikir panjang lebar lagi, Elen segera mencari sumber yang hendak ia jadikan sebagai pedoman dalam pembuatan tugasnya kali itu. Entah kenapa tiba-tiba saja Elen merasa bingung pada bagia isi dari tugasnya.
Elen beranggapan bahwa untuk menyelesaikan tugas itu tidak cukup hanya berasal dari satu referensi buku saja. Tetapi, ia juga harus bisa mengkombinasikan jawaban dari referensi buku yang lainnya. Setelah itu, Elen pergi ke sebuah rak yang sama tempat ia mengambil buku itu sebelumnya.
2 sampai 3 kali Elen kembali ke tempat yang sama, Elen tidak menyadari bahwa Lucky dari tadi sedang memperhatikan apa yang tengah Elen lakukan. Dari kejauhan, Lucky melihat wajah Elen yang cemberut seraya membuka setiap lembar beberapa buku pedoman yang telah ia pilih itu.
Setelah mengambil beberapa buku dengan referensi dan penulis yang berbeda, alhasil Elen duduk dan berusaha tenang untuk menyelesaikan tugasnya. Saat itu, Lucky dengan sengaja beranjak dari tempat duduknya dan mengahmpiri Elen yang saat itu berada di sudut ruangan itu.
"Boleh saya duduk disini?" tanya Lucky tiba-tiba.
Elen menoleh kepada Lucky yang saat itu berada di hadapannya dengan wajah tersenyum seperti sedang memohon agar Elen mengizinkan dirinya untuk berada di tempat itu. Alhasil, karena Elen juga tidak mau membuang waktu terlalu banyak hanya untuk memikirkan apakah Lucky boleh berada di dekatnya atau tidak. Elen mengiyakan pertanyaan Lucky dengan rasa terpaksa dan wajah yang masih fokus kepada tumpukan buku yang telah ia pilih.
Seperti sedang tidak ingin menatap wajah Lucky, sementaraa Lucky paham apa yang tengah Elne lakukan, saat malam hari seperti ini di dalam perpustakaan kota dengan banyaknya tumpukan buku. Lucky berusaha untuk memulai topic pembicaraan dengan Elen yang saat itu terlihat kebingungan.
"Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Lucky kepada Elen.
Elen sekali lagi menoleh kepada Lucky, tetapi dengan memasang wajah tidak peduli, Elen tidak menjawab pertanyaan Lucky. Dalam hati Elen sangat kesal, ingin rasanya ia mengatakan bahwa ia saat itu sengat kesal dan ingin meluapkan semua amarahnya kepada Lucky. Tetapi sayangnya, Elen paham bahwa sekalipun itu berada di luar kampus, ia tidak bisa semena-mena kepada Lucky, yang saat ini sudah berstatus sebagai dosennya.
"Apakah kamu sedang mengerjakan tugas tambahan dari saya?" tanya Lucky.
Ini adalah pertanyaan kedua dari Lucky.
"Lebih tepatnya hukuman, Pak," jawab Elen.
Terdengar suara Elen yang sedang kesal dan tidak menerima kehadiran Lucky di dekatnya. Lucky adalah dosesn muda yang dijadikan sebagai dosen pengganti mata kuliah perkembangan komunikasi dan teknologi di semester ini. Lucky memang bukan lulusan dari program studi ilmu komunikasi tetapi, Lucky cukup terkenal bahkan diakui memiliki public speaking yang sangat baik.
Selain itu, diketagui bahwa beberapa kali Lucky menjuarai beberapa lomba komunikasi luar negeri tingkat nasional maupun internasional. Hal ini dibuktikan dari beberapa piagam pernghargaan dan piala yang terpangpang nyata di sudut kamarnya. Itu sebabnya, beberapa keputusan menetapkan Lucky sebagai dosen penggabti. Selain link untuk bergabung sangat mudah karena ia adalah anak daris eorang rektor, ia juga pandai dalam mengatur waktu untuk membagi waktu anatara pekerjaannya di perusahaan yang saat ini sedang ia rintis dengan menjadi seorang dosen di kampusnya.
Sebenarnya perusahaan yang saat ini sedang dipegang oleh Lucky adalah perusahaan yang sudah lama sekali tidak berjalan karena adanya sebuah hambatan dari salah satu orang dalam keluarga Lucky, tetapi kali ini Lucky berani mengambil peran dan aktif untuk memulai bisnis tersebut.
Salah satu perusahaan ekspor impor minyak dan gas bumi adalah perusahaan yang Lucky pegang saat ini. Tidak banyak yang tahu, jika keluarga Lucky adalah salah stau keluarga yang terbilang sangat sukses di masa lalu kerika berperang melawan tingginya tingkat gejolak ekpor impor.
Sampai akhirnya beberapa hambatan terjadi dan membuat keluarga Lucky menghentikan bisnis tersebut, dan saat ini Lucky yang meneruskannya. Menjadi seorang CEO sekaligus dosen di salah satu kampus besar di ibu kota membuat Lucky harus berpikir banyak hal, tetapi karena Lucky adalah orang yang disiplin waktu dan sangat teliti, maka hal ini adalah hal yang mudah baginya. Apa lagi perusahaan Lucky sudah memiliki beberapa pegawai yang siap ikut berkontribusi dan memajukan perusahaan mereka.
Hal ini adalah hal yang tidak diketahui banyak orang termasuk Elen yang saat itu masih mengira bahwa Lucky adalah laki-laki yang ia temui dan ia bantu, tetapi di balik ketidakberdayaannya saat itu. Kini, Lucky malah menjadi laki-laki yang tidak tahu berterima kasih.
Mendnegar jawab Elen, alhasil Lucky paham apa yang saat itu sedang Elen rasakan, Lucky merasa bersalah, akhirnya Lucky mengambil beberapa buku dari sekian banyaknya tumpukan buku yang ada di hadapan Elen itu. Ia membuka salah satu bab yang ia rasa hal ini akan membantu Elen untuk menyelesaikan tugas tambahan darinya.
Lucky membuka bab itu dan memberitahu Elen, Elen memperhatikan bagaimana cara Lucky menyodorkan bab itu kepadanya. Elen melirik bebraapa tulisan di bab itu, tetapi, hal ini tidak cukup membuat dirinya beranggapan bahwa Lucky adalah orang baik. Sebenarnya jauh dari pendaoat Elen tentang kepribadian Lucky. Lucky sedikit merasa bersalah kepada Elen, karena ia sadar bahwa dirinya memiliki hutang budi kepada Elen.
"Tidak perlu, Pak. Saya bisa," ucap Elen.
Secara tidak langsung Elen menolak bantuan Lucky, hal ini mmebuat Lucky kembali merasa bahwa Elen terlanjur kecewa kepada dirinya. Tanpa pikir panjang dan perlu basa-basi lagi, Lucky mengucapkan kata maaf kepada Elen. Mendnegar ucapan maafa terucap dari mulut Lucky membuat Elen bingung dan tidak percaya, ternyat Lucky cukup paham dengan apa yang Elen rasakan, sepertinya Lucky paham karena sikap Elen yang acuh kepadanya.
"Pak Lucky tidak perlu meminta maaf, saat ini kita adalah dosen dan mahasiswa, jadi sebagaimana tugas seorang dosen, ketika mahasiswanya tidak mengerajakan tugasnya dengan baik, maka hukuman adalah suatau hal yanga wajar," ucap Elen.
Elen mengatakan hal itu tanpa menatap ataupun melirik kepada Lucky, Elen masih fokus dengan buku dan tangannya yang terus saja mengetik di atas keyboard laptopnya dan sesekali menatap layar laptopnya itu. Setelah itu, Lucky membertitahu sesuatu.
"Kita ada di luar lingkungan kampus, anggap saja saya adalah teman anda," ucap Lucky.
Elen merasa bahwa Lucky sedang menawarkan sebuah hubungan pertemanan. Hal ini mebuat Elen merasa sedikit bahagia, setidaknya Lucky merasa bahwa ia bersalah dan ingin memiliki hubungan walaupun sebagai seorang teman. Melihat hal ini, Elen menggunakannya sebagai salah satu bahan obrolannya dengan Cika dan Fany.