Elen melihat Lucky, laki-laki yang sempat ia bantu saat kecelakaan beberapa waktu lalu. Dalam hati Elen bertanya-tanya apakah Lucky dosen pengganti mata kuliah di kelasnya saat ini? Sontak saja Elen terlamun dalam beberapa menit. Bukan kesan buruk yang ia rasa sedang Lucky dapatkan, tetapi bingung sama seperti yang sedang Elen rasakan.
"Masuk," ucap Lucky.
Elen masih terdiam dan terus saja menatap Lucky yang saat itu berdiri di hadapannya dengan pakaian rapi dan terlihat sangat berwibawa. Melihat Elen yang terus terdiam bahkan tidak melangkahkan kakinya sama sekali membuat Lucky menghampiri Elen dan menggerak-gerakkan tangannya di hadapan Elen.
Semua teman di dalam kelas Elen memperhatikan apa yang saat itu sedang Elen dan Lucky lakukan. Beberapa diantara mereka berkomentar bahwa ketampanan Lucky membuat Elen terdiam dan tidak bisa melakukan apa-apa.
"Kamu mau masuk atau mau tetap disitu?" tanya Lucky.
Pertanyaan Lucky yang kedua kalinya membuat Elen sadarkan diri dan mengedipkan matanya. Semua mahasiswa melihat tingkah konyol Elen. Setelah itu masih dengan tatapan mata yang kacau, Elen berjalan menuju tempat duduknya. Saat Elen hendak meletakkan bokongnya di tempat duduknya, tiba-tiba saja Lucky menuyuh Elen untuk bangun dan mengumpulkan tugas yang sudah diberikan oleh dosen sebelumnya di meja dosen depan kelas.
Seperti orang latah, Elen mencari tugas yang sudah ia kerjakan untuk mata kuliah pagi ini. Tetapi, ia tidak menemukannya, ternyata karena terburu-buru, ia lupa mengganti tas yang ia bawa saat itu. Alhasil, Elen mendapatkan hukuman di mata kuliah pagi itu. Elen diperkenankan untuk meninggalkan kelas dan mengerjakan tugas baru yang Lucky berikan dengan total tugas 2 kali lipat dari sebelumnya.
"Hah?" ucap Elen.
Tidak ada senyum dari wajah Lucky, alih-alih meminta keringanan tugas, Lucky malah menambah tugas Elen menjadi 3 kali lipat. Hal ini membuat Elen kesal, tanpa pikir panjang, Elen meninggalkan kelasnya dan segera berlari menuju perpustakaan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
Dalam hati Elen terdapat rasa kesal yang berlebihan kepada Lucky, bagaimana tidak? Elen merasa Lucky tidak tahu berterima kasih kepadanya, sebab karena saat ini Lucky sudah menjadi dosen pengganti dari dosen sebelumnya, lantas Lucky melupakan apa yang sudah Elen lakukan untuknya.
"Dasar gak tahu diri!" ucap Elen.
Elen membuka pintu perpustakaan dan duduk di tempat biasa ia mengerjakan tugasnya di dalam perpustakaan. Dengan rasa kesal dan uak kepada tingkah laku Lucky yang terlihat seperti orang yang tidak tahu diri, Elen membuka lembar kerja yang diberikan oleh Lucky kepadanya. Terlihat alis Elen yang menyatu menjadi satu menggambarkan bahwa ia sangat kesal dan tidak menyukai Lucky.
Sementara Lucky di dalam kelas melanjutkan pembelajaraannya. Itu adalah hari pertama Lucky menginjakkan kakinya di wilayah kampus yang ayahnya pimpin. Saat itu, hampir semua mahasiswi di dalam kampus melirik ke Lucky, mereka mengira bahwa Lucky adalah mahasiswa baru di kampus itu.
Tetapi ketika melihat Lucky masuk ke dalam ruang dosen dan kendaraannya terparkirkan di area dosen dan jejeraan dekanat, membuat para mahasiswa menebak-nebak bahwa Lucku adalah dosen di salah satu program studi di kampus itu.
Beberapa mahasiswi yang belum tahu bahwa Lucky adalah seorang dosen, sontak saja memperhatikan setiap langkah kaki Lucky. Lucky tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, bahkan Lucky juga tidak risih dengan hal ini. Hal ini terlihat seperti sangat biasa untuk Lucjy, bajkan ketika hari pertmanya berada di kampus membuat namanya menjadi tranding topic di kampus itu.
"Ih katanya anak rektor," bisik seseorang.
Dua orang mahasiswi lewat di dekat Elen yang saat itu tengah fokus mengetik tuganya, akhirnya Elen menghentikan jentikan jari jemarinay di atas keyboard laptop dan membuka telinganya untuk mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh yang lainnya. Saat itu, Elen mendnegar bahwa mereka memuji Lucky yang baik hati, ramah dan sangat tampan.
Bahkan hampir di seluruh tempat yang saat itu Elen lewati mereka membahas Lucky. Dalam hatinya, Elen berpikir mereka tidak tahu saja seperti apa sifat asli Lucky yang tidak tahu berterima kasih, menurut Elen. Hal ini juga membuat Elen semakin jengkel ketika mengetahui ada banyak tugas yang tidak dapat mengambil referensi dari buku yang ada di perpustakaan itu. Alhasil, karena harus menemukan bukti cetaknya, Elen memutuskan untuk ke perpustakaan kota saat malam hari.
Pukul 19.15 malam.
Tepat saat itu, malam hari angin sangat berhembus dengan kencang. Bahkan saat Elen sampai di perpustakaan kota, Elen langsung memarkirkan sepeda motornya kemudian, segera masuk ke dalam perpustakaan kota. Masih tetap sama, dengan raut wajah yang muram. Elen membuka pintu perpustakaan kemudian ia masuk dan segera encari buku yang ia inginkan.
"Krekkk," suara pintu terbuka.
Elen melihat ketika pintu itu terbuka, ia melihat seorang laki-laki dengan hoodie putih dan sepatu hitamnya, orang itu berjalan mendekati Elen. Sampai saat itu, Elen belum tahu siapa laki-laki itu. Tetapi, saat ia menoleh untuk kedua kalinya, setelah itu Elen baru sadar kalau yang ada di dekatnya adalah Lucky. Laki-laki yang ia tolong tetapi saat ini sudah menjadi dosen yang sangat ia benci.
"What? Pak Lucky?" tanya Elen.
Lucky menoleh kepada Elen yang saat itu berada di dekatnya, dengan spontan Lucky melihat kepada Elen dan bertanya apa yang sedang Elen lakukan di perpustakaan kota saat malam hari, tanpa basa-basi Elen mengambil buku yang ia pilih kemudian memberitahu kepada Lucky bahwa Elen sedang mencari buku itu, terlihat judul buku yang tidak asing bagi Lucky. Saat itu, Lucky baru tahu kalau buku yang dicari oleh Elen adalah buku untuk bahan cetak dari tugas yang telah ia berikan kepada Elen saat di kelas.
Tanpa pikir panjang, karena rasa kesal dari Elen masih ada, akhirnya Elen pergi menjauhi Lucky tanpa berpamitan lebih dulu. Saat itu, Elen tidak merasa bersalah sama sekali kepada Lucky. Karena posisi mereka saat itu sudha berada di luar kampus, otomatis saat itu Lucky bukanlah dosen dari Elen.
Karena Elen masih merasa kesal alhasil, saat Elen sudah menemukan buku yang sudah ia temukan, Elen mengeluarkan laptopnya dan mengerjakan tugas yang sudah diberikan oleh Lucky saat di kampus. Setelah itu, Elen terdiam dan mengingat pertanyaan yang sudah ditanyakan oleh Lucky tetapi, seperti cukup membuat Elen semakin kesal. Seharusnya Lucky juga paham apa yang sudah dilakukan oleh dirinya saat berada di di kampus.
Lantas kenapa Lucky masih mempertanyakan apa yang sudah dilakukan oleh dirinya?
"Dasar gak tahu diri! Harusnya bisa balas budi kek," gerutu Elen.
Saat itu Elen semakin kesal dan merasa bahwa Lucky adalah laki-laki yang tidak tahu berteima kasih.