Chereads / SEGITIGA TOXIC / Chapter 11 - Sebagai Pengganti

Chapter 11 - Sebagai Pengganti

"Uang kost-an jangan lupa atuh neng," ucap pemilik kost-an.

Melihat seorang pemilik kost yang berada di depan pintu membuat Cika, Elen dan Fany menghembuskan nafas satu sama lain, mereka sudah mengira bahwa ada arwah yang sedang bergentayangan di dalam kost mereka. Beruntungnya, yang saat itu berada di hadapan mereka adalah pemilik kost.

Sontak saja, Elen langsung mengambil uang kost dan memberikan uang kost itu. Setelah mendapatkan uang kost itu, pemilik kost pergi meninggalkan ruangan kost tidak lama dari itu lampu kost kembali menyala.

"Sialan, dikerjain cuy," ujar Fany.

Mereka sudah terbiasa mengalami kejadian aneh ataupun kejahilan dari si pemilik kost saat menjelang hari pembayaran kost. Tetapi berbeda dengan kali ini, nuansa malam jumat dan lampu yang tiba-tiba saja petang, membuat Elen, Fany dan Cika takut. Beruntungnya hal ini hanya terjadi satu kali.

Terlepas dari kejadian itu, mereka akhirnya bisa tidur dengan nyenyak. Setelah itu, Elen terbangun karena suara dengkuran Fany yang mengganggu tidurnya. Diantara mereka bertiga hanya Fany yang tidur dengan suara dengkuran. Karena merasa jengkel dengan suara dengkuran Fany, Elen menutup rapat mulut Fany dengan bantalnya.

Cukup untuk mengurangi kebisingan yang ia dengar karena suara dengkuran Fany. Keesokan harinya, mereka terbangun karena sinar matahari yang sudah masuk ke dalam kamar. Seperti biasa, hanya ada satu kamar mandi di dalam tempat itu. Cika yang terbiasa bangun pagi sudah mandi lebih awal, tetapi Fany dan Elen yang kesiangan akhirnya harus berebutan siapa yang harus mandi terlebih dulu.

"Gue duluan!" ucap Elen.

"Gue dulu!" ucap Fany.

Fany dan Elen tidak ada yang mau mengalah, akhirnya mereka hanya tarik-tarikan pintu kamar mandi. Cika yang saat itu sedang duduk dan asyik dengan ponselnya seraya mendnegarkan perdebatan yang terjadi antara Fany dan Elen tiba-tiba saja sakit perut. Cika sontak saja tanpa basa-basi berlari ke dekat Fany dan Elen setelah itu masuk ke dalam kamar mandi.

"Cika!" teriak Fany dan Elen.

Fany dan Elen merasa kesal dengan sikap Cika yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar mandi saat mereka sedang berdebat siapa yang akan mandi duluan. Mendengar Fany dan Elen yang berteriak kepada Cika, Cika hanya tertawa dari dalam kamar mandi. Terlihat sangat konyol memang, begitulah kehidupan anak kost.

Akhirnya Fany dan Elen kembali harus menunggu Cika yang saat itu berada di dalam kamar mandi. Pagi ini mereka terlihat sangat keburu-buru, selain karena Fany dan Elen yang bangun kesiangan, karena tiba-tiba saja dosen pengganti mata kuliah Elen merubah jadwal begitu saja tanpa sepengetahuan dirinya.

Bukan karena tidak memberitahu, tetapi karena Elen adalah salah stau mahasiswi yang malas untuk membuka group kelasnya. Alhasil, ia sendiri yang tidak tahu info. Saat Cika sudah selesai dari dalam kamar mandi, tiba-tiba saja salah satu nomor seorang teman yang satu kelas dengan Elen menelponnya.

Teman Elen memberitahu bahwa dosen pengganti mata kuliah pagi ini akan memulai jam mengajarnya 15 menit lagi. Sontak saja, hal ini membuat Elen terkejut, tetapi masih sempat-sempatnya Elen membantah bahwa dirinya tidak setuju dengan hal itu sebab ia tidak tahu kabar ini sebelumnya.

Tetapi sebagai mahasiswa mau tidak mau mereka harus mengikuti apa kata dosennya. Alhasil, Elen tanpa pikir panjang lagi, memutuskan tidak mandi, ia hanya mencuci mukanya kemudian membersihkan giginya. Saat Elen hendak mencari pakaian yang akan ia pakai untuk hari ini saja, Elen bingung. Hampir semua pakaiannya berada di ember dan tertumpuk dengan pakaian kotor yang belum sempat ia antarkan ke tempat laundry.

"Fany gue pinjam baju lo dulu ya," ucap Elen tiba-tiba.

Fany mengiyakan apa yang diucapkan Elen, akhirnya Fany mengambil salah satu pakaian milik Fany, ia mengenakannya setelah itu, ia mengambil pouch make upnya, hari ini ia tidak bisa menggunakan make up yang biasa ia gunakan. Hanya tipis-tipis asal rapi dan terlihat fresh. Satu hal yang paling penting hari ini, yaitu parfum. Fany mengoleskan banyak sekali parfum ke pakaiannya. Setelah itu, ia mengambil kunci motornya dann bergegas pergi untuk melajukan motornya menuju kampus.

Dengan kecepatan diatas 100, Elen melajukan motornya tanpa melihat ke kiri dan ke kanannya. Yang ada di pikiran Elen adalah ia tidak boleh sampai telat untuk masuk kuliah hari ini. Selain itu, ia tidak mau mendapatkan amarah dari dosen barunya kali ini. Elen memang bukan mahasiswi rajin di kelasnya, tetapi yang ada di pikiran Elen jangan sampai ia mendaptkan kesan buruk untuk pertama kalinya saat berjumpa dengan dosen barunya ini.

"Titttt!" suara klakson motor Elen.

Hampir di setiap tikungan gang untuk keluar dari komplek kost-nya Elen membunyikan klakson motornya, kali ini Elen benar-benar seperti seseorang yang sedang dikejar-kejar setan saat pagi hari. Semua orang yang melihat Elen terlihat seperti sedang melakukan balapan motor di arena balap, padahal jalan yang Elen lewati adalah jalan perkampungan dan jalan raya yang beberapa jalannya cukup rusak.

Kurang 3 menit lagi, jadwal kuliah akan dimulai. Elen berlari dari parkiran menuju lantai 3 gedung fakultasnya. Ia melihat sudah tidak ada temannya yang berada di luar kelas. Elen sudah berpikir bahwa hanya dirinya yang telat untuk hari ini. Akhirnya Elen tiba di depan kelas yang ia maksud.

Saat berada di depan kelas, Elen tidak mendengar suara teman-temannya yang biasanya akan terdengar sanagt berisik bahkan untuk beberapa orang pasti akan terdengar suaranya dari lantai 3 ke lantai dasar, karena kelas Elen terkenal sebagai kelas yang sangat aktif dalam komunikasi, selain karena ilmu yang mereka dapatkan dipergunakan saat perlunya, tetapi juga karena teman-teman di kelas Elen kebanyakan adalah anak ORMAS. Anggota ORMAS terkenal sangat kejam dann ketika bicara akan selalu apa adanya, tanpa berpikir apa yang ada di hati orang lain. Sementara saat itu kelas tidak ada suara sama sekali.

Dengan suara yang terengah-engah, Elen membuka pintu kelas itu seraya berkata, "Permisi."

Pintu kelas itu terbuka, semua mata teman-teman Elen dan dosen baru yang saat itu sudah berada di dalam kelas melihat ke pintu kelas yang terbuka. Seperti ada cahaya yang cukup menyilaukan pandangan mereka, karena ruangan itu menghadap ke timur, tepat ke arah matahari terbit.

Semua orang menyeringaikan matanya kemudian membuka mata mereka dan melihat Elen yang saat itu terlihat sangat lusuh seperti orang yang selesai melakukan lari marathon sedang membuka pintu dan mengatur nafasnya karena kelelahan lari dari parkiran menuju lantai 3. Beberapa diantara teman-teman Elen terlihat melihat ke dosen pengganti, yang ternyata dosen itu adalah orang yang Elen kenal.

"Dia?" pikir Elen.