Chereads / SEGITIGA TOXIC / Chapter 4 - Anak Pak Rektor

Chapter 4 - Anak Pak Rektor

Benar saja apa yang dipikirkan oleh Elen, ternyata Lucky adalah anak dari rektor di kampusnya, saat itu rektor tidak mengenal Elen, sebab mahasiswa ataupun mahasiswi di kampus Elen sangat banyak, dan Elen juga bukan mahasiswi unggulan yang selalu diingat oleh para dosen apa lagi seorang rektor yang super duper sibuk seperti Pak Chandra.

"Bapak," sapa Elen kepada Pak Chandra.

Saat itu Elen memperkenalkan diri sebagai salah satu mahasiswi di kampusnya yang berasal dari prodi ilmu komunikasi. Pak Chandra mnegucapkan banyak terima kasih kepada Elen yang saat itu sudah membantu Lucky selama di rumah sakit, terlihat jelas kegelisahan di wajah Pak Chandra kepada anaknya itu.

Setelah memastikan bahwa Lucky baik-baik saja, Pak Chandra memperkenalkan Elen kepada Lucky, saat itu Lucky baru tahu bahwa Elen adalah salah satu mahasiswi di kampus yang direktori oleh ayahnya, begitu juga Elen. Elen baru tahu bahwa Lucky adalah orang baru di kota ini. Sebab malam ini adalah hari pertama Lucky menginjakkan kaki di kota.

Lucky menyelesaikan pendidikan S2nya di dalah satu kampus terbaik di luar negeri, dengan lulusan terbaik Lucky memutuskan untuk kembali ke kota. Pantas saja wajah Lucky terlihat sangat asing begitu juga dengan penampilannya yang sangat rapi di malam hari, awalnya Elen mengira bahwa Lucky adalah seorang pebisnis.

Ternyata Lucky sengaja keluar dari rumahnya setelah sampai dan baru beristirahat beberapa jam untuk mendatangi makam almarhumah ibunya yang letaknya tidak terlalu jauh dari pelabuhan tempat Lucky mengalami kecelakaan itu. Saat itu Elen baru tahu abhwa rektor di kampusnya adalah seorang duda yang memiliki anak setampan Lucky.

Setelah menghabiskan waktu untuk bercengkrama, Elen memutuskan untuk kembali ke kost, sebab kost sudah dikunci sedari tadi sementara dirinya belum juga kembali. Awalnya mendapat penolakan dari Pak Chandra, sebab sudah dini hari dan takut akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada Elen.

Akhirnya, dengan terpaksa Elen menerima iktikad baik Pak Chandra untuk meminta bantuan seorang supir mengantarkan Elen kembali ke kost, Elen menerimanya. Lucky yang saat itu masih terdiam hanya mampu melihat bayangan Elen yang semakin lama semakin menghilang dari hadapannya.

Saat itu Pak Chandra mengatakan bahwa dirinya baru tahu kalau ternyata Elen adalah salah satu mahasiswi di kampusnya. Sebab, Elen bukan anak organisatoris ataupun anak yang terkenal pandai di kampus, jadi namanya tidka familiar di telinga Pak Chandra.

"Tetapi Elen anak yang tulus," lanjut Pak Chandra.

Mendengar pujian dari ayahnya, Lucky hanya tersenyum. Sebab, jarang sekali ia mendengar ayahnya memuji seorang perampuan. Karena sudah beberapa kali Lucky mengenalkan perempuan sebagai pacarnya kepada ayahnya, tetapi ayahnya selalu saja menolaknya. Dengan alasan, perempuan yang dibawa oleh Lucky tidak berpenampilan baik dan semua kebudayaan yang ada pada diri perempuan tersebut terlihat sangat berbeda dengan kebudayaan di kota ini. Wajar saja, Lucky sudah 8 tahun ada di luar negeri, jadi semua perempuan yang ia kenalkan adalah teman-temannya selama di luar negeri.

Terlepas dari Lucky dan Pak Chandra yang saat itu sedang asyik membahas kebaikan hati Elen, kini Elen sudah sampai tepat di depan kostnya. Ia turun dari mobil milik Pak Chandra, kemudian ia berterima kasih kepada seorang supir yang sudah mengantarkan dirinya.

Elen berjalan mendekati gerbang kostnya, benar apa yang sudah diduga oleh Elen, gerbang kost terkunci, saat ini Elen bingung harus bagaimana. Akhirnya ia memutuskan untuk menelpon Fany, tetapi nomornya tidak aktif, setelah itu ia menelpon Cika, tetapi tidak kunjung diterima. Elen sudah tahu, ketika 2 sahabatnya ini tertidur maka mereka seperti orang mati, tidak mendengar apapun dan tidurnya sangat nyenyak.

"Please bukain," ucap Elen menggerak-gerakkan gerbang kostnya.

Tidak ada bala bantuan, akhirnya Elen memutuskan untuk memanjat gerbang kost yang terbilang lumayan tinggi sekitar 1,5 meter. Gerbang kost itu terbuat dari besi berawarna hitam dan terdapat sedikit rongga pada setiap sudutnya. Elen memberanikan diri untuk memanjat, pertama ia melemparkan tas dan sepatunya, setelah itu ia mencoba memanjat dengan kaki satu diganti kaki yang lainnya.

Elen sudah sampai di puncak gerbang kost itu, ia melihat kebawah sepertinya tinggi sekali. Dan saat itu ia mulai merasa geli, wajar Elen terbilang lumayan takut pada ketinggian. Tiba-tiba saja Elen kehilangan keseimbangannya, ia terjatuh dan merasa kesakitan dibagian bokongnya.

"Aduh," keluhnya.

Seorang penjaga yang biasa berada di kamar penjagaan kost itu mendengar suara seseorang berteriak, ia keluar dan melihat Elen yang tergeletak seraya mengeluh kesakitan. Si penjaga kost itu bertanya apa yang sedang Elen lakukan di luar saat malam hari? Tetapi, bukannya menjawab pertanyaan si penjaga kost, Elen malah marah-marah tidak jelas.

"Pas gue jatuh saja, baru keluar. Dari tadi kemana?" tanya Elen seraya melangkahkan kakinya dengan pelan-pelan dan masuk ke dalam kamar kostnya.

Si penjaga kost hanya memperhatikan langkah kaki Elen yang terseok-seok kesakitan. Ia tahu bahwa Elen habis memanjat gerbang kost itu. Bahkan saat Elen berusaha meminta bantuan, si penjaga kost mendengarnya, namun sengaja tidak keluar dari kamarnya dan membiarkan Elen melakukan hal bodoh itu. Sampai akhirnya Elen terjatuh, ia baru keluar dan pura-pura tidak tahu apa yang baru saja terjadi.

Seraya menahan tawanya si penjaga kost mengatakan, "Rasain lo! Suruh siapa pulang malam banget."

Elen memegang salah satu kunci kamar kostnya, ia membukanya dan melihat Cika dan Fany sedang tidur dengan nyenyak. Saat itu Elen semakin kesal sebab mengetahui sahabatnya nyaman dengan tidurnya dan dirinya malah kesakitan akibat jatuh dari gerbang kost.

"Dasar! Kebo emang nih anak!" ucap Elen kesal.

Elen langsung meletakkan semua barangnya dan tidur di samping Cika, saat itu tidur Elen sangat nyenyak, efek kelelahan setelah menolong Lucky. Ia menikmati tidurnya dengan mata terpejam dan tubuh yang butuh istirahat. Saking lelapnya tidur Elen, Elen tidak bermimpi apa-apa di malam ini.

Sinar matahari pagi mulai menyeruak dan membuat pantulan sinarnya masuk ke dalam kamar kost Fany, Elen dan Cika. Elen yang saat itu masih tertidur dengan nyenyaknya terpaksa harus dibangun oleh Cika dan Fany yang sudah selesai mandi.

Jam dinding menunjukkan pukul 09.15, hari ini mereka ada mata kuliah dari seorang dosen killer. Fany dan Cika tidak mau terlambat hanya karena menunggu Elen bangun, jadi dengan terpaksa mereka membangunkan Elen. Mulai dari sekedar menggerak-gerakkan tubuh Elen yang dilakukan oleh Cika, sampai akhirnya Fany memutuskan untuk mencipratkan beberapa air ke wajah Elen.

"Aduh apaansih ini?" tanya Elen terjaga dari tidurnya.

Elen melihat Fany yang sedang memegang sebuah gayung berisi air, Elen dengan mata yang masih mengantuk mencoba untuk bangun. Cika memberitahu bahwa 30 menit lagi jam mata kuliah di kelas akan segera dimulai. Saat itu Elen berlari dan masuk ke dalam kamar mandi.

Tiba-tiba, "brak!"