melihat orang yang memanggil dengan sebutan sayang adalah Adlo. Aldo pacar Fanny, yang secara tidak sengaja ia pergoki sedang berjalan bersama dengan perempuan lain di mall. Dengan wajah polosnya, Aldo datang menghampiri Fany. Saat itu, Fany terkejut bisa-bisanya Aldo berpura baik-baik saja seolah tidak terjadi apa-apa setelah jalan berdua dengan perempuan lain.
"Dasar laki-laki buaya darat!" gerutu hati Fany.
Sejak Fany mengetahui perselingkuhan Aldo, ia tidak membalas satu pesanpun dari Aldo, bahkan Fany juga tidak menerima satu panggilanpun dari Aldo. Hal ini membuat Aldo bingung ada apa dengan Fany, sampai akhirnya Aldo mendapatkan info dari salah satu temannya bahawa Fany berada di café itu bersama dengan Elen dan Cika.
Fany, Elen dan Cika mengedipkan mata satu sama lain, seperti sedang memberi sebuah kode. Aldo datang dengan raut wajah bahagia, tanpa ia tahu bahwa Fany sudah tahus emua kebusukannya. Fany juga senang memainkan drama, ia belajar dari Elen, si ratu drama. Fany menyambut Aldo dengan snagat hangat, akhirnya Aldo tidak merasa curiga sedikitpun dengan Fany.
"Mau minum apa?" tanya Fany.
"Coffee late sayang," jawab Aldo.
Fany memanggil seorang barista seraya berkata, "Coffee late satu mas."
Terlihat Aldo yang mulai gelendotan di pundah Fany, Cika dan Elen hanya menyaksikan sampai sejauh mana drama ini akan bertahan dari seorang Aldo yang tidak tahu bahwa mereka bertiga sedang merencanakan sesuatu untuk membuatnya malu.
Sampai coffe yang dipesan Aldo datang, Aldo dan Fany saling bercengkarama seperti pasangan yang sedang tidak ada masalah. Sampai akhirnya, Aldo bertanya apa alasan Fany tidak membalas pesan ataupun tidak menerima panggilan dari Aldo. Saat itu Fany pura-pura mengalihkan pembicaraan, agar Aldo merasa terpancing emosinya.
Benar saja, apa yang Fany lakukan memancing emosi Aldo. Aldo mulai bertaanya dengan suara tinggi, Fany tidak menjawab, sampai akhirnya Aldo bertanya lagi dengan nada suara yang lebih tinggi dan raut wajah kesal. Sementara Elen dan Cika hanya menyaksikan emosi Aldo yang mulai meledak-ledak.
"Kamu selingkuh?" tanya Aldo.
Pertanyaan yang ditanyakan oleh Aldo dapat menjebak dirinya sendiri. Untuk ketiga kalinya Aldo bertanya pertanyaan yang sama, namun Fany tidak menjawab, terlihat Aldo semakin kesal, ia beranjak dari tempat duduknya, dan menarik tangan Fany dengan sangat kuat. fany menghempaskan tangan Aldo, kemudian ia membuang ludah di depan Aldo.
"Lo bilang apa? Gue selingkuh? Lo gak salah? Lo yang selingkuh!" teriak Fany.
Semua yang ada di dalam café mendengar apa yang dipermasalahkan oleh Fany dan Aldo. Aldo mengelak, ia malah kembali menyalahkan Fany. Aldo beralasan bahwa Fany sedang memainkan emosinya, bahkan Aldo mengatakan bahwa Fany sudah mulai bosan menjalani hubungan dengan dirinya, itu sebabnya Fany tidak menjawab panggilan dan tidak membalas pesan dari Aldo.
Fany membiarkan Aldo mengeluarkan semua tuduhan tanpa buktinya kepada Fany. Sampai akhirnya Aldo berani menjatuhkan harga diri Fany dengan mengatakan bahwa Fany adalah perempuan tidak berhati dan murahan karena mudah menjalin hubungan dengan laki-laki lain, kemudian melupakan cinta pertamanya. Fany geram, ia mengeluarkan bukti perselingkuhan Aldo dengan perempuan lain di dalam mall.
"Buka mata lo lebar-lebar!" teriak Fany.
Fany menunjukkan foto perselingkuhan Aldo dengan perempuan lain kepada Aldo, sontak Aldo terdiam dan tidak percaya dari mana Fany dapat foto itu. Akhirnya, Fany menceritakan bahwa ia melihat hal itu langsung dengan mata kepalanya. Sekali lagi, Aldo mengelak, ia mengatakan bahwa perempuan itu adalah sepupunya.
Satu pernyataan dari Fany dan satu bukti tidak memapu membuat mulut Aldo bungkam, Elen angkat bicara, ia mengatakan bahwa ia juga sempat meluhat Aldo berboncengan dengan perempuan lain. Saat Elen buka suara semua perempuan yang ada di dalam café menyoraki Aldo. Bagaimana tidak? Laki-laki seperti Aldo tidak pantas untuk dikasihani, ketika ia yang melakukan kesalahan tetapi, ia juga yang kembali menyalahkan orang lain.
Aldo merasa malu, mau biacarapun rasanya percuma. Karena ia sudah tidak bisa membela diri lagi, semua bukti sudah menyudutkan dirinya. Aldo memilih pergi dari café itu, kepergian Aldo dibarengi dengan sorak dari semua orang. Bahkan beberapa dari mereka mengataka bahwa Aldo pengecut. Kejadian ini membuat Fany meneteskan air mata tanpa ia sadari.
Benar apa kata orang, sejahat-jahatnya perempuan ia tetap akan menangis, hati siapa yang tidak sakit ketika mengetahui kekasihnya selingkuh dengan orang lain dan datang seperti semuanya baik-baik saja, bahkan kejamnya malah memutar balikkan fakta yang ada. Tetapi, dengan semua bukti dan kebenaran yang ada, Fany dapat mempertahankan harga dirinya.
Cika memeluk Fany dengan erat, Elen berusaha untuk memberikan petuah kepada Fany. Terbilang sangat sulit memang melepaskan sesuatu yang sangat kita sayangi. Tetapi, yang kita sayangi justru mereka yang juga bisa mematahkan kepercayaan yang kita miliki. Elen mengusap pundak Fany yang saat itu bersandar di bahu Cika.
Semua yang ada di dalam café melihat kepada Fany, seperti ada rasa iba dan tidak tega melihat seorang perempuan harus dipermainkan perasaannya dengan begitu hebat. Apa lagi mayoritas yang ada di dalam café adalah perempuan, sesama perempuan mereka juga dapat merasakan sakit yang sedang diderita oleh Fany.
"Semuanya pasti baik-baik saja," ucap Elen.
Fany mencoba menyeka air matanya, ia bangun dari sandarannya kemudian menghapus air mata yang membasahi pipinya. Tidak peduli seperti apa tanggapan semua orang yang ada di dalam café itu, yang Fany tahu hanya satu saat ini penyebab luka dan bahagianya sudah hilang begitu saja. Maka, yang tersisa hanya kenangan dan untuk apa menangisi sesuatu yang sudah membuangnya begitu saja? Fany berusaha untuk tersenyum dan memeluk kedua sahabatnya itu, Elen dan Cika.
Siapa sangka malam minggu yang biasanya Fany lalui bersama dengan Aldo, malam ini menjadi malam minggu yang mengakhiri semua cerita diantara mereka. Fany percaya ini adalah yang terbaik untuk dirinya, hatinya dan hidupnya. Setelah bosan berada di dalam café, mereka bertiga memilih untuk mencari tempat lain. Kali ini mereka memutuskan untuk pergi ke sebuah pelabuhan yang biasanya digunakan untuk penyebrangan seseorang yang ingin pergi ke luar kota lewat jalur laut.
Maklum saja, kampus mereka berada di dekar pelabuhan, pelabuhan ini juga sering dijadikan sebagai tempat nongkrong anak muda saat malam hari. Sebagai seorang mahasiswi yang memilih untuk hidup sederhana dan tinggal di satu kamar kost, maka mereka harus mengirit uang jajan mereka bukan? Nah, di sekitar pelabuhan ini ada banyak sekali makanan yang murah meriah. Itu sebabnya, mereka memilih untuk nongkrong dan menikmati kuliner di sekitar pelabuhan itu.
"Bremmm," suara motor melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.
Tiba-tiba saja, Brakkkk!