Chapter 23 - Lautan Akar

Langit senja berwarna oren memantulkan diantara gulungan kabut yang bergerak

pelan menyelimuti Pegunungan Lumut kini tampak jelas bergaris tipis diantara

tepian awan yang menggembul bersama kabut ditengah hutan belantara layak

seperti tumpukan kapas tersorot dari belakang matahari yang mulai memerah.

Garis cahaya yang jatuh keselah tengah hutan belantara Pegunungan Lumut,

menabrak tiang jembatan terbuat dari batu kapur yang berukir batik dedaunan

merambat sampai pada pucuk tiang terdapat wadah batu bara yang tertutup seperti

atap berbentuk prisma yang terbuat dari batu kapur juga dipenuhi lumut bagian

pucuk sampai kebawah. Tiang jembatan setinggi pundak manusia yang tertali

kencang masuk tertanam pada dalam tiang menyambungkan ketiang sebrang tebing

yang semakin merendah kebawah menjadi tampak melengkung beralas papan kayu

selebar satu setengah meter tersusun rapi menyamping orang orang menyebut ini

sebagai Jembatan Lumut.

Jembatan yang hampr semua tertutupi lumut berumur tua bagian tali pegangan dan

papan kayu penuh dengan daun lumut menglewer jatuh menggelantung kebawah serta

beberapa tali pegangan pinggir tepian tebing jurang terliliti tanaman merambat

dan terjatuhi sulur dari atas pohon kanopi besar yang menaunginya.

Cahaya matahari senja yang tiba di tali Jembatan Lumut membuat warna lumut

menjadi kuning keorenanan kini yang sedang tergoyang goyang karena getaran

akibat pukulan hentakan langkahan kaki yang panjang dari tiga orang pemuda

melewati jembatan licin karena lumut menempel pada papan papan kayu

Ketiga pemuda yang berlari cepat melewati jembatan sepanjang dua puluh meteran

yang setiap orangnya membawa senjata parang dan tombak melangkahkan jauh

kakinya berusaha seperti kilat menyambar menuju tebing sebrang yang sebelumnya

mereka dikejar beberapa buaya putih raksasa yang punggungnya dipenuhi lumut

berubah mengejar suara siulan yang Solor timbulkan yang sudah jauh dari pinggir

tebing.

Ketiga pemuda ini terus berlari di pinggir tepian tebing hutan yang rimbun dan

licin banyak ditumbuhi tanaman paku pakuan ditumbuhi pohon berbatang berlenggok

lenggok raksasa disepanjang tepian tepian jurang yang bahkan ada yang hampir

jatuh kebawah menggrembolkan dinding tebing dengan akar akarnya menusuk mencuat

keluar yang juga berlenggok lenggok tertutupi lumut sampai menggelantung

lantung.

Dari jauh kabut yang tebal tidak terlihat kini semakin dekat semakin terlihat

posisi kuda yang tampak kebingungan di tonjolan batu dinding tebing berada di

bawah jurang yang bersiap tercaplok cangkupan rahang buaya dibawah kuda itu

sedang ancang ancang memundurkan badannya, seketika melihat itu dengan cepat

pemuda yang membawa tombak melemparkan tombaknya melayang melengkung keatas

lalu kebawah melewati udara hingga sampai pisau lancip yang berada di tepi

ujung tombak mendarat tepat di punggung buaya putih raksasa itu hingga

terpental jatuh kebawah lagi dari dinding jurang gagal memakan kuda.

Tancapan tombak yang hanya menancap pada kulit punggung buaya putih raksasa

karena kerasnya kulit punggung yang penuh lumut itu hanya terpental terkena

dorongan hantaman tusukan tombak dari udara yang dilayangkan oleh salah satu

pemuda yang berlari berusaha mencoba menyelamatkan kuda yang terjebak di

dinding tebing.

" Tidak ada cara lain"

Kata pemuda memakai rompi merah bergaris tepian merah pada lengan dan juga

kancing yang sedang menempelkan dadanya berhadapan dengan pemuda satunya yang

berdiri di tepi jurang diatas kuda yang terjebak

Pemuda yang menempelkan dadanya ke dada pemuda satunya berhadapan berdempet

yang hampir hidungnya saling bertatapan dengan cepat kemudian melengkungkan

badanya kebelakang menjatuhkan badannya kejurang dengan cepat juga pemuda

satunya memegang pinggang pemuda yang sudah jatuh kejurang dengan kepala

dibawah mengulurkan tangannya

" Kurang turun !!"

Teriak pemuda berada di dinding tebing yang kepalanya di bawah berusaha

meranggeh kuda

" Terlalu beresiko! Tidak akan muatt!!

Teriak pemuda yang satunya sedang memegang pinggangnya dengan kencang

" Pegang kakiku!!"

Teriak pemuda yang berada di dinding tebing yang kepalanya di bawah berusaha

meranggeh kuda

Dengan cepat menuruti apa yang dikatakan pemuda di bawah tebing dengan kepala

dibawah tadi, pemuda yang memegang pinggang itu dengan perlahan menurunkannya

sampai memegang kakinya

" SEDIKIT LAGII !!!"

Teriak pemuda dengan kepala dibawah yang tangannya sampai mengenai rambut kuda

" CEPATT .. SEDIKT LAGI!!"

Teriak tambah pemuda yang didinding dijurang

" Aku akan berusaha sekuat tenaga !!"

Kata pemuda satunya lagi yang membawa parang besar meletakan parangnya yang

kemudian memegang kaki pemuda yang memegang kaki pemuda di dinding tebing

" Baiklah!!"

Dengan cepat pemuda yang mulai dipegang kakinya dengan erat masuk kejurang

menjatuhkan diri hingga pemuda yang paling bawah meranggeh kedua kaki depan

kuda dengan cepat dia berteriak.

" ANGKATTT!!!"

Pemuda yang di pinggir tebing dengan sekuat tenaga mengangkat beban terberat

yang sebelumnya dia angkat, dengan sempoyongan berusaha mengangkat kaki yang

dipegangnya hampir hampir tidak bisa terlalu berat yang semakin lama semakin

hampir terlepas

Ditariknya dengan keras sambil berteriak seperti mau melahirkan anak hingga

menekukan kakinnya menumpu tanah untuk berdiri menarik semua yang ada dijurang.

" CEPAAATTT"

Teriak pemuda yang sedang memegang kedua kaki depan kuda yang kakinya tidak

bisa diajak kompromi bergoyang kekanan kekiri dengan keras hampir lepas

" ANGKAATTT"

Pemuda yang di pinggir jurang sudah kehabisan tenaga seakan akan apa yang

diangkatnya melebihi kemampuannya. Sekali lagi di mencoba menarik nafasnya lalu

kemudian mengangkat menarik dengan kuat sampai wajah yang memerah seperti mau

mengeluarkan darah semakin lama semakin terangkat kaki kuda belakang menumpu

pada tonjolan batu dinding tebing.

" ANGKAT CEPAATT"

Teriak pemuda yang memegang kedua kaki kuda berusaha mengangkat dan juga

melihat buaya putih raksasa yang juga berusaha menggoyang goyangkan badannya

untuk menjatuhkan tombak pada punggungnya yang menancap

Berusaha menarik napas kembali kini dengan mengeluarkan semua tenaganya pemuda

yang di pinggir tebing dengan keras mencoba menarik dengan kakinya tertekuk

berusaha mendomplang dan dilakukannya lagi hingga kakinya sampai melangkah

kebelakang dan terus melakukan sekali lagi menarik mencengkram tangannya ke

kaki pemuda menarik sampai pemuda yang di tengah dapat menumpu tanah. Dengan

cepat pemuda yang dipinggir tebing berhasil mengeluarkan pemuda satunya kembali

mencengram perutnya dari belakang menarik dan memulai meranggeh kaki pemuda

satunya yang memegang kedua kaki depan kuda dengan cepat lagi ditarik sekuat

tenaga berusaha mengeluarkannya dari dinding jurang yang berlumut.

Buaya putih raksasa yang telah berhasil menjatuhkan melepaskan tancapan tombak

di punggungnya yang kini mulai beraksi merangkak didinding tebing menghampiri

kedua kaki kuda yang bergerak gerak berusaha mencari tumpuan batu. Merangkaklah

buaya putih raksasa itu dengan ganas cakarnya mencengkram memanjat dinding

tebing bersiap melahap dengan satu kali caplokan yang semakin mendekati hanya

beberapa meter saja. Pemuda satunya keluar dari tebing kini tinggal kedua

pemuda memegang kaki pemuda yang masih memegang erat kedua kaki depan kuda

tidak mau diam bertingkah dengan cepat lagi yang hampir bisa mengeluarkan kuda

dari dinding tebing kedua kaki belakang kuda dengan mudah menumpu bebatuan

tebing sambil berjalan yang kemudian sampai kedua kaki depan kuda dilepaskan

dan langsung melompat ke samping atas tepi jurang diawali kaki depan kuda

dilanjutkan kaki kebalakang yang hampir terpeleset.

" Agniran! Kau sungguh gila!! "

Kata seorang pemuda yang memegang kaki seorang pemuda yang membawa kuda

berusaha naik

" INI BELUM WAKTUNYA BERISTIRAHAT !!"

" CEPAT BAWA KUDANYA !!!"

Kata Pemuda bernama Agniran yang memegang kedua kaki depan kuda sambil menepuk

keras pemuda yang duduk jongkok kuwalahan kehabisan tenaga seraya berlari

memasuki hutan.

Dengan cepat pemuda yang berdiri yang masih menghela nafas karena habis

menghabiskan tenaganya menyusul Agniran sambil meraih tali kekang berlari

mengikuti masuk kedalam hutan

Pemuda yang masih jongkok duduk dengan raut wajah biru kemerahan segera

tersadar didepannya muncul buaya putih raksasa berusaha naik keatas tepi tebing

jurang membuat dengan cepat pemuda itu mengambil parang besarnya serentak

mengancang ancang mengeluarkan pukulan ayunan parang menarget corong mulut yang

mulai keluar dari tepi jurang.

KKRRAAAAKKKKKHHHH!!

Berhasil melukai mulut buaya itu hingga membekas sayatan daging yang terbuka

mengeluarkan darah tetapi tetap saja tidak apa apa bagi seekor buaya putih

raksasa yang punggungnya di penuhi lumut masih dengan garang berusaha menaiki

tepi jurang kemudian pemuda pembawa parang besar lari membalikan badan seketika

melihat buaya putih raksasa yang tetap baik baik saja walaupun kena bacokannya.

Kembali ke hutan belantara yang banyak di tumbuhi pohon berbatang besar

berlenggok lenggok setinggi rata rata kurang lebih dua puluh meteran, pohon

jenis kanopi salah satu pohon banyak menaungi hutan belantara Pegunungan Lumut,

membuat hutan ini setiap harinya selalu teduh dan sebagian gelap karena sedikit

sinar matahari yang masuk. Selain dengan kondisi iklim tropis kepulauan membuat

wilayah ini paling lembab diantara wilayah lain yang mengakibatkan hutan

belantara Pegunungan Lumut semuanya tertutup lumut.

Lumut lumut yang tua sampai daunnya yang panjang menggelantung kebawah

diantara dahan pohon dan sulur sulur diatas hutan yang berdominan berwarna

hijau muda karena kabut yang terpantul beraneka ragam tanaman. Sehingga di

wilayah hutan belantara di bagian lereng Pegunungan Lumut tempat dilaluinya

Jalur Lumut yang pernah di bangun melintasi pegunungan ini sampai menghubungkan

sebuah jembatan yang menyambungkan patahan pegunungan yang berada di tengah

Pegunungan Lumut tebing yang teraliri sungai dibawahnya mengalir ketimur yang

ternyata ada sebagian hewan liar yang hidup di sungai.

Buaya putih raksasa yang hidup liar berasal dari rawa rawa sebelah barat agak

jauh dari Pegunungan Lumut yang jarang sebelumnya ada di wilayah Pegunungan

Lumut seakan akan hewan hewan tersebut bermigrasi akibat kondisi di Lemah

Angker yang selalu menyemburkan gas alam dan tanah yang beracun sehingga

membuat beberapa hewan buaya berwarna putih ini hidup di wilayah Pegunungan

Lumut terutama di pesisiran sungai.

Didalam hutan pinggir tepi jurang masuk kedalam belantara kini banyak pohon

yang daun dan dahannya tidak mencapai pohon kanopi raksasa mengeluarkan akar

karena tumbang dan sebagian patah berserakan merusak semua semak semak dan

tanaman kecil yang seiring dilalui Solor karena dibuntuti lima buaya putih

raksasa.

Raungan suara lima buaya seperti kelaparan yang sudah tidak makan satu tahun

bergerak ganas sempoyokan merobohkan semua apa yang dilaluinya mengikuti Solor

karena suara siulan suara yang ditimbulkan sebelumnnya. Buaya berwarna putih

raksasa yang punggungnya dipenuhi lumut dan ada juga sampai tumbuh beberapa

jamur di punggungnya sedang lomba lari mendapatkan Solor yang sedang berlari

juga melewati semak belukar sambil berusaha mengingat jalan yang pernah

dilaluinya tadi bersama kudanya sebelum tiba di tepi jurang.

Sambil berlari karena sudah tidak mungkin bisa lari menjauhi kelima buaya

putih raksasa yang berlumut. Kini Solor mencoba mengarahkan tangannya ke

telapak sendal talinya dengan berusaha sekuat tenaga sambil berlari diantara

batang pohon besar berlenggok memasuki kabut hijau, Sambil berlari Solor

mengeluarkan kait yang terpasang pada depan telapak sendal talinya. Berhasil

dibukanya dengan satunya yang terpasang di sendal sisinya lagi kini kedua

sendal Solor sudah terbuka sebuah kait tajam melengkung .

Mengetahui kedua kaitnya sudah terbuka di sendalnya kemudia dengan cepat Solor

berlari mendekati batang pohon besar yang melenggok yang diawali menginjak

Sulur kemudian dengan gesit mengkaitkan kakinya kebatang pohon besar berlenggok

memanjat keatas dengan mudah berkat bantuan kait yang tajam di bawah telapak

sendalnya sampai berada di atas pohon meninggalkan kelima buaya yang berlari

berpoyokan merusak segala yang ada disekitarnya dibawahnya. Buaya buaya yang

ganas dengan cengkraman kakinya yang tajam menggaruk berusaha naik ke batang

pohon raksasa yang dinaiki Solor sebelumnya, buaya yang tidak dapat memanjat

karena bentuk pohonnya yang hanya sampai bisa mencakar cakar batang pohon, kini

buaya putih raksasa berlumut satunya berjalan merangkak dengan cepat melalui

punggung buaya lainnya yang panjang menuju Solor yang ada diatas Pohon, disusul

lagi buaya satunya memanjat berjalan sempoyokan melewati punggung punggung

buaya yang panjang hingga sedikit lagi berada di dahan Solor berdiri sedikit

jongkok dengan waspada buaya buaya itu mau naik ketempatnya.

Solor jengkel kualahan apa yang telah dilakukan buaya buaya raksasa yang

berusaha mendatanginya di pohon yang dipanjatnya membuat dia berputar mencari

dahan untuk menyebrang ke pohon kanopi lain. Dengan cepat Solor melompat

kedahan pohon kanopi lain untuk menjauhi kelompok buaya raksasa itu yang tetapi

tetap saja diketahui oleh buaya putih raksasa berlumut sehingga membuat buaya

yang paling belakang menyusul merayap dengan menerjang semua semak belukar

menuju keberadaan Solor diatas pohon kanopi besar lainnya.

" Sebelah Sana "

Gumam Solor sembari melompat kedahan pohon kanopi besar melenggok dengan hati

hati karena licin dipenuhi lumut dan sulur sulur

Terus melompat lompat dari dahan kedahan dengan dibantu dengan kait di telapak

sendalnya, Solor dengan mudah melalui dahan ranting diatas hutan yang sedikit

menjauh dari gerombolan buaya yang mengejarnya.

Setiba di wilayah hutan yang pernah dilewatinya sebelum tiba di tepi jurang,

kini Solor melihat buaya buaya putih raksasa dibelakang yang sepertinya

kehilangan jejak Solor kini dia mengangkat kedua tanannya dengan kedua jari

dimasukan ke mulut lagi

SSSSSAIIIUUUFFFIIIIIITTTTTT ...!!!!!!

mendengar suara siulan yang menggema di hutan sampai terdengar kepada ketiga

orang pemuda yang sambil memegang tali kudanya memberitahukan letak keberadaan

Solor dan tentu juga buaya buaya putih raksasa dengan cepat kembali menyerbu

Solor menuju pusat siulan tadi.

Diwilayah yang sebelumnya dilewatinya tadi, dengan permukaan tanah yang

bergelombang dipenuhi akar akar pohon yang menyebar dipenuhi lumut, kini Solor

memberanikan diri untuk turun dari pohon kanopi berbatang besar berlenggok

lenggok. Dengan pelan karena batang yang berlumut di akhiri meloncat kebawah

Solor tiba di bawah pohon medarat ke akar akar besar yang banyak keluar

kepermukaan tanah dan juga berlenggok lenggok.

Dibelakangnya Solor dibalik kabut yang remang terbayang bayang gelombang

serbuan buaya yang berlari mengoyak koyak tumbuhan dan pohon dilaluinya

mengarah semakin lama mendekatinya, mengetahui itu Solor segera menciptakan

siulan sekali lagi

SSSSIIIIIIIUUUUFFFIIIITTTTTTT..... !!!!!!!

Bergegas berlari membelakangi kumpulan buaya raksasa di balik kabut tangan

Solor sambil mengambil sebuah tali pintal buatannya sendiri yang tersimpan di

sabuk otoknya sepanjang lima meter yang tergulung rapi. Tali pintal yang

terbuat dari kulit yang lentur setiap ujungnya tertali besi pemberat membentuk

tumpulan meruncing menyabang tiga secara simetris digenggamnya di tangan

kanannya yang masih tetap berlari sekuat tenaga melangalahkan lebih cepat dari

pada jarak langkahan kaki gerombolan buaya yang mengejar dibelakangnya.

Solor berlari diantara dahan pohon raksasa yang berlenggok menginjak melompat

dan menghindari akar akar yang diatasnya banyak ditumbuhi lumut ada pada

permukaan tanah wilayah ini merata.

" CEPAT !! Siulanya diarah sana!!"

Teriak pemuda bernama Agniran berlari memimpin keda pemuda yang ada

dibelakangnya yang satunya mengglendeng kuda menggenggam tali kekang yang

diakhiri memelankan suaranya

" AGNI APA YANG AKAN KITA LAKUKAN MENUJU KESANA!"

" SEHARIAN KITA HANYA DIKEJAR KEJAR OLEH BUAYA BUAYA ITU!!"

Teriak pemuda satunya yang sambil mengglendeng kuda berlari di belakang Agniran

" SUDAHLAH, Pelankan Suaramu!!!"

Kata pemuda bernama Agniran yang berada didepan memimpin larian kedua pemuda

lainnya tanpa menoleh kebelakang

Langkah kaki Solor tidak dapat menjangkau larian yang dihasilkan gerombolan

buaya putih raksasa sehingga Buaya buaya itu berada di belakang mendekati Solor

memperlihatkan rahang corongnya yang panjang dipenuhi gigi runcing mengeluarkan

raungan. Berlari dengan cepat sebisa mungkin sambil menghindar dan kadang

melompat melewati akar akar yang keluar dari tanah yang menyebar disekitar

menjauhi gerombolan buaya yang merangkak berpoyokan satu sama lain. Buaya

berlari merangkak dengan ganas yang paling dekat dibelakang Solor sedikit demi

sedikit kakinya mengayuh diantara akar yang keluar dari tanah hingga memanjat

ada yang kakinya jatuh mematahkan akar ada kakinya yang satu menekan kelokan

akar hingga satu kaki buaya masuk keselah selah akar dibarengi kaki lainnya

menginjak akar dengan keras hingga patah. Kaki salah satu buaya mau mengayuhkan

kakinya tetapi tidak bisa karena tersangkut diantara patahan akar dan juga

selah akar akar yang melilit. Buaya yang terlilit karena terlalu banyak akar

pada permukaan tanah yang juga bergelombang dipenuhi lumut, kini satu buaya

tertinggal oleh buaya putih raksasa yang punggungnya dipenuhi lumut melaju

merayap menuju Solor berlari didepan.

Empat buaya putih raksasa yang punggungnya dipenuhi lumut terus merangkak

melaju merusak porandakan apa yang dilaluinya berusaha mendapatkan Solor.

SSSSFFFFFIIIIIIUUUUUIIIIIIITTTTTTT !!!!!!!

Siulan dihasilkan lagi guna membuat buaya tetap mengikutinya yang berada di

belakangnya melewati permukaan tanah yang dipenuhi julangan akar akar pohon

batang kanopi raksasa yang berada di skitaran lumayan rapat. Gerombolan buaya

putih raksasa yang meraung raung bukan karena marah tetapi sepertinya teriakan

jengkel melewati permukaan tanah yang penuh dengan akar diamana mana itu dua

ekor buaya terjerat kakinya ketika mencoba mengayuhkan merangkak karena patahan

akar yang dihasilkan tubuhnya yang besar tidak mampu menahan beban.

Melihat itu langsung Solor berlari sedikit melengkung berputar berbelok

mengiri yang juga masih diikuti dua ekor buaya putih raksasa tertuntun arah

larian Solor yang berbelok melingkar membawanya ke daerah akar yang lebih

banyak terjal keras dan lebih besar.

Setiba di wilayah yang mana diantara batang pohon kanopi besar yang berlenggok

dan berlumut yang permukaan dibawahnya terjulang melenggok lenggok ada juga

yang melilit satu sama lain kini Solor menggiring kedua buaya putih raksasa

yang punggungnya dipenuhi lumut melewati area ini. Kaki kaki yang ganas

mencengram mematahkan akar yang ditumpunya sebagian kaki ada yang masuk keselah

selah akar tersangkut masuk keselah akar yang kuat dari pohon kanopi berbatang

besar melenggok tidak mampu mengayuhkan kaki buaya yang bercakar tajam karena

terjepit.

Solor yang masih berlari tetap siaga di antara dalam kabut seperti terlihat

bayang bayang manusia dan kuda yang kemudian membuat Solor berteriak

" MASUK KESINI !!! "

Teriak Solor menggema terdengar sampai kebalik kabut dimana ketiga orang

pemuda tadi berlari menuju ke tempat Solor

Buaya satunya yang masih gigih dengan langkahan kaki yang kasar terlihat

menaikan badan mencoba mengayuh keempat kakinya mengarungi lautan akar yang

semakin lama semakin kuwalahan akibat jepitan akar yang semrawut diwilayah ini

hingga terlilit dengan berakhir hanya dapat meraung raung semua buaya putih

raksasa yang mengikuti Solor.

Dibalik kabut hijau remang tersamar terlihat gerakan bayang bayang manusia

yang semakin lama ketiga pemuda keluar dari antara kabut berlari menuju Solor

keluar dari pecahan kabut.

" Bagaimana tuan!?"

Kata bersuara keras seorang pemuda bernama Agniran keluar dari kabut berlari

menghampiri Solor

" LARI TUAN !!!"

Teriak pemuda yang menyusul sembari mengglendeng kuda memegang tali kekang

dengan kenjang menarik yang tetap berlari melewati Solor dan juga Agniran yang

berheti bersama Solor

"Hah , Bagaimana "

Tambah seorang pemuda yang berbadan paling kekar dari pemuda itu memegang

parang besar yang juga berhenti melihat Agniran berdiri di samping Solor

" Buayanya mengkuti kami!!"

Kata pemuda berbadan kekar

" Arahkan senjata kalian pas kematanya!"

Kata Solor bersiap siap karena melihat bayangan buaya raksasa dibalik kabut

hijau yang merangkah merusak disekelilingnya menuju kearah mereka bertiga

Dengan cepat moncong buaya bagian pinggir terciprat darah keluar dari antara

kabut hijau menganga dipenuhi gigi siap melahap yang seketika Solor berlari

kearah menyampingi buaya memutar badannya seraya melempar gulungan tali pintal

melayang melingkar vertikal layak kitiran yang talinya mengenai corong mulut

buaya putih raksasa membalut yang semakin tipis mengikat kencang hingga kedua

ujung tali saling bertemu sampai mengunci.

Dengan itu membuat buaya putih raksasa yang dipenuhi lumut berhenti dari

rangkakanya mengangkat mulutnya dan menggoyang goyankan keatas akibat jeratan

tali pintal yang di lemparkan oleh Solor. Mengetahui itu kedua pemuda langsung

bergegas maju dari pemuda bernama Agniran dengan cepat berancang ancang

melemparkan parangnya tepat kemata buaya putih raksasa yang sudah kuwalahan

karena risih adanya ikatan pada corong mulutnya sembari pemuda berbadan kekar

mengayunkan parang besarnya membacok memutuskan kaki buaya yang tindakan itu

tiba tiba berhenti.

" JANGAN!!!!"

Teriak Solor seraya merentangkan kedua tangannya menahan serangan terhadap

buaya yang sudah tumbang

" Sebaiknya kita kembali ke tepi jurang lagi sebelum buaya buaya itu

terlepas!!"

Kata Solor seraya berlari menjauhi Buaya yang masih bergerak gerak berusaha

melepaskan ikatan tali pintal yang lain hanya meraung raung terjepit terliliti

akar pohoh kanopi besar yang berlenggok lenggok penuh lumut.

" Oh ya dimana orang tadi membawa kudaku!!"

Tanya Solor mendadak berhenti kepada kedua pemuda yang juga bergegas lari

meninggalkan menjauhi buaya buaya itu memasuki kabut.

" HANGGG !!!"

Teriak pemuda bernama Agniran memanggil temannya tadi

" Cepat kembali ketebing!"

Kata Solor seraya berlari melanjutkan lariannya menuju tebing jurang