Langit senja berwarna oren memantulkan diantara gulungan kabut yang bergerak
pelan menyelimuti Pegunungan Lumut kini tampak jelas bergaris tipis diantara
tepian awan yang menggembul bersama kabut ditengah hutan belantara layak
seperti tumpukan kapas tersorot dari belakang matahari yang mulai memerah.
Garis cahaya yang jatuh keselah tengah hutan belantara Pegunungan Lumut,
menabrak tiang jembatan terbuat dari batu kapur yang berukir batik dedaunan
merambat sampai pada pucuk tiang terdapat wadah batu bara yang tertutup seperti
atap berbentuk prisma yang terbuat dari batu kapur juga dipenuhi lumut bagian
pucuk sampai kebawah. Tiang jembatan setinggi pundak manusia yang tertali
kencang masuk tertanam pada dalam tiang menyambungkan ketiang sebrang tebing
yang semakin merendah kebawah menjadi tampak melengkung beralas papan kayu
selebar satu setengah meter tersusun rapi menyamping orang orang menyebut ini
sebagai Jembatan Lumut.
Jembatan yang hampr semua tertutupi lumut berumur tua bagian tali pegangan dan
papan kayu penuh dengan daun lumut menglewer jatuh menggelantung kebawah serta
beberapa tali pegangan pinggir tepian tebing jurang terliliti tanaman merambat
dan terjatuhi sulur dari atas pohon kanopi besar yang menaunginya.
Cahaya matahari senja yang tiba di tali Jembatan Lumut membuat warna lumut
menjadi kuning keorenanan kini yang sedang tergoyang goyang karena getaran
akibat pukulan hentakan langkahan kaki yang panjang dari tiga orang pemuda
melewati jembatan licin karena lumut menempel pada papan papan kayu
Ketiga pemuda yang berlari cepat melewati jembatan sepanjang dua puluh meteran
yang setiap orangnya membawa senjata parang dan tombak melangkahkan jauh
kakinya berusaha seperti kilat menyambar menuju tebing sebrang yang sebelumnya
mereka dikejar beberapa buaya putih raksasa yang punggungnya dipenuhi lumut
berubah mengejar suara siulan yang Solor timbulkan yang sudah jauh dari pinggir
tebing.
Ketiga pemuda ini terus berlari di pinggir tepian tebing hutan yang rimbun dan
licin banyak ditumbuhi tanaman paku pakuan ditumbuhi pohon berbatang berlenggok
lenggok raksasa disepanjang tepian tepian jurang yang bahkan ada yang hampir
jatuh kebawah menggrembolkan dinding tebing dengan akar akarnya menusuk mencuat
keluar yang juga berlenggok lenggok tertutupi lumut sampai menggelantung
lantung.
Dari jauh kabut yang tebal tidak terlihat kini semakin dekat semakin terlihat
posisi kuda yang tampak kebingungan di tonjolan batu dinding tebing berada di
bawah jurang yang bersiap tercaplok cangkupan rahang buaya dibawah kuda itu
sedang ancang ancang memundurkan badannya, seketika melihat itu dengan cepat
pemuda yang membawa tombak melemparkan tombaknya melayang melengkung keatas
lalu kebawah melewati udara hingga sampai pisau lancip yang berada di tepi
ujung tombak mendarat tepat di punggung buaya putih raksasa itu hingga
terpental jatuh kebawah lagi dari dinding jurang gagal memakan kuda.
Tancapan tombak yang hanya menancap pada kulit punggung buaya putih raksasa
karena kerasnya kulit punggung yang penuh lumut itu hanya terpental terkena
dorongan hantaman tusukan tombak dari udara yang dilayangkan oleh salah satu
pemuda yang berlari berusaha mencoba menyelamatkan kuda yang terjebak di
dinding tebing.
" Tidak ada cara lain"
Kata pemuda memakai rompi merah bergaris tepian merah pada lengan dan juga
kancing yang sedang menempelkan dadanya berhadapan dengan pemuda satunya yang
berdiri di tepi jurang diatas kuda yang terjebak
Pemuda yang menempelkan dadanya ke dada pemuda satunya berhadapan berdempet
yang hampir hidungnya saling bertatapan dengan cepat kemudian melengkungkan
badanya kebelakang menjatuhkan badannya kejurang dengan cepat juga pemuda
satunya memegang pinggang pemuda yang sudah jatuh kejurang dengan kepala
dibawah mengulurkan tangannya
" Kurang turun !!"
Teriak pemuda berada di dinding tebing yang kepalanya di bawah berusaha
meranggeh kuda
" Terlalu beresiko! Tidak akan muatt!!
Teriak pemuda yang satunya sedang memegang pinggangnya dengan kencang
" Pegang kakiku!!"
Teriak pemuda yang berada di dinding tebing yang kepalanya di bawah berusaha
meranggeh kuda
Dengan cepat menuruti apa yang dikatakan pemuda di bawah tebing dengan kepala
dibawah tadi, pemuda yang memegang pinggang itu dengan perlahan menurunkannya
sampai memegang kakinya
" SEDIKIT LAGII !!!"
Teriak pemuda dengan kepala dibawah yang tangannya sampai mengenai rambut kuda
" CEPATT .. SEDIKT LAGI!!"
Teriak tambah pemuda yang didinding dijurang
" Aku akan berusaha sekuat tenaga !!"
Kata pemuda satunya lagi yang membawa parang besar meletakan parangnya yang
kemudian memegang kaki pemuda yang memegang kaki pemuda di dinding tebing
" Baiklah!!"
Dengan cepat pemuda yang mulai dipegang kakinya dengan erat masuk kejurang
menjatuhkan diri hingga pemuda yang paling bawah meranggeh kedua kaki depan
kuda dengan cepat dia berteriak.
" ANGKATTT!!!"
Pemuda yang di pinggir tebing dengan sekuat tenaga mengangkat beban terberat
yang sebelumnya dia angkat, dengan sempoyongan berusaha mengangkat kaki yang
dipegangnya hampir hampir tidak bisa terlalu berat yang semakin lama semakin
hampir terlepas
Ditariknya dengan keras sambil berteriak seperti mau melahirkan anak hingga
menekukan kakinnya menumpu tanah untuk berdiri menarik semua yang ada dijurang.
" CEPAAATTT"
Teriak pemuda yang sedang memegang kedua kaki depan kuda yang kakinya tidak
bisa diajak kompromi bergoyang kekanan kekiri dengan keras hampir lepas
" ANGKAATTT"
Pemuda yang di pinggir jurang sudah kehabisan tenaga seakan akan apa yang
diangkatnya melebihi kemampuannya. Sekali lagi di mencoba menarik nafasnya lalu
kemudian mengangkat menarik dengan kuat sampai wajah yang memerah seperti mau
mengeluarkan darah semakin lama semakin terangkat kaki kuda belakang menumpu
pada tonjolan batu dinding tebing.
" ANGKAT CEPAATT"
Teriak pemuda yang memegang kedua kaki kuda berusaha mengangkat dan juga
melihat buaya putih raksasa yang juga berusaha menggoyang goyangkan badannya
untuk menjatuhkan tombak pada punggungnya yang menancap
Berusaha menarik napas kembali kini dengan mengeluarkan semua tenaganya pemuda
yang di pinggir tebing dengan keras mencoba menarik dengan kakinya tertekuk
berusaha mendomplang dan dilakukannya lagi hingga kakinya sampai melangkah
kebelakang dan terus melakukan sekali lagi menarik mencengkram tangannya ke
kaki pemuda menarik sampai pemuda yang di tengah dapat menumpu tanah. Dengan
cepat pemuda yang dipinggir tebing berhasil mengeluarkan pemuda satunya kembali
mencengram perutnya dari belakang menarik dan memulai meranggeh kaki pemuda
satunya yang memegang kedua kaki depan kuda dengan cepat lagi ditarik sekuat
tenaga berusaha mengeluarkannya dari dinding jurang yang berlumut.
Buaya putih raksasa yang telah berhasil menjatuhkan melepaskan tancapan tombak
di punggungnya yang kini mulai beraksi merangkak didinding tebing menghampiri
kedua kaki kuda yang bergerak gerak berusaha mencari tumpuan batu. Merangkaklah
buaya putih raksasa itu dengan ganas cakarnya mencengkram memanjat dinding
tebing bersiap melahap dengan satu kali caplokan yang semakin mendekati hanya
beberapa meter saja. Pemuda satunya keluar dari tebing kini tinggal kedua
pemuda memegang kaki pemuda yang masih memegang erat kedua kaki depan kuda
tidak mau diam bertingkah dengan cepat lagi yang hampir bisa mengeluarkan kuda
dari dinding tebing kedua kaki belakang kuda dengan mudah menumpu bebatuan
tebing sambil berjalan yang kemudian sampai kedua kaki depan kuda dilepaskan
dan langsung melompat ke samping atas tepi jurang diawali kaki depan kuda
dilanjutkan kaki kebalakang yang hampir terpeleset.
" Agniran! Kau sungguh gila!! "
Kata seorang pemuda yang memegang kaki seorang pemuda yang membawa kuda
berusaha naik
" INI BELUM WAKTUNYA BERISTIRAHAT !!"
" CEPAT BAWA KUDANYA !!!"
Kata Pemuda bernama Agniran yang memegang kedua kaki depan kuda sambil menepuk
keras pemuda yang duduk jongkok kuwalahan kehabisan tenaga seraya berlari
memasuki hutan.
Dengan cepat pemuda yang berdiri yang masih menghela nafas karena habis
menghabiskan tenaganya menyusul Agniran sambil meraih tali kekang berlari
mengikuti masuk kedalam hutan
Pemuda yang masih jongkok duduk dengan raut wajah biru kemerahan segera
tersadar didepannya muncul buaya putih raksasa berusaha naik keatas tepi tebing
jurang membuat dengan cepat pemuda itu mengambil parang besarnya serentak
mengancang ancang mengeluarkan pukulan ayunan parang menarget corong mulut yang
mulai keluar dari tepi jurang.
KKRRAAAAKKKKKHHHH!!
Berhasil melukai mulut buaya itu hingga membekas sayatan daging yang terbuka
mengeluarkan darah tetapi tetap saja tidak apa apa bagi seekor buaya putih
raksasa yang punggungnya di penuhi lumut masih dengan garang berusaha menaiki
tepi jurang kemudian pemuda pembawa parang besar lari membalikan badan seketika
melihat buaya putih raksasa yang tetap baik baik saja walaupun kena bacokannya.
Kembali ke hutan belantara yang banyak di tumbuhi pohon berbatang besar
berlenggok lenggok setinggi rata rata kurang lebih dua puluh meteran, pohon
jenis kanopi salah satu pohon banyak menaungi hutan belantara Pegunungan Lumut,
membuat hutan ini setiap harinya selalu teduh dan sebagian gelap karena sedikit
sinar matahari yang masuk. Selain dengan kondisi iklim tropis kepulauan membuat
wilayah ini paling lembab diantara wilayah lain yang mengakibatkan hutan
belantara Pegunungan Lumut semuanya tertutup lumut.
Lumut lumut yang tua sampai daunnya yang panjang menggelantung kebawah
diantara dahan pohon dan sulur sulur diatas hutan yang berdominan berwarna
hijau muda karena kabut yang terpantul beraneka ragam tanaman. Sehingga di
wilayah hutan belantara di bagian lereng Pegunungan Lumut tempat dilaluinya
Jalur Lumut yang pernah di bangun melintasi pegunungan ini sampai menghubungkan
sebuah jembatan yang menyambungkan patahan pegunungan yang berada di tengah
Pegunungan Lumut tebing yang teraliri sungai dibawahnya mengalir ketimur yang
ternyata ada sebagian hewan liar yang hidup di sungai.
Buaya putih raksasa yang hidup liar berasal dari rawa rawa sebelah barat agak
jauh dari Pegunungan Lumut yang jarang sebelumnya ada di wilayah Pegunungan
Lumut seakan akan hewan hewan tersebut bermigrasi akibat kondisi di Lemah
Angker yang selalu menyemburkan gas alam dan tanah yang beracun sehingga
membuat beberapa hewan buaya berwarna putih ini hidup di wilayah Pegunungan
Lumut terutama di pesisiran sungai.
Didalam hutan pinggir tepi jurang masuk kedalam belantara kini banyak pohon
yang daun dan dahannya tidak mencapai pohon kanopi raksasa mengeluarkan akar
karena tumbang dan sebagian patah berserakan merusak semua semak semak dan
tanaman kecil yang seiring dilalui Solor karena dibuntuti lima buaya putih
raksasa.
Raungan suara lima buaya seperti kelaparan yang sudah tidak makan satu tahun
bergerak ganas sempoyokan merobohkan semua apa yang dilaluinya mengikuti Solor
karena suara siulan suara yang ditimbulkan sebelumnnya. Buaya berwarna putih
raksasa yang punggungnya dipenuhi lumut dan ada juga sampai tumbuh beberapa
jamur di punggungnya sedang lomba lari mendapatkan Solor yang sedang berlari
juga melewati semak belukar sambil berusaha mengingat jalan yang pernah
dilaluinya tadi bersama kudanya sebelum tiba di tepi jurang.
Sambil berlari karena sudah tidak mungkin bisa lari menjauhi kelima buaya
putih raksasa yang berlumut. Kini Solor mencoba mengarahkan tangannya ke
telapak sendal talinya dengan berusaha sekuat tenaga sambil berlari diantara
batang pohon besar berlenggok memasuki kabut hijau, Sambil berlari Solor
mengeluarkan kait yang terpasang pada depan telapak sendal talinya. Berhasil
dibukanya dengan satunya yang terpasang di sendal sisinya lagi kini kedua
sendal Solor sudah terbuka sebuah kait tajam melengkung .
Mengetahui kedua kaitnya sudah terbuka di sendalnya kemudia dengan cepat Solor
berlari mendekati batang pohon besar yang melenggok yang diawali menginjak
Sulur kemudian dengan gesit mengkaitkan kakinya kebatang pohon besar berlenggok
memanjat keatas dengan mudah berkat bantuan kait yang tajam di bawah telapak
sendalnya sampai berada di atas pohon meninggalkan kelima buaya yang berlari
berpoyokan merusak segala yang ada disekitarnya dibawahnya. Buaya buaya yang
ganas dengan cengkraman kakinya yang tajam menggaruk berusaha naik ke batang
pohon raksasa yang dinaiki Solor sebelumnya, buaya yang tidak dapat memanjat
karena bentuk pohonnya yang hanya sampai bisa mencakar cakar batang pohon, kini
buaya putih raksasa berlumut satunya berjalan merangkak dengan cepat melalui
punggung buaya lainnya yang panjang menuju Solor yang ada diatas Pohon, disusul
lagi buaya satunya memanjat berjalan sempoyokan melewati punggung punggung
buaya yang panjang hingga sedikit lagi berada di dahan Solor berdiri sedikit
jongkok dengan waspada buaya buaya itu mau naik ketempatnya.
Solor jengkel kualahan apa yang telah dilakukan buaya buaya raksasa yang
berusaha mendatanginya di pohon yang dipanjatnya membuat dia berputar mencari
dahan untuk menyebrang ke pohon kanopi lain. Dengan cepat Solor melompat
kedahan pohon kanopi lain untuk menjauhi kelompok buaya raksasa itu yang tetapi
tetap saja diketahui oleh buaya putih raksasa berlumut sehingga membuat buaya
yang paling belakang menyusul merayap dengan menerjang semua semak belukar
menuju keberadaan Solor diatas pohon kanopi besar lainnya.
" Sebelah Sana "
Gumam Solor sembari melompat kedahan pohon kanopi besar melenggok dengan hati
hati karena licin dipenuhi lumut dan sulur sulur
Terus melompat lompat dari dahan kedahan dengan dibantu dengan kait di telapak
sendalnya, Solor dengan mudah melalui dahan ranting diatas hutan yang sedikit
menjauh dari gerombolan buaya yang mengejarnya.
Setiba di wilayah hutan yang pernah dilewatinya sebelum tiba di tepi jurang,
kini Solor melihat buaya buaya putih raksasa dibelakang yang sepertinya
kehilangan jejak Solor kini dia mengangkat kedua tanannya dengan kedua jari
dimasukan ke mulut lagi
SSSSSAIIIUUUFFFIIIIIITTTTTT ...!!!!!!
mendengar suara siulan yang menggema di hutan sampai terdengar kepada ketiga
orang pemuda yang sambil memegang tali kudanya memberitahukan letak keberadaan
Solor dan tentu juga buaya buaya putih raksasa dengan cepat kembali menyerbu
Solor menuju pusat siulan tadi.
Diwilayah yang sebelumnya dilewatinya tadi, dengan permukaan tanah yang
bergelombang dipenuhi akar akar pohon yang menyebar dipenuhi lumut, kini Solor
memberanikan diri untuk turun dari pohon kanopi berbatang besar berlenggok
lenggok. Dengan pelan karena batang yang berlumut di akhiri meloncat kebawah
Solor tiba di bawah pohon medarat ke akar akar besar yang banyak keluar
kepermukaan tanah dan juga berlenggok lenggok.
Dibelakangnya Solor dibalik kabut yang remang terbayang bayang gelombang
serbuan buaya yang berlari mengoyak koyak tumbuhan dan pohon dilaluinya
mengarah semakin lama mendekatinya, mengetahui itu Solor segera menciptakan
siulan sekali lagi
SSSSIIIIIIIUUUUFFFIIIITTTTTTT..... !!!!!!!
Bergegas berlari membelakangi kumpulan buaya raksasa di balik kabut tangan
Solor sambil mengambil sebuah tali pintal buatannya sendiri yang tersimpan di
sabuk otoknya sepanjang lima meter yang tergulung rapi. Tali pintal yang
terbuat dari kulit yang lentur setiap ujungnya tertali besi pemberat membentuk
tumpulan meruncing menyabang tiga secara simetris digenggamnya di tangan
kanannya yang masih tetap berlari sekuat tenaga melangalahkan lebih cepat dari
pada jarak langkahan kaki gerombolan buaya yang mengejar dibelakangnya.
Solor berlari diantara dahan pohon raksasa yang berlenggok menginjak melompat
dan menghindari akar akar yang diatasnya banyak ditumbuhi lumut ada pada
permukaan tanah wilayah ini merata.
" CEPAT !! Siulanya diarah sana!!"
Teriak pemuda bernama Agniran berlari memimpin keda pemuda yang ada
dibelakangnya yang satunya mengglendeng kuda menggenggam tali kekang yang
diakhiri memelankan suaranya
" AGNI APA YANG AKAN KITA LAKUKAN MENUJU KESANA!"
" SEHARIAN KITA HANYA DIKEJAR KEJAR OLEH BUAYA BUAYA ITU!!"
Teriak pemuda satunya yang sambil mengglendeng kuda berlari di belakang Agniran
" SUDAHLAH, Pelankan Suaramu!!!"
Kata pemuda bernama Agniran yang berada didepan memimpin larian kedua pemuda
lainnya tanpa menoleh kebelakang
Langkah kaki Solor tidak dapat menjangkau larian yang dihasilkan gerombolan
buaya putih raksasa sehingga Buaya buaya itu berada di belakang mendekati Solor
memperlihatkan rahang corongnya yang panjang dipenuhi gigi runcing mengeluarkan
raungan. Berlari dengan cepat sebisa mungkin sambil menghindar dan kadang
melompat melewati akar akar yang keluar dari tanah yang menyebar disekitar
menjauhi gerombolan buaya yang merangkak berpoyokan satu sama lain. Buaya
berlari merangkak dengan ganas yang paling dekat dibelakang Solor sedikit demi
sedikit kakinya mengayuh diantara akar yang keluar dari tanah hingga memanjat
ada yang kakinya jatuh mematahkan akar ada kakinya yang satu menekan kelokan
akar hingga satu kaki buaya masuk keselah selah akar dibarengi kaki lainnya
menginjak akar dengan keras hingga patah. Kaki salah satu buaya mau mengayuhkan
kakinya tetapi tidak bisa karena tersangkut diantara patahan akar dan juga
selah akar akar yang melilit. Buaya yang terlilit karena terlalu banyak akar
pada permukaan tanah yang juga bergelombang dipenuhi lumut, kini satu buaya
tertinggal oleh buaya putih raksasa yang punggungnya dipenuhi lumut melaju
merayap menuju Solor berlari didepan.
Empat buaya putih raksasa yang punggungnya dipenuhi lumut terus merangkak
melaju merusak porandakan apa yang dilaluinya berusaha mendapatkan Solor.
SSSSFFFFFIIIIIIUUUUUIIIIIIITTTTTTT !!!!!!!
Siulan dihasilkan lagi guna membuat buaya tetap mengikutinya yang berada di
belakangnya melewati permukaan tanah yang dipenuhi julangan akar akar pohon
batang kanopi raksasa yang berada di skitaran lumayan rapat. Gerombolan buaya
putih raksasa yang meraung raung bukan karena marah tetapi sepertinya teriakan
jengkel melewati permukaan tanah yang penuh dengan akar diamana mana itu dua
ekor buaya terjerat kakinya ketika mencoba mengayuhkan merangkak karena patahan
akar yang dihasilkan tubuhnya yang besar tidak mampu menahan beban.
Melihat itu langsung Solor berlari sedikit melengkung berputar berbelok
mengiri yang juga masih diikuti dua ekor buaya putih raksasa tertuntun arah
larian Solor yang berbelok melingkar membawanya ke daerah akar yang lebih
banyak terjal keras dan lebih besar.
Setiba di wilayah yang mana diantara batang pohon kanopi besar yang berlenggok
dan berlumut yang permukaan dibawahnya terjulang melenggok lenggok ada juga
yang melilit satu sama lain kini Solor menggiring kedua buaya putih raksasa
yang punggungnya dipenuhi lumut melewati area ini. Kaki kaki yang ganas
mencengram mematahkan akar yang ditumpunya sebagian kaki ada yang masuk keselah
selah akar tersangkut masuk keselah akar yang kuat dari pohon kanopi berbatang
besar melenggok tidak mampu mengayuhkan kaki buaya yang bercakar tajam karena
terjepit.
Solor yang masih berlari tetap siaga di antara dalam kabut seperti terlihat
bayang bayang manusia dan kuda yang kemudian membuat Solor berteriak
" MASUK KESINI !!! "
Teriak Solor menggema terdengar sampai kebalik kabut dimana ketiga orang
pemuda tadi berlari menuju ke tempat Solor
Buaya satunya yang masih gigih dengan langkahan kaki yang kasar terlihat
menaikan badan mencoba mengayuh keempat kakinya mengarungi lautan akar yang
semakin lama semakin kuwalahan akibat jepitan akar yang semrawut diwilayah ini
hingga terlilit dengan berakhir hanya dapat meraung raung semua buaya putih
raksasa yang mengikuti Solor.
Dibalik kabut hijau remang tersamar terlihat gerakan bayang bayang manusia
yang semakin lama ketiga pemuda keluar dari antara kabut berlari menuju Solor
keluar dari pecahan kabut.
" Bagaimana tuan!?"
Kata bersuara keras seorang pemuda bernama Agniran keluar dari kabut berlari
menghampiri Solor
" LARI TUAN !!!"
Teriak pemuda yang menyusul sembari mengglendeng kuda memegang tali kekang
dengan kenjang menarik yang tetap berlari melewati Solor dan juga Agniran yang
berheti bersama Solor
"Hah , Bagaimana "
Tambah seorang pemuda yang berbadan paling kekar dari pemuda itu memegang
parang besar yang juga berhenti melihat Agniran berdiri di samping Solor
" Buayanya mengkuti kami!!"
Kata pemuda berbadan kekar
" Arahkan senjata kalian pas kematanya!"
Kata Solor bersiap siap karena melihat bayangan buaya raksasa dibalik kabut
hijau yang merangkah merusak disekelilingnya menuju kearah mereka bertiga
Dengan cepat moncong buaya bagian pinggir terciprat darah keluar dari antara
kabut hijau menganga dipenuhi gigi siap melahap yang seketika Solor berlari
kearah menyampingi buaya memutar badannya seraya melempar gulungan tali pintal
melayang melingkar vertikal layak kitiran yang talinya mengenai corong mulut
buaya putih raksasa membalut yang semakin tipis mengikat kencang hingga kedua
ujung tali saling bertemu sampai mengunci.
Dengan itu membuat buaya putih raksasa yang dipenuhi lumut berhenti dari
rangkakanya mengangkat mulutnya dan menggoyang goyankan keatas akibat jeratan
tali pintal yang di lemparkan oleh Solor. Mengetahui itu kedua pemuda langsung
bergegas maju dari pemuda bernama Agniran dengan cepat berancang ancang
melemparkan parangnya tepat kemata buaya putih raksasa yang sudah kuwalahan
karena risih adanya ikatan pada corong mulutnya sembari pemuda berbadan kekar
mengayunkan parang besarnya membacok memutuskan kaki buaya yang tindakan itu
tiba tiba berhenti.
" JANGAN!!!!"
Teriak Solor seraya merentangkan kedua tangannya menahan serangan terhadap
buaya yang sudah tumbang
" Sebaiknya kita kembali ke tepi jurang lagi sebelum buaya buaya itu
terlepas!!"
Kata Solor seraya berlari menjauhi Buaya yang masih bergerak gerak berusaha
melepaskan ikatan tali pintal yang lain hanya meraung raung terjepit terliliti
akar pohoh kanopi besar yang berlenggok lenggok penuh lumut.
" Oh ya dimana orang tadi membawa kudaku!!"
Tanya Solor mendadak berhenti kepada kedua pemuda yang juga bergegas lari
meninggalkan menjauhi buaya buaya itu memasuki kabut.
" HANGGG !!!"
Teriak pemuda bernama Agniran memanggil temannya tadi
" Cepat kembali ketebing!"
Kata Solor seraya berlari melanjutkan lariannya menuju tebing jurang