Pagi semakin menyingsing menaik memancarkan sinarnya yang mulai menghangat
menyebar keseluruh wilayah Sanajayan bagian barat, menyoroti Pegunungan Lumut
yang tampak hijau terlihat dari angkasa mengkikis sedikit demi sedikit butiran
kabut mulai mengumpul mengikuti hembusan angin pada saatnya merebah karena
cuaca di atasnya semakin memanas.
Didalam hutan Pegunungan Lumut dibawah naungan pohon teduh nan rindang
menutupi seluruh lantai hutan lembab terselimuti kabut hijau terpantul dari
cahaya yang terhalang oleh daun dari atas membuat udara dingin merangkul setiap
kehidupan di dalamnya.
Tampak Agniran dan Solor berada di pertengahan Jalur Lumut, dibawah batang
pohon yang melenggok menjunjung ranting daun meneduhi mereka yang baru saja
melawan kelompok pemberontak dari Ampringan
Angger Langking yang ternyata kelompok ini sedang menggunakan kekuatan
pusakanya meninggalkan pecahan bekas kain hitam yang berserakan di jalan paving
dimana Agniran dan Solor berdiri menunggu Hanggoro dan Joko menangkap tinggal
satu anggota Angger Langking yang berlari.
" Tuan Solor, Kenapa dengan kusir itu anda menyuruh untuk tidak dibunuh juga!"
Kata Agniran kepada Solor yang masih bersiaga
" Kusir itu satu satunya manusia !"
" Dengan Lagaknya aku hafal kalau orang itu sedang terhipnotis"
" Kusir itu hanya kehilangan kesadarannya ! "
Kata Solor kepada Agniran
" Jadi kenapa orang orang berseragam slontrang tadi hilang ketikan senjata
mengenainya!"
Tanya Agniran
" Inilah orang yang sedang menggunakan pusaka!"
" Aku mengetahuinya saat tidak ada reaksi ketika aku lemparkan semut merahku !"
Kata Solor
" Bisa jadi orang orang berbaju hitam tadi tidak sedang hilang! Ketika senjata
mengenainya!"
Kata Solor
" Tetapi kenapa meledak ketika terpukul senjata?, seperti balon!"
Ucap Agniran
" Sebetulnya inilah orang yang sedang menggunakan pusaka, tetapi pusakanya
berupa apa saya tidak tahu!"
Jawab Solor
" Tuan!! Sebelumnya orang berbaju hitam itu mengajak kami bertiga untuk
bergabung kepada kelompok mereka, mereka mengatakan mempunyai pusaka yang dapat
melindungi dari ancaman kepunahan manusia akibat tanda Akiknya dijadikan hadiah
utama diSayembara nanti!!"
" Apakah mereka mengatakan pusaka yang dia miliki itu??!"
Tanya Solor langsung menatap Agni
" Keris bernama Ayangwengi"
Kata Agniran
" Hemm...Ayangwengi"
Gumam Solor mencoba mengingat benda pusaka itu seraya merundukan kepalanya.
Pikiran Solor berubah mencoba mencari tahu tentang benda pusaka yang disebut
Ayangwengi, ingatannya yang tertuju pada rak kecil buku yang di ruang tamu
rumahnya berusaha menghapal dari dimulai dari segi nama benda pusaka yang
berati bayangan.
Ketika mengetahui pusaka itu berkaitan dengan bayangan yang kemudian
ingatannya dibantu dengan ucapan yang pernah dikatakan oleh Samiranah.
" Lek.. tentang benda pusaka yang memiliki elemen kegelapan, carilah pada buku
yang lembar depannya berwarna hitam, karena disitulah aku menyusunnya!"
Dengan begitu Solor segera mengingat kembali buku berwarna hitam yang ada di
rak kecilnya dengan mencari tahu pusaka bernama Ayangwengi.
" Ayangwengi yang pernah ditulis oleh temanku, adalah pusaka yang dapat
mengeluarkan bayangan orang pemakai pusaka ini melalui ..... bayangan."
" Apakah pusakanya sebuah keris?"
Tanya Solor kepada Agniran yang berdiri saling berhadapan yang tampak Solor
lebih pendek sehingga sedikit pandangan mengarah keatas
" Benar, sebelumnya mengatakan benda pusakanya adalah keris, yang selalu
dirawat secara turun temurun"
Jawab Agniran
" Begini, menurut buku yang ditulis temanku Pusaka Ayangwengi dapat merubah
segala batu menjadi hitam pekat, walaupun yang tersentuh adalah emas. Selain
itu bisa menggandakan pengguna keris ini dengan hanya menyabikan sesuatu yang
gelap menjadi duplikat dari sipengguna berupa bayangan melalui sesuatu yang
gelap"
Jelas Solor
" Maaf tuan Solor, saya belum begitu mengerti"
Kata Agniran dengan wajahnya yang terciprat bekas tinta hitam
" Di tempat gelap yang hitam pekat, pengguna keris ini dapat membuat
duplikatnya yang digerakan oleh bayangan itu sendiri dengan hanya menyabikan
kerisnya, dan walaupun didalam ingatan dimana ada sesuatu yang gelap, pengguna
pusaka ini dapat memunculkan duplikatnya melalui kegelapan atau tidak ada
cahaya!"
Terang Solor
" Apakah termasuk diruangan juga tuan?"
Tanya Agniran
" Termasuk didalam ruangan"
Jawab Solor mengangguk
Mengetahui itu membuat Agniran dan juga Solor teringat kelompok Angger
Langking kesini dengan berkendara delman yang mana delman tersebut adalah
sebuah gerbong hitam yang ditarik menggunakan dua kuda.
Dengan begitu keduanya langsung menengok melihat delman yang berhenti di
pinggir jalan paving dengan kedua kuda hitam yang masih bergerak gerak seperti
biasa.
Tidak lama kemudian, satu orang kelompok Angger Langking keluar dari gerbong
delman dengan seragam yang sama dan kain yang sama pula dengan potongan pecahan
yang sudah tersebar berserakan di jalan paving Jalur Lumut.
" Sialan !!"
Gumam Agniran dugaannya benar
Dari gerbong delman itu mengeluarkan kelompok anggota Angger Langking lagi
dengan jumlah lebih dari lima yang kemudian ketujuh anggota Angger Langking
berseragam sama terbalut kain hitam ketat menyelubungi tubuh dengan baju
slontrang hitam yang memakai udeng blangkon serta wajah tertutupi topeng
seukuran wajah berbentuk rahang lancip dan bermata sipit bergerombol menyerang
Agni dan Solor.
Segeralah Agniran dan Solor bersiap melawan pasukan yang dibuat pemegang
pusaka Ayangwengi dari jarak jauh melalui kegelapan yang terbuat dari balutan
kain menutupi tubuh.
Di angkatnya parang dengan cepat membelah tubuh anggota Angger Langking
menebasnya yang tetapi tidak tedas oleh Agniran membuatnya merasa geram.
" Kenapa tuan, aku pukul selalu kebal!"
Teriak Agniran kepada Solor yang juga sedang sibuk melawan Anggota Angger
Langking.
" Coba kamu dengan buka topengnya!"
Kata Solor sambil menggerakan tangan dan kakinya mirip gangsing mengangkat
tubuhnya yang dengan mudah membuka kain hitam penutup yang membalut membuat
cahaya masuk lalu meledaklah kelima pasukan Angger Langking yang mengroyok
Solor berubah menjadi sobekan kain berkeping keping menumpuk di tanah berlumut
Kedua pasukan Angger Langking yang berusaha mengambil tombak tergeletak di
jalan paving tidak jadi akibat tarikan yang dilakukan Agniran dari belakang dan
memukulnya hingga mengangkatnya membalik seraya membuka topeng lalu dengan
cepat tubuh anggota Angger Langking meledak pecah berantakan meninggalkan
sobekan kain yang melayang diatas Agniran.
Tinggal satu pasukan lagi bergerak agak mundur menjauhi Agniran dan Solor yang
posisinya juga menghadang.
" KESELAMATAN HANYA ADA PADA KAMI SOLOR!! INGAT ITU!! AKU AKAN SELALU
MENUNGGUMU UNTUK BERGABUNG DENGAN KAMI !!!!!
" Hah?? Apakah hewan hewanku juga akan bergabung denganmu?!"
Kata Solor membalas menatap sisa satu anggota yang mengatakan tidak akan
pernah bergabung dengan Angger Langking.
" AKIKNYA !YANG DIJADIKAN HADIAH UTAMA !!, ADALAH BENDA PUSAKA YANG LANGKA!!!
" KETUA PADEPOKAN ITU TELAH MELANGGAR HUKUM ALIANSI DAN JUGA TIDAK BECUS
MENJAGA AKIKNYA !!!
" JUSTRU KALIAN LIHAT !! AKIK KUMENTENG MALAH DIPAMERKAN KEPADA SELURUH
WARGA!!!
Mendengar apa yang telah dikatakan kelompok Angger Langking, pertanyaan
pertanyaan yang sedang merisaukan dirinya kini semakin mulai terjawab
menjadikan dugaannya tentang Akik Kumenteng ternyata benar bahwa pusaka itu
bukanlah ayah Hartoko yang membuat, melainkan kelima penambang.
Pernyataan dari kelompok Angger Langking juga mengingatkan pada perkataan
teman mudanya Samiranah mengenai pembangunan sebuah candi raksasa.
"Lek... diwaktu candi raksasa itu akan mulai dibangun,
sudah pasti orang orang akan merebutkan pusaka yang berguna untuk cepat
melancarkan pembangunan itu!!, dan pastiah pusaka ini adalah benda pusaka yang
"langka"!!!!
"Tetapi ntahlah kapan itu akan terjadi,"
" Saya kira menjaga Akik Kumenteng tidak harus bergabung dengan orang orang!,
cukup dengan menjaga menyimpannya dan merawatnya "
Kata Solor didepan anggota Angger Langking yang tinggal satu.
" ALIANSI SUDAH TIDAK BISA DIANDALKAN LAGI !!"
" BERSAMA KELOMPOK KAMI ANGGER LANGKING DAN PUSAKA AYANGWENGI"
" KAMI AKAN MENYUDAHI SAYEMBARANYA DAN MULAI MENYIMPAN AKIKNYA MENJAUHKAN DARI
MALAPETAKA !!!!"
Solor sembari mengernyitkan dahinya melihat wajah Agniran yang hitam sebagian
terkena siratan tinta hitam, dengan itu membuat Solor berpikiran tentang orang
orang yang telah jarinya dicelupkan ke tinta hitam.
" Ada sesuatu yang tidak beres dengan kelompok ini tuan, perkataan perkataan
yang diutarakannya begitu meyakinkan,
Tetapi kalau kelompok mereka memang bertujuan baik, kenapa mereka melakukan
pemaksaan kepada orang orang untuk mencelupkan tinta hitam yang mereka bawa?"
Lantas dengan seorang kusir yang sedang di buru oleh Hanggoro dan Joko kata
tuan tadi hilang kesadarannya?
Bagaimana ini tuan?"
Kata Agniran memandang Solor dari samping.
" Sekarang saya mulai tahu, Tinta hitam itu"
" Tinta yang terkena sentuhan keris Ayangwengi"
Kata Solor menengokan kepalanya melihat Agniran
" Ohh, jadi kami bertiga bagaimana tuan?"
" Kami terkena siratannya!!"
Kata Agniran sambil mengusap ngusap membersihkan tinta di wajahnya tetapi
tidak bisa
" Seperti kusir tadi akibat dari celupan tinta hitam pusaka Ayangwengi"
Kata Solor
" Apakah kami bertiga juga bisa kehilangan kesadaran tuan?!"
Kata Agniran gugup
" Begitulah, "
"Jadi kata orang dari Tantruno saat berada di Warung dan Pondok Kecot! yang
saat itu katanya meneror dia di perbatasan Ialah orang yang kehilangan
kesadarannya!"
Gumam Solor dalam hatinya.
" AKHIRNYA KAU TAHU JUGA KINERJA PUSAKAKU!!"
"JANGAN KAWATIR , IKUTLAH BERSAMA KAMI SEKARANG JUGA, DAN KITA PERGI DARI
SINI!!"
" Tidak ... tidak.., Sebenarnya kau sudah mengulur waktu karena takut kusirmu
segera dibawa kemari bukan?!"
Kata Solor berbicara kepada seseorang pengguna pusaka yang tidak tahu
keberadaanya melalui bayangan yang tebungkus kain hitam berseragam slontrang
memakai topeng
" SOLORR!! APAKAH KAU AKAN MELAPORKANNYA KEPADA ALIANSI??"
" Bukan aku yang melaporkannya, tetapi kusirmu sendiri yang melakukannya!"
Jawab Solor
" KEMUNCULAN DUA PUSAKA DARI BATIN PANGIKRAR YANG BERBEDA DARI BIASANYA,
PERMINTAAN LELEMBUT DHENGEN YANG TERBAYAR BUKANLAH SI PEMINTA YANG
MELAKUKANNYA"
Kata pemegang pusaka Ayangwengi berusaha membujuk Solor untuk tidak
menyebarkan identitasnya.
" Benar sekali, dengan itu sebenarnya kalian menginginkan Akiknya juga kan?"
Kata Solor
" BUKAN HANYA AKU SOLOR!!"
" TETAPI SELURUH SANAJAYAN !!"
" Lantas kenapa kalian bersikeras memperhentikan Sayembaranya?"
" Kenapa tidak keponakanmu, adekmu, anakmu saja yang mendapatkan Hadiah Akik
Kumenteng melalui ikut Sayembara?"
Kata Solor
" KAU SUDAH GILA SOLOR!!"
" Opss.. sebentar, Jadi kalian sudah mengetahui tentang Candi Raksasanya?"
Tanya Solor
" LEBIH DARI ITU SETELAH AKU MENDAPATKAN AKIKNYA!"
Mendengar itu Solor terguyur keraguan didalam dirinya perihal apabila Akiknya
di tangan Angger Langking, mereka dengan mudah dan cepat akan membangun candi
raksasanya.
Tetapi dengan cepat Solor berubah pikiran ketika dia teringat adanya
pertemuan Kuda coklat kemerahan memiliki sayap yang kemarin di antara batang
pohon melenggok dia menyentuhnya menjadi sebuah harapan bahwa keseimbangan itu
pasti ada.
" Ketahuilah, pemuda disampingku ini adalah salah satu peserta sayembaranya!"
" TIDAKK !!"
" MANUSIA SAAT INI AKAN MENANGGUNG SEMUA YANG DAHULU TERJADI !!
" TIDAK ADA PERTOLONGAN LAGI DARI PIHAK PENGEMBARA, ALIANSI AKAN BUYARR"
"MANUSIA AKAN SEGERA PUNAH!!"
"Jadi yang dimaksud oleh Samiranah guna membangun candi raksasa itu adalah
akik yang sekarang di jadikan hadiah utama"
Gumam Solor dalam hatinya mengingat ucapan dari Samiranah.
" Baiklah kalau begitu, perihal gambar yang ada pada kertas yang tunjukan,
bukankah itu sebuah Batin Pangikrar?"
" Lantas apa yang kau lakukan justru telah membelakangi para pengembara?
Kenapa kau tidak berusaha mencari cara melenyapkan Batin Pangikrar itu !!?"
Tanya Solor pada anggota Angger Langking yang tinggal satu berdiri dari
kejauhan menatap Agniran dan Solor
" SOLOR SI KRROTO DOMBLE!! BODOH SEKALI KAU!!"
" DENGAN UPAH YANG DIMINTAI SETIAP KALI PANGIKRARAN ADALAH SARANA UNTUK
MEWUJUDKAN CANDI RAKSASANYA !!
" Lantas kenapa dengan Candi Raksasanya itu? buat apa?
Tanya Solor kembali
" ITULAH SEBABNYA IKUTLAH BERSAMAKU, KAU AKAN MENJADI GOLONGAN KAMI SEBAGAI
PENDUKUNG SANG "ARKANDEWA" "
" Oh, apalagi itu Sang Arkandewa?"
Tanya Solor
"KAU TERLALU BANYAK TANYA!!"
Seketika Kelompok Angger Langking secara tiba tiba muncul keluar dari gerbong
delman berwarna hitam mengeluarkan lima kelompok anggota lagi yang berseragam
sama.
" Ini bisa untuk latihanmu disaat nanti kau memulai Sayembaranya!"
Kata Solor ke Agniran yang sudah siaga menghadang lima kelompok Angger
Langking yang keluar dari gerbong berwarna hitam.
" Tuan, tetapi aku tidak dapat meledakannya!"
Kata Agniran yang mulai mengangkat parangnya berlari menuju kelima bayangan
yang berseragam dibuat oleh pusaka kelomok Angger Langking
Diikutinya oleh Solor dibelakang Agniran yang mulai membelah pakaian slotrang
seragam kelompok Angger Langking oleh Agniran dengan parannya tetapi kebal lalu
dilanjutkan cabikan Kujang milik Solor memutar merobek meledakan dua bayangan
yang terbalut kain hitam berseragam slontrang.
" Buka saja topengnya!!"
Teriak Solor pada Agniran
" KAU SUNGGUH BODOH !! SOLOR !!"
Bayangan terbalut berbaju slontrang dan memakai topeng coklat tua tiba tiba
keluar lagi lima dari gerbong delman jadi dihadapan mereka berdua ada delapan.
" Oh..Muncul lagi?!"
Gumam Solor
Berlarilah Solor menuju gerombolan bayangan yang terbalut kain hitam
berseragam slontrang yang juga mulai melawan dengan cepat Solor memutar lagi
tubuhnya melayang mencabikan ketiga kelompok berseragam sama hingga sampai
meledak memuncratkan kepingan kain hitam berserakan di udara dan juga tanah
berlumut.
Tiba tiba bayangan berseragam slontrang keluar lagi dari gerbong delman
sepuluh oranvg bayangan terbalut seluruhny kain ketat hitam berbaju slontrang
hitam dan memakai topeng seukuran wajah berahang lancip bermata sipit yang
langsung berlari menuju Solor dan Agniran yang berkelahi dengan bayangan yang
berseragam itu.
Solor dan Agniran sekarang kondisinya seperti terkepung oleh bayangan yang
sama dalan seragam meledakannya beberapa dengan membuka topeng dan juga sayatan
akibat senjata Solor yang membelah membuat selah pada balutan kain yang
menutupi membuat dalamnya warna hitam pekat.
Tidak tanggung tanggung, sipengguna keris Ayangwengi terus menngibaskan
kerisnya dengan cepat tidak berhenti sambil memingat kondisi dalam gerbong yang
gelap, menciptakan duplikatnya yang terus keluar tanpa henti dari gerbong
delman berwarna hitam dipinggir Jalur Lumut.
Kini Solor dan Agniran di kempung melawan tiga puluhan ruangan hitam yang
terbalut kain ketat berbaju slontrang dan bagian muka tertutup topeng.
perkelahian yang tanpa henti segera dimulai, berbagai cara dilakukan Agniran
dan Solor berusaha membuka balutan kain yang berseragam slotrang memasukan
serpihan cahaya menyelinap kedalam balutannya yang mempergelap ruangan membuat
meledak ledak menyenemburkan banyak pecahan kain hitam bekas balutan dan
seragam. Kelompok bayangan terbalut kain hitam berbaju slontrang terus keluar
dari gerbong delman yang semakin banyak membuat lantai hutan Pegunungan Lumut
banyak tertimbun kain hitam yang menumpuk sampai menyebar kemana mana.
Semakin banyak dan terus menerus bayangan yang tertutupi seragam slontrang dan
bertopeng kian muncul puluhan sampai ratusan membuat Agniran dan Solor mulai
kuwalahan dan mencoba untuk kelar dari gerombolan yang sudah mengepungnya.
Bukan dari kekuatan yang dimiliki bayangan yang terbungkus itu melainkan
jumlahnya yang menjadi jadi membuat Agniran dan Solor beberapa tersekap hingga
terjatuh akibat keroyokan yang membuat tedesak mengharapkan Joko dan Hanggoro
segera datang.
" Kita harus hancurkan gerbong delmannya!!"
Teriak Solor sambil melakukan beberapa gerakan silat membesit kain hitam
" Terlalu banyakk tuan,!! Aku kesulitan untuk menuju ke gerbongnya!!"
Kata Agniran sibuk berusaha membuka selah pada kain yang membalut membentuk
manusia duplikatan pengguna benda pusaka Ayangwengi
Tampak tumpukan menggunung kain hitam yang membanjiri hutan semakin meluas
akibat sobekan kain hitam yang melayang mengudara menyebarkan kepingannya
membuat hutan Pegunungan Lumut menjadi seperti padang pasir berwarna hitam
diantara pohon besar melenggok dipenuhi lumut