Chereads / Chandraklana : Singularity Of The Grand Prize / Chapter 29 - Di Penghujung Pembukaan Sayembara

Chapter 29 - Di Penghujung Pembukaan Sayembara

Bendera dan benner hijau tua bergambar logo Trigaldituro banyak terpasang di

pegunungan, lapangan dan padepokan Agungdijoyo Winoto di desa Wijonayem. Ramai

dengan warga yang banyak berkunjung dan para peserta pengikut Sayembara

berantusias menyemarakan acara yang setiap tujuh tahunnya diselenggarakan

bergantian dari kota atau desa seluruh wilayah Sanajayan.

warga perangkat desa khususnya dari padepokan Agungdijoyo Winoto, telah

selesai mempersiapkan peralatan serta arenanya.Dari benner besar panjang

kebawah hingga bendera benner sampai kecil berbentuk segitiga terpajang

disetiap sudut kota dan tempat umum lainnya, berhiasi lencana lencana elegan,

terdengar suara musik gamelan dan lentera yang di tambah jumlahnya untuk nanti

malam diadakannya upacara pembukaan Sayembara Trigaldituro di stadium yang

sudah dipersiapkan dibukit rumput hijau samping timur desa Wijonayem.

Desa yang dibanjiri warga dari seluruh Sanajayan dan semua peserta sayembara

bersiap dari selesainya latihan yang kini sedang menunggu detik demi detik

dibukanya upacara Sayembara yang meriah diadakan nanti malam.

Ada peserta Sayembara yang berharap mereka tidak telat mengikuti upacara

pembukaannya tetapi yang sekarang peserta ini masih sibuk membuka topeng dari

buatan anggota Angger Langking yang telah menggunakan pusakanya Ayangwengi

menduplikatkan pemegang keris melalui bayangan hitam.

Hutan Pegunungan Lumut di lokasi berhentinya delman menganggkut gerbong hitam

yang gelap, kini sudah seperti lautan kain hitam yang menyebar keseluruh area

itu. Membanjiri sampai membentuk pegunungan akibat pecahan potongan kain hitam

dari orang yang di duplikatkan oleh benda pusaka Ayangwengi membuat wilayah

hutan menjadi hitam.

" Tuann!! buatkan jalan untuk menuju ke gerbongnya!!"

Kata Agniran seraya memukul membuka topeng bayangan yang terbungkus membentuk

manusia berseragam slontrang

" Apakah masih kebal ketika kau pukul dengan parangmu?!"

Teriak Solor menghadap Agniran sambil bergerak silat menyayat bayangan

terbungkus kain hitam diantara tumpukan kain

" Iya tuan!! , aku hendak memberi celah cahaya pada gerbongnya!!!"

Teriak Agniran mulai kesulitan melawan ratusan bayangan yang terselimuti kain

hitam berseragam slontrang.

Jleebbb

Meledak berkeping keping mencipratkan potongan kain hitam karena tusukan anak

panah yang memberi celah pada kain yang membaluti.

" Kenapa begitu banyak !!!"

Teriak Joko sambil memanahi anggota Angger Langking

" Jokoo!! Bagaimana kusirnya!?"

" Apa kau mendapatkannya?!"

Teriak Agniran menghadap kebelakang menyambut kedatangan Joko yang mulai tiba

dibarengi Hanggoro membopong kusir yang sedang pingsan.

" Wah apa yang sedang terjadi !!"

Teriak Hanggoro dari kejauhan sambil membopong kusirnya melihat Solor dan

Agniran di atas tumpukan kain yang mulai membukit sedang berkelahi berusaha

membuka selah untuk masuknya cahaya pada tubuh yang terbalut kain hitam

Tidak lama kemudian, karena tumpukan kain yang menggunung itu dibawah Agniran

dan Solor mulai bergoncang, gundukan kain berubah seperti gempa bumi

menggetarkan tubuh Agniran dan Solor yang sedang berkelahi berusaha membuat

celah pada bayangan yang tertutupi kain ketat berseragam slontrang.

Goncangan itu semakin kencang membuat Agniran dan Solor terjatuh pada tumpukan

kain yang kemudian semakin membelesit kain kain yang di bawah tumpukan

bergejolak memukuli Solor yang terjatuh berusaha memasukan kedalam bauran kain

hitam yang menumpuk.

" Tuan Solor!!"

Teriak mereka bertiga menyaksikan Solor di tarik kebawah masuk kedalam

tumpukan kain hitam

Melihat itu segera dengan cepat Joko berlari hingga kakinnya mulai menginjak

sobekan kain hitam yang menumpuk naik keatas dengan membawa parang besar

memukul mengayunkan membelah bayangan yang memakai baju slontrang hitam

bertopeng untuk membantu mereka.

Diatas tumpukan Agniran yang kawatir akibat ditariknya Solor masuk kedalam

tumpukan pecahan kain hitam berusaha mengikuti memasuki kedalam tumpukan

pecahan kain hitam yang semuanya memukul tubuh mereka.

Didalamnya tumpukan pecahan kain hitam yang membukit Solor terus ditarik

seraya dipukuli dengan oleh kain yang melilit berusaha mencekik Solor di dalam

tumpukan pecahan kain yang gelap. Kujang yang di cepit di kakinya mulai lepas

karena cengkraman kain hitam yang dia semakin tenggelam di dalam tumpukan kain

hitam dengan berusahalah Solor beberapa kali mencoba melepaskan cekikan kain

hitam yang melilit lehernya serta pecahan pecahan kain hitam didalam tumpukan

juga mulai melilit semua anggota tubuh Solor terkapar dalam kegelpan.

"TERPAKSA AKU MEMBUNUHMU SOLORR!"

" TIDAK ADA YANG BOLEH MENGETAHUI TENTANG PEMBANGUNAN CANDI RAKSASA ITU !!!"

" Aku tahu sebenarnya kau menginginkan Akiknya!!"

" Tetapi keajaiban keajaiban itu akan tetap memberi jalan pada Aliansi !"

" MATILAH KAU SEKARANG !!"

Sobekan kain hitam bergerak didalam gelapnya tumpukan pecahan kain mulai

merambat mengekang Solor yang mulai diangkatnya kepala oleh lilitan kain yang

kuat mencoba membunuh Solor dengan jeratan kain yang mencekik lehernya semakin

kuat dan semakin Solor susah bernapas beberapa saat.

Cengkraman potongan kain hitam yang menjerat memasukan tubuh Solor didalam

tumpukan yang gelap kini Solor tidak berdaya didalam gelap, kesadaran dan

kepeningan juga mulai dirasakan Solor akibat kekurangan napas, tubuhnya juga

mulai melemas diantara pukulan kain yang menyelubungi Solor membuat semakin

tidak berdaya karena teralu luas dan banyaknya kain hitam mempermudah pengguna

pusaka Ayangwengi melancarkan aksinya didalam kegelapan yang kini merenggut

Solor yang sekarang didalam tumpukan pecahan kain hitam yang membukit.

Mulau membiyak biyakan menuju kebawah menggerongi pecahan kain yang menumpuk,

pecahan potongan kain hitamnya mulai berhenti dari pukulan dan lilitan dengan

membuka menyisihkan lalu dipegangnya tangan Solor yang sedang tidak berdaya

tenggelam di lautan potongan kain semakin mendekat semakin potongan kainnya

tidak bergerak hingga sampai pada tempat Solor tersekap.

Didalam tenggelamnya potongan dan pecahan kain hitam, Solor merasa cengkraman

kainnya mulai melemas, dibarengi tangan Agniran memegang mencoba menolong

mengangkat Solor diantara kain hitam yang berubah menjadi berwarna oren terkena

sinar lampu ublik yang terpasang di sabuknya membuat didalam tumpukan menjadi

terang sehinga potongan potongan kain tidak bergerak karena terang mulai masuk

sampai pada Solor terjebak sekapan.

Dibantunya oleh Joko dengan parangnya menebasi bayangan yang terbungkus

seragam slontrang membantu Agniran yang sedang berada diawah tumpukan kain

hitam membawa Solor ke permukaan.

Tidak lama kemudian semakin cepat Agniran mengangkat Solor yang kehabisan

tenaga keluar dari tumpukan membuat Hanggoro ingin membantunya tetapi tidak

bisa karena dia sedang menjaga kusir anggota Angger Langking sedang pingsan di

boponganya.

" Agnii... kita kuwalahan,!!"

" Kita bakar saja kainnya!!"

Teriak Joko sedang membelahi membuat selah pada seragam slontrang dalam

kepungan perkelahian.

" Apakah bisa?!!"

Teriak Agniran berusaha mengeluarkan Solor membawa ke area luar kepungan

"Biar punyaku saja !!"

Teriak Agniran mencopot lenteranya dari sabuk seraya melemparkan jatuh ke

tumpukan kain

Cipratan lampu ublik meledak menyebarkan kerikil batu bara yang memecah kemana

mana membuat sebagian bayangan terbungkus kain seragam slontrang hitam berlari

menuju ke ledakan api lampu ublik yang mulai meluas membakar untuk memadamkan

apinya. Di hadanganya dengan cepat oleh Joko dengan menebaskan parang besarnya

memenggal kepala yang kemudian meledak kepingan kain hitam menjatuhi beberapa

kain yang mulai membakar lebih banyak dan api mulai membesar melahap tumpukan

pecahan kain hitam.

Api yang mulai membesar juga membuat dua kuda penarik gerbong ikut resah

sehingga mau melarikan diri dari kobaran api yang mulai merambat diantara

tumpukan pecahan kain hitam. Mengetahui itu Joko segera menuju ketempat Delman

yang kudanya menggoncang ketakutan karena api yang kemudian di tebas gagang

penyambung gerbong

lalu menyelamatkannya.

Apinya membakar tumpukan pecahan kain hitam membuat bayangan yang terbungkus

baju slontrang menjauhi dan juga ada beberapa mencoba memadamkannya tetapi

kalah dengan rambatan api yang dengan cepat membakar kepingan kainnya membuat

hutan semakin berlautan api. Dibawanya Solor oleh Agniran menuruni bukit kain

hitam yang sedang terbakar menuju ketempat Hanggoro dari tadi menjaga kusir

delman Anggota Angger Langking yang masih pingsan.

" Wah....!! Kacau inii.. hutannya mulai terbakarr!!"

Teriak Hanggoro melihat Agniran merangkul Solor menuruni bukit kain hitam

" Kita pergi dari sini secepattnya !!!!"

Kata Agniran berjalan cepat sambil merangkul Solor kehabisan napas akibat

cekikan

" JOKOO...!!"

Teriak Hanggoro mengajak Joko segera meninggalkan bukitan kain hitam yang

terbakar api meluas dan besar tetapi tidak melihat keberadaannya.

Melompat diantara tumpukan kain hitam menjauhi kobaran api dengan cepat Joko

berusaha menarik dua kuda hitam bekas delman Angger Langking melewati kain

hitam dan bayangan yang terbungkus sibuk menyelaatkan diri dari adanya

kebakaran membuat suasana hutan menjadi silau berwarna oren mengeluarkan asap

yang menjulang tinggi.

Kelompok bayangan yang terbungkus kain seragam slontrang kebingungan mencoba

memadamkan api serta ada yang sebagian mau menyelamatkan gerbong hitamnya

tetapi gagal karena kobaran apinya yang lebih cepat menjilati membuat bayangan

terbungkus kain hitam juga terkena sambaran api yang melahap tak tersisa

seluruh kain yang membukit sampai mulai terlelehkan semua cat hitam pada

gerbong delman membakar semuanya sampai bahkan dedaunan semak belukar yang di

pinggir tumpukan kain.

" Kita bawa ke tempat kudanya tuan Solorr!!"

Teriak Agniran seraya menuju berlari sambil merangkul Solor yang sedang

kehabisan napas tetapi masih bisa sedikit berlari dibuntuti Hanggoro membawa

kusir anggota Angger Angking dan terakhir Joko berlari juga dari belakang.

Masuk menyelami kedalam kabut hijau mengikuti jalan paving di tengah hutan

menuju ketempat pohon besar melenggok tempat mereka stirahat sebelumnya

menjauhi kebakaran hutan.

Tampak rongga dibonggol pohon menyerupai gua yang merupakan selah akar dan

batang diantara kabut dan semak rongga yang tersinari cahaya lampu ublik

terlihat dari kejauhan mereka sedang berlari. Semakin dekat menuju ketempat

cahaya yang berada di dalam ruangan rongga mereka disambut kuda Solor yang

masih tetap berdiri didalam rongga.

Eeeekkkkhhhhhhhh

Ditaruhnya cepat kusir yang sedang pingsan akibat guna guna dari kelompok

Angger Langking dan menyandarkan pada akar. Begitu dengan Solor yang mulai

siuman karena berlari membuatnya pulih.

" Tuan!"

Teriak Agniran selesai merebahkannya didekat akar diluar rongga batang pohon

menyandaran ke lumut empuk yang menempel pada dinding akar

" Aku baik baik saja"

" Hanya saja leherku terasa sakit akibat sesak dan cekikannya!"

Kata Solor menahan dengan termengah

" Tolong kalian ambilkan botol Ramuan Parem Kelor di tas belakang kudaku"

Gumam Solor yang masih kehabisan tenaga sampai lemas.

" Baiklah!"

Kata Hanggoro dengan cepat menaruh tombaknya lalu masuk ke rongga menuju kuda

Solor

Agniran tampak siaga menjaga mereka apabila ada bayangan yang terbungkus kain

berbaju slontrang hitam mengejar mereka. Dilihat oleh Agniran bayangan didalam

kabut hijau tampak ada dua kuda berlari yang satunya sedang di kendarai orang

menunggang kuda semakin mendekat.

Tampak was was Agniran melihat itu, tetapi setelah kabut mulai memudar yang

ternyata Joko sedang mengglendeng kuda sambil mengendarai kida satunya bekas

delman milik kelompok Angger Langking.

" Kau mendapatkannya?!"

Teriak Agniran keada Joko yang sedang mengendarai kuda mendekati

" Aku menyelamatkannya dari kobaran api!!"

Kata Joko seraya menuruni kuda yang masih berlari menuju Agniran

Tidak lama kemudian Hanggoro sudah memegang leher botol Ramuan Parem Kelor

lalu memberikannya kepada Solor.

" Terima kasih"

Ucap Solor seraya membuka penutup botol dengan cepat kemudian meneguknya

beberapa

" Ini berika kepada orang itu"

Kata Solor dengan cepat mengulurkan tangan ke Hanggoro memberikan botolnya

" Tetapi tuan, bagaimana topengnya!"

Kata Hanggoro takut apabila kalau dilepas topengnya guna gunanya akan ikut

merasuki Hanggoro

" Tidak apa apa, lepaskan dulu!"

Ucap Solor

Dengan pelan Hanggoro membuka topeng dari kayu seukuran wajah berwarna coklat

tua yang berukir batik dengan rahang dan mata sipit. Dibukanya dengan pelan

melalui janggut topeng seraya menariknya keatas sampai membuka semua

memperlihatkan wajah dengan mata tertutup agak pucat. Seseorang yang masih

remaja sepantaran mereka bertiga tidak sadarkan diri, yang kemudian di

taruhkannya mulut botol memasuki mulut laki laki muda itu dengan dibantu

mendongak dialirkannya Ramuan Parem Kelor memasuki tenggorokan yang kemudian

menelan beberapa teguk.

" Bagaimana selanjutnya tuan?"

Kata Hanggoro menarik mulut botol dari mulut laki laki pingsan itu

" Tunggu sebentar biar bereaksi ramuannya"

Ucap Solor

" Bagaimana keadaan anda tuan? Saya kira anda sudah pergi ?"

Kata Hanggoro sambil menutup botol

Kemudian Agniran dan Joko duduk dengan bersinggung lutut merusak beberapa

semak menindih di hadapan Solor sedang memulihkan tenaganya

" Tuan Solor ...bagaimana keadaanmu sekarang!"

Tanya Agniran

" Kita harus cepat pergi dari sini keburu kelompok itu kemari!"

Tambahnya

Sebelum Solor mengeluarkan patahan kata yang tiba tiba pemuda laki laki itu

dengan pelan menggerakan tubuhnya memulai kepalanya menengok kesamping lalu

berhenti kedepan menatap Solor dan ketiga pemuda yang berkumpul.

" Dimana ini...,"

Gumam Pemuda kusir itu sembari ingin berdiri

" Apakah kamu sudah siuman?"

Tanya Hanggoro menatap wajah laki laki itu dengan matanya separuh membuka

" Dimana aku..."

" Oh ... kalian, siapa ?"

Tanya pemuda kusir yang semakin sadar dari siuman

" Apakah kamu tidak ingat apa yang sedang terjadi?"

Tanya Hanggoro yang kemudian disusul Agniran mendekati Pemuda kusir itu yang

masih merebahkan punggungnya tersandar di akar berlumut sedikit waras.

" Siapa namamu"

Tanya Agniran mendekati pemuda itu

Tampak diam sebentar pemuda yang seperti habis tidak sengaja menjatuhkan benda

berharga kedalam sumur yang semakin lama tidak tertahan lalu meneteskan air

mata.

" Hey.. kamu kenapa"

Tanya Agniran kepada pemuda kusir yang aor matanya sudah di janggut hampir

menetes

"Sebaiknya Kita cepat pergi"

" Bagaimana kalau kelompok itu menuju kesini!!"

Kata Joko berdiri menjaga dua kuda hitam

Pemuda itu mengangkat mukanya melihat joko terbanjiri air mata dengan wajah

mulai memerah.

" Kamu ini laki laki, kenapa bisa menangis begitu"

Kata Hanggoro

" Kenapa ?! Apa yang terjadi!"

Tambahnya

" Maafkan saya, kalian tidak perlu kawatir dengan gerbongnya yang jauh,

bayangan itu tidak bisa pergi jauh dari gerbongnya"

Kata pemuda itu terlihat lemas

" Kau sudah ingat apa yang terjadi?"

Tanya Solor masih menyandar di akar duduk

" Iya, maafkan saya"

Kata pemuda itu

"Jadi kau sudah ingat bahwa kamu menjalankan delman sendiri?"

Tanya Solor disaksikan mereka bertiga

Tampak pemuda itu merunduk dengan menangis menyikukan kedua lutut terangkat

untuk menumpu tangan yang kemudian dahinya.

" Heyy.. kenapa kau malah menangis!"

" Kita tidak akan meluakai kamu!"

Kata Hanggoro memegang siku tangan pemuda itu yang sedang merundukan kepala

diatas pangkuan tangan

" Kumohon ampuni aku"

Kata pemuda kusir sembari menatap mereka berempat bergantian

" Kenapa kau ini"

Kata Joko dari jauh sedang berdiri menjaga kuda hitam

Sambil masih terlihat susah dengan air mata kepedihan pemuda yang tidak kuat

menahan apa yang terlanjur tahu didalam ingatannya kian menakuti dirinya.

" Dimana orang tuaku"

Kata Pemuda kusir gelisah dengan wajahnya memerah dan basah

" Kau ini kenapa dari tadi tidak menjawab!!"

Tanya Hanggoro melihat pemuda kusir dirundung kegelisahan

" Biarkan dulu!!, dia barusan sadar!"

Kata Solor menyeka Hanggoro

Dengan helaan napas panjang pemuda kusir itu mencoba menahan tangisannya

memperhentikan penderitaan yang dia alami.

" Sungguh, aku belum mampu untuk mengutarakannya.."

Kata pemuda kusir

" Apakah kau tahu kelompok Angger Langking?"

Tanya Solor kepada pemuda itu

" iya, merekalah yang membuka mata batinku sempat terbuka"

Kata pemuda kusir

" Ada apa? Apa yang kau lihat?

Tanya Solor dengan penasaran

" Sekarang aku tidak tahu siapa sekarang yang akan berpihak pada pengembara"

"Antara Aliansi dan para pemberontak mereka bersama sama melakukan kesalahan

yang disengaja"

" Ketika mata batinku terbuka, ternyata benar kata kelompok Angger Langking...

bahwa Akik yang di jadikan hadiah utama adalah benda pusaka yang langka"

" Aku melihat cahaya biru melayang layang diudara sebagian berkumpul dipohon

pohon"

" Ketika aku menanyakan pada ketua itu,

Dia mengatakan bahwa cahaya biru itu adalah ikraran dari setiap benda pusaka

yang telah terikrar melalui Batin Pangikrar"

" Lantas aku menannyakannya kenapa mereka mengelilingi sebagian pohon?"

" Ketua itu menjawabku bahwa pendaran cahaya biru sedang menunggu adanya sang

Arkandewa"

" Sang Arkandewa?"

" Apa itu Arkandewa?"

Tanya Solor memperhatikan ucapa pemuda kusir

" Sang Arkan yang akan memunculkan terbangunnya bangunan megah yang mengerikan"

" Aku melihat bangunan itu dari yang telah tergambar di kertas oleh Ketua itu"

" Sebentar, yang kamu maksud ketua itu siapa ?"

Tanya Solor

" Ketua Angger Langking yang memiliki pusaka Ayangwengi"

Jawab pemuda kusir

" Lantas, apa yang terjadi?"

" Di bangunan itulah dimulainya semua manusia akan punah dengan mengerikan"

" Punah?? Karena apa?"

"Tanya Solor

" Tidak ada yang tahu, ketua itu mengatakan..ini adalah sesuatu yang harus

dibayar karena Lelembut Dhengen"

" Akibat apa yang telah dilakukan manusia melalui Batin Pangikrar , semua

harus menanggung itu, terbangunnya bangunan raksasa "

" Kenapa bisa begitu?"

Tanya Solor

" Karena itulah Kelompok Angger Langking, melakukan pemberontakan dan ingin

mewarisi pusaka Akik Kumenteng untuk tidak terjadi adanya pembangunan bangunan

raksasa itu"

" Dan Apabila rencana mereka gagal, mereka bisa menyelamatkan diri dengan

bertolak belakang melawan Aliansi dan mulai mengikuti sang Arkandewa nantinya"

"Melalui pusaka miliknya"

jelas pemuda kusir seraya kembali merundukan kepalanya

Mereka bertiga tampak fokus mendengar kejadian itu, terdiam tidak bisa

mengatakan apa yang harus diuatarakan.

" Setelah aku mengetahui itu semua, aku memilih kembali kepada keluargaku"

" aku berhenti untuk tidak bergabung dengan kelompok Angger Langking"

Jelas pemuda laki laki kusir

Mendengar pernyataan dari pemuda itu membuat Solor menjadi semakin pulih dari

cidera yang dialaminya, yang kemudian mencoba melakukan pernyataan kepada

pemuda laki laki kusir itu untuk membuktikan kebenaran apa yang telah dia

barusan katakan.

" Kamu tinggal dari mana?"

Tanya Solor kepada pemuda laki laki kusir

" Saya tinggal dari Kaliwangi"

Jawabnya

" Apa kamu tahu, siapa yang kamu maksud ketua dari kelompok Angger Langking

yang kamu ceritakan tadi?"

Tanya Solor

" Iya, dia tinggal sebelah barat dekat Ampringan "

" namanya Sugerngri"

Jawab pemuda laki laki kusir

" Apakah dia seorang dukun?"

Tanya Solor lagi

" Betul tuan,"

" Mulai sekarang kau juga tidak perlu kawatir akan hal itu,"

" Aku seorang pengelana, tinggal sendiri di rawa Nawijem"

" Aku mempunyai teman perempuan bernama Samiranah, dia seumuran kalian, dia

seorang pengelana juga..segala kejadian dan apa yang dia tahu dia tulis di

buku, setelah dari pengembaraannya apapun informasi yang dia tahu selalunya

untuk mencatat, sampai dia bertemu denganku dan menceritakan bahwa sebenarnya

Batin Pangikrar itu berawal dari kemurnian, tidak ada unsur kegelapan.

Aku dan temanku itu sedang berusaha melakukan perjalanan untuk memurnikan

kembali Batin Pangikrar yang sudah ternodai kegelapan."

" Tetapi berubah keaadaanya seperti ini"

" Benar tuan, tetapi ini harus terjadi,"

Kata pemuda kusir

" Baiklah, sekarang apa yang hendak kau rencanakan?"

Tanya Solor kepada pemuda kusir

" Aku akan kembali kepada keluargaku di Kaliwangi, tuan"

" Karena kota paling dekat dari sini adalah Ampringan, Bagaimana kalau aku

akan mengantarmu ke Ampringan ?"

" Aku setelah ini akan pergi ke Ampringan"

Kata Solor mulai bergerak bergegas

" Tetapi dua kuda bekas delmannya, bukankah menganggur?"

Kata pemuda kusir semakin sadar dari guna guna

" Kedua kuda itu biar mereka yang bawa, Karena mereka sudah memiliki tugas

sebagai peraih akiknya mengikuti sayembaranya"

" Apakah kalian Seorang PENGELANA BULAN juga?"

Tanya Solor kepada mereka bertiga yang terdiam mendengar perkataan yang

barusan diperbincangkan

" Oh, Kudanya yang satu biar dia bawa saja"

Kata Hanggoro

"Tidak usah, Ampringan lebih dekat dari sini, kalian saja yang bawa"

Kata pemuda kusir seraya berdiri segera begegas mengikuti Solor

Melihat itu Solor sedikit tersenyum yang kemudian berdiri meregangkan tubuhnya

sembari berjalan mendekati kudanya.

" Tuan Solor, tidak jadi ke Wijonayem?"

" Melihat Sayembaranya?"

Tanya Agniran yang juga mulai bergegas

" Maaf, aku harus pergi ke Ampringan"

" Ingatlah, jika kalian memenangkan sayembaranya, Apabila kalian bertiga

seorang PENGEMBARA BULAN kalian tahu apa yang harus kalian lakukan setelah

mendengarkan perkataan pemuda dari Kaliwangi ini"

" Hati hati di jalan, Semoga kalian menang !!"

Kata Solor kepada mereka yang sudah sama sama bergegas siap menunggang kuda

untuk berpisah berlainan arah mengikuti Jalur Lumut.

" Terima kasih tuan Solor, Sampai bertemu lagi dilain waktu"

Kata Agniran sudah menunggangi kuda hitam

" Sampai juma tuan Solor"

Kata Hanggoro sambil memegang tombak menunggangi kuda hitam di belakang Joko

" Oh iya, ambilah ini, lumayan masih sisa sedikit"

Kata Solor memberikan botol Ramuan Parem Kelor kepada Hanggoro yang kemudian

meranggehnya sambil berada diatas kuda.

" Sampai jumpa , semuanya!"

" Sampai jumpa .... tuan Solor...."