Langit merah kebiruan menyambut pegunungan ini yang panjangnya mengitari lembah
Lemah Angker dan juga sebagai pembatas desa Wijonayem dengan Lemah Angker.
Wilayah utara meliputi Nawijem dan Lawes, Sebelah barat sampai ke Ampringan dan
kota penempa dekat Gunung Api, Tantruno. Sebelah utara Pegunungan Lumut
meliputi wilayah Lataran Ijo, Wartojayan dan apabila terus ke timur laut sampai
pada wilayah bertebingan hingga kota Alingkukoh.
Embun mulai terkumpul memantulkan warna hijau daun dari sinar matahari dipucuk
timur menembus setiap lembarnya yang tipis membuat kabut didalam hutan
Pegunungan Lumut semakin menghijau mematahkan kegelapan. Keteduhan diberikan
oleh Pohon bercabang mendaun kanopi memiliki batang besar melenggok mengrumuni
pegunungan yang super lembab sebentar lagi pagi hari menyingsing.
Tampak bagian terang bercahaya warna oren kekuningan didalam hutan menyebar
diantara kabut hijau gelap membuat batang batang besar pohon melenggok serta
tumbuhan lainnya bagian sisi yang menghadap sumber cahaya oren itu juga terkena
sinar oren kekuningan mengusir kabut serta menghangatkan sekitarnya.
Di sekeliling api yang membara menggeliat tidak beraturan dan beberapa lampu
ublik yang tergeletak diantara mereka sedang dalam perjalanan ke Wijonayem
sempat membereskan sisa buah suweg berceceran dan beberapa kayu tergeletak
sebagai tempat duduk dan juga bahan bakar, api juga sudah kehilangan banyak
nyalanya menyisihkan gumpalan abu berwarna hitam keputih tampak berserakan yang
kemudian di bersihkan oleh Agni juga Hanggoro dengan dibantu Joko mengembalikan
bongkahan kayu dan sisa bakaran keluar jalan paving.
Dihari yang malamnya mereka menanti pertujukan pembukaan Sayembara
Trigaldituro di padepokan Wijonayem ketiga pemuda ingin segera kembali pulang
melakukan perjalanan setelah membersihkan api unggunnya. Tidak lupa beberapa
patah kata perpisahan kepada Solor yang sudah menemani bermalam dan juga
sarapan walaupun dengan buahnya sering membuat haus tetapi kenyang.
" Terima kasih tuan"
" Sudah menemani kami"
" Sepertinya setelah ini kami akan lewat bawah lereng"
Ucap Agniran kepada Solor sambil bersalaman berhadapan
" Saya juga berterima kasih sudah menyelamatkan kudaku"
" Senang bertemu kalian"
Kata Solor membalas salaman yang berhadapan dengan Agniran
" Mari,..."
Kata Solor menyalami Joko yang kemudian membalasnya
" Jaga diri kalian baik baik"
Kata Solor menyalami Hanggoro sambil berjalan menyamping menghampiri posisi
mereka dengan membawa botol parem kelor yang masih tersisa sedikit dan mulai
mencantolkan lentera lampu ublik tertempel di paha samping kirinya
" Tuan, tidak bersama kami ?"
Tanya Hanggoro setelah Solor berjalan membelakanginya
" Maaf, saya harus segera menemui guru kalian, sebelum acara pembukaan
sayembaranya dimulai"
" Dan kalau saja kudaku ada gerobak pengangkut, pastilah kalian bisa menaiki"
Kata Solor dengan badan menyamping menatap Hanggoro dan kedua pemuda di
belakangnya
" Apakah masalah Akik Kumenteng?"
Kata Hanggoro seakan akan tidak mau berpisah dengan Solor
" Begitulah, "
Jawab Solor mengetahui kalau Hanggoro sudah mulai percaya dengannya atas
masalah Kidang Emas sebelumnya
" Apakah anda juga hendak mau memperhentikan sayembaranya?"
Kata Hanggoro kemudian
" Oh tentu saja tidak, saya juga berantusias dengan sayembaranya..."
" Semoga kalian menang!"
Kata Solor kepada mereka berbincang beberapa langkah berhadapan
" Terima kasih tuan, hati hati di jalan"
Kata Agniran membalas
" Baiklah, suasananya sudah mulai terang"
" Aku pergi dulu"
Kata Solor membalikan badan menjauhi mereka menuju selah bonggol pohon yang
juga ketiga pemuda itu mulai berjalan mengikuti sisa jalan paving
Berjalan melewati semak menghampiri bonggol pohon berakar membentuk selah
dimana kudanya sedang mengunyah daun berada di dalam rongga selah itu yang tiba
tiba berhenti karena kedatangan Solor.
"Kenapa Wus wus.., Lanjutkan makananmu"
" Setelah ini kita mulai berangkat lagi"
Kata Solor berjalan kebelakang kuda masuk kedalam gua kecil rongga pohon yang
tersinari lampu ublik oren di pahanya sampai tepat disebelah tas tabungnya
kemudian melepaskan lampu ublik kemudian mencantolkan dan mengikat di samping
penutup tas yang sudah tersedia kemudian membuka seraya memasukan botol ramuan
kelor. Tidak lupa Solor juga mengecek dua tas kecil berisi rumah angkrang yang
dilihatnya masih utuh dan rapi hanya beberapa saja angkrang yang keluar dari
selah penutup tas kecil terbuat dari anyaman bambu.
Dengan pelan Solor mulai mengarahkan kudanya untuk berjalan kedepan keluar
dari selah rongga akar yang tas tabungnya masih terbuka, ditatanya sadel dan
juga sedikit mengelapnya merapikan tali kuda kekang yang kemudian tubuhnya
terkejang karena kaget mendengar suara teriakan seseorang mengatakan kurang
jelas menggema sedikit jauh di balik beberapa pohon besar berbatang melenggok.
" Ada apa"
Gumam Solor pikirannya berubah kawatir yang dikiranya suara ketiga pemuda
akibat apa yang dilakukannya terhadap Dadung Kawilis sebelumnya
Dengan tergesa gesa, Solor segera mengambil kedua tas kecil berisi Angkrang
yang kemudian berlari menabrak semak menuju arah teriakan meninggalkan kudanya.
Berlari sambil bersembunyi diantara akar yang menjulang dari batang dan semak
semak memperhatikan ketiga pemuda yang berjalan belum jauh dari tempat
penyimpanan kudanya.
Dilihatnya oleh Solor tampak dibalik semak yang tinggi diantara selah daun
mereka berwas was dengan posisi mereka terlihat dari agak jauh belakang dari
semak.
Suara lantang terdengar lagi menggema di dalam hutan berkabut menyambut
mulainya pagi yang semakin terdengar mendekati dari arah jalan paving. Ingin
segera berlari menuju ke tempat mereka bertiga tetapi keadaanya belum pas untuk
menampakan diri kepada mereka yang baru saja mengucapkan sampai jumpa, sampai
Solor lebih memilih untuk mencoba menunggu apa yang sedang terjadi dengan
memata matai di balik semak agak jauh dari samping belakang dari arah mereka
bertiga berkumpul dengan siaga.
Dari kejauhan tampak terlihat dari selah daun bayangan kotak besar yang masih
samar dibarengi menyala dua cahaya oren bergerak menembus kabut semakin
mendekati dari arah mengikuti jalan paving dibarengi suara teriakan lagi dari
dalam kabut yang mulai melenyap, bergemuruh beberapa hentakan tapal kuda dari
kejauhan melaju mendekati ketiga pemuda yang berhenti dengan posisi siaga
ditengah jalan paving.
"MEMPERTAHANKAN DAN MELINDUNGI ADALAH TUGAS KESATRIA TERTINGGI DAN MULIA !!!!!"
" Agni.. ! siapa gerangan yang hendak menuju kemari??!
" Apakah orang dari Padepokan?
Ucap Hanggoro sambil bersiaga mengangkat tombaknya mengingat kata kata
tersebut pernah diketahuinya dari slogan Sayembara kali ini
" Ntahlah, tetapi kenapa orang padepokan menuju ke sini?"
Kata Agniran dengan posisi yang sama sedang bersiaga menghadap menyambut
datangnya sesatu berbentuk kotak mendekati yang semakin keluar dari kabut.
" Tetaplah waspada, aku teringat semenjak tuan Solor tadi memberitahukan
adanya tentang pemberontak "
Kata Agniran melihat Hanggoro berdiri disampingnya
" Apa ini efek dari Dadung Kawilis ?"
Kata Hanggoro menambah
Teriakan yang ditumbulkan dari seseorang berdiri dibelakang kusir sedang
mengendalikan dua kuda mengangkut gerbong berwarna hitam mengkilap berhiasi
beberapa ukiran perak di bagian sisi gerbong dan dua lampu ublik disamping
kanan kiri dekat atap gerbong melantunkan lagi secara lantang perkataan slogan
persayembaraan
"MEMPERTAHANKAN DAN MELINDUNGI ADALAH TUGAS KESATRIA TERTINGGI DAN MULIA !!!!!"
semakin melaju keluar dari kabut tersamar yang kemudian semakin jelas terlihat
orang yang berdiri di belakang kusir sama sama memakai baju Slontrang hitam
memakai topeng berahang lancip bermata sipit dari kayu coklat tua bergaris
batik satu warna.
" SELAMAT PAGI UNTUK KALIAN PENGEMARA MUDA"
Teriak Orang yang berdiri di samping kusir dari dalam topeng
" Kenapa memakai Topeng!"
Ucap Hanggoro menyapa mereka masih berada di delman diangkut dua kuda hitam.
" Turunkan senjata kalian pengembara muda"
" Pagi pagi begini kami tidak bermaksud untuk mengajak kalian bertempur!"
Kata orang berbaju Slontrang hitam mulai turun menghampiri dari delman
dilanjutkan dijauhi ketiga pemuda
" Tenang saja, tadi pagi yang masih gelap aku melihat ada asap di hutan ini...
kalian dari mana, pengembara muda?"
Kata orang itu memperhentikan langkahnya berhadapan pada ketiga pemuda
menampakan topeng berukir batik coklat tua dengan badannya yang terbungkus kain
hitam ketat berbaju slontrang hitam berkalung perak berukir bunga kamboja yang
timbul di kalungnya mirip gelas yang menggelantung ditengah penutup.
" Kami hanya melakukan Ekspedisi, kami dari lereng pegunungan"
Kata Agniran membalas
" Kenapa anda mengucapkan Slogan pesayembaraan?!"
Tanya Hanggoro
" Sepertinya kalian ini Pengembara muda yang bandel,"
Kata orang itu seraya berjalan menyamping melewati mereka bertiga
" Aku mempunyai keris namanya "Ayangwengi", tetapi aku tidak pernah
menggunakannya sebelum adanya berita Akik Kumenteng itu dijadikan hadiah utama"
" Hanya saja aku masih merawatnya dengan baik keris sepeninggalan jenat
keluargaku itu"
Kata orang berbaju slontrang hitam dengan berjalan kembali melewati ketiga
pemuda yang masih berdiri dihadapannya
" Tetapi lihat apa yang dilakukan oleh ketua padepokan saat ini
menyelenggarakan Sayembara dengan menghadiahkan Akik Kumenteng?! Apakah kalian
tidak tahu akan hal itu?"
" Aku dari Ampringan, kami berdua hanya melaksanakan tugas kami untuk
memperhentikan Sayembara yang diadakan di Wijonayem"
Kata orang itu sembari menunjukan kusir yang masih duduk diam memegang tali
kendali kuda dengan peralatan busur panah di belakang punggungnya.
" Jadi anda yang dimaksud perompak pencelup tinta itu?!!"
Kata Agniran dengan keras seraya mulai mundur menjauhi orang itu serta diikuti
Hanggoro dan Joko juga menjauhi mulai waspada menggenggam pegangan parang yang
terselip disarung pedang samping kiri mereka
" Tidak perlu khawatir !, kalian harus tahu yang sebenarnya!"
" kami sudah mempunyai anggota banyak dan juga mulai menyebarkan pemberitaan
ini guna melindungi orang orang dari akibat setelah hadiah Sayembara di
Wijonayem di miliki oleh seseorang!"
" Kelompok kami ini disebut Angger Langking"
" Orang orang yang setuju untuk diberhentikannya Sayembaranya! Guna akiknya
tidak diturunkan"
Kata orang berbaju Slontrang yang terbungkus kain hitam memakai topeng.
Solor yang masih menyelidiki lewat bauran semak belukar semakin penasaran apa
yang sedang terjadi membuatnya ingin mendekati tetapi teringat dia sudah
mengucapkan sampai jumpa kepada ketiga pemuda itu hingga mencoba memilih untuk
memanjat pohon dengan pelan agar tidak diketahui baurannya diantara dedaunan
yang berlumut.
" Kenapa memangnya dengan Akik Kumenteng !!??"
" Bukankah itu hadiah yang patut untuk sebuah acara yang sangat dinanti setiap
tujuh tahunnya!?"
Kata Hanggoro dengan keras mencoba membela padepokannya yang sementara mereka
adalah bagian murid Wandarimo.
" Sudah aku katakan bahwa ini bukan karena sayembaranya ataupun hadiahnya,
tetapi Hadiahnya yang mengikut sertakan Akik Kumenteng !!"
Jelas orang itu seraya dengan cepat mengeluarkan gulungan kertas dari dompet
sabuk seraya mengibarkannya kebawah hingga jelas terlihat gambar lingkaran
membentuk rangkaian " Batin Pangikrar" terpampang di depan mereka bertiga
" Apa itu"
Kata Hanggoro berjalan menyamping mendekati Agniran yang juga terkejut baru
pertama kali mengetahui isi lembaran kertas tebal berwarna putih kekuningan
seperti gambar lingkaran tertimpa beberapa garis tetapi entah apa arti dari
gambar tersebut.
Seketika kejadian itu membuat Solor ingin segera keluar turun dari dahan
bersemak meloncat berlari menuju mereka yang berada ditengah paving tersinari
beberapa lentera ublik yang
terpasang di masing masing samping sabuk didekat gerbong delman, setelah
melihat isi lembaran yang dia ketahui melalui selah dedaunan mengintip dari
atas pohon.
" Sepertinya itu garis garis Batin Pangikrar"
Kata Solor dengan bolamata yang tertuju pada lembaran ditunjukan ketiga pemuda
" Batin Pangikrar, itu sangat kuno,"
" Hemm, tetapi akiknya dibuat oleh para penambang"
Gumam Solor sambil merundukan pandangannya mencoba berpikir lebih mendalami
Diatas pohon yang dipanjati Solor diluar daunnya yang menutupi hamparan lantai
hutan matahari semakin naik menancarkan sinar panas merambat menghela lantunan
kabut yang kian merebah naik dan turun menggelombang luas membaur pepohonan
raksasa berbatang melenggok Pegunungan Lumut.
Agniran yang mulai kehabisan waktu untuk melakukan perjalanan pulang ke
Wijonayem berharap tidak telat mengikuti Sayembaranya bersama Hanggoro dan Joko
sampai tiba sebelum acara pembukaannya yang diadakan nanti malam.
Isi dalam kertas juga tidak sama sekali diketahui maksudnya apa oleh ketiga
pemuda itu membuat mereka bertanya tanya sebenarnya apa yang hendak mereka
lakukan dan tujukan.
" Biarkan kami segera pergi dari sini"
" Percuma anda melakukan pemberontakan untuk memperhentikan sayembaranya!"
Kata Agniran mendekati berhadapan kepada seorang penunggang kuda yang sedang
mengulurkan tangannya menggenggam lembaran kertas
" Jangan terburu buru.."
" Apakah kalian tahu apa ini??!"
Kata orang berambut panjang terkucir tetapi wajahnya tertutupi topeng
memperlihatkan gambaran kertas kearah mereka
" Kami tidak tahu apa itu!"
" dan itu bukan urusan kami untuk ikut campur mengetahui apa yang anda
tunjukan!"
Jawab Agniran yang berada di dekat berhadapan sambil memegang kertas yang
ditunjukan lalu dengan masa bodoh Agniran membelakangi penunggang kuda yang
tangannya menunjukan isi kertas seraya mengajak Joko dan Hanggoro segera pergi
" INI ADALAH BATIN PANGIKRAR !! PEMBUAT BENDA MENJADI PUSAKA !!"
Teriak orang itu
" SEHARUSNYA PEMERINTAH ALIANSI MELARANG MENGGUNAKAN BENDA DARI BATIN
PANGIKRAR TETAPI LIHAT APA YANG DILAKUKAN OLEH KETUA PADEPOKAN ITU !!!!"
Mendengar perkataan dari orang yang terbungkus baju slontrang membuat Agniran
membalikan badan diikuti kedua pemuda juga membalikan arah tertuju kembali pada
orang yang masih memegang lembaran bergambar lingkaran Batin Pangikrar.
" Bagaimana Agniran?"
Tanya Hanggoro kemudian menatapnya
" Sebetulnya benar apa yang telah dikatakan oleh orang itu"
Kata Joko tiba tiba
"Kakekku pernah bercerita tentang Batin Pangikraran"
" dan itu membahayakan"
Kata Joko
" Maka dari itu bergabunglah bersama kami "
" Kelompok pengembara Angger Langking"
" Bersama kami mari kita hentikan Sayembaranya dan untuk memulai menghancurkan
semua sisa pusaka pusaka yang ada!"
Kata orang berbaju slontrang seraya membuka penutup gantungan perak yang
terkalung di dadanya dilanjutkan diarahkan pada mereka.
" Ini adalah sebuah perjanjian Angger Langking"
" dengan mencelupkan jari kalian anda telah mendukung kami"
" Tidak !, aku tidak bisa melakukan itu"
Kata Agniran
" Iya, aku juga tidak bisa"
Sahut Hanggoro
" Aku mendukung itu tuan, tetapi aku tidak mau keterikatan kelompok"
Kata Joko
" AKIK ITU ADALAH HASIL DARI BATIN PANGIKRAR"
" KARENA HADIAH UTAMA ITU SEMUA WARGA AKAN SEMAKIN TAHU TENTANG ASAL USUL
PUSAKA !! DAN SEMUA AKAN TERJADI SEPERTI JAMAN DULU!"
" INILAH SAAT MANUSIA KEMBALI AKAN PUNAH KARENA ULAHNYA SENDIRI!!"
" SEPERTI KALIAN YANG MENOLAK MENCELUPKAN TINTANYA"
Dengan cepat orang yang terbungkus kain hitam berbaju slontrang mensiratkan
secara vertikal cairan tinta kepada ketiga pemuda yang sedang berdiri
bersebelahan mengenai wajah mereka membuat tersentak kemarahan ketiga pemuda.
Dimulailah parang Agniran membelah angin mengayunkan menimpa parang yang juga
mulai dikeluarkan yang kemudian sabetkan oleh orang itu membuat percikan api
akibat gesekan bilah besi tajam dilanjutkan Hanggoro membantu dengan mengangkat
tombak batang buatannya menghunus yang seketika dapat dihindari segera dengan
cepat keluar sekelompok orang tertutupi semua tubuhnya dengan kain ketat hitam
lainnya yang terbungkus seragam sama dan kusir yang juga ikut turun mengangkat
busur tetapi dengan lagak anehnya beberapa anak panah yang diluncurkan selalu
tidak mengenai target karena bidikan salah yang hanya seperti orang memanah
dengan ditutupi matanya.
Seketika keluar dari gerbong lima anggota kelompok berseragam sama seraya
mengambil tombak yang menyilang tertempel di samping masing gerbong diantara
jendela dan langsung berlari menuju kepada ketiga pemuda yang sedang adu parang
diatas jalan paving berakhir mengepung dengan kelima mata tombak mengarah
mengelilingi mereka.
Didalam kepungan, dipegangnya pucuk kedua tombak oleh Agniran seraya menarik
cepat membuat kedua kelompok Angger Langking terjatuh kedepan diikuti Joko
mengibaskan parangnya yang tertangkis tombak serta Hanggoro melakukan hal sama
tetapi gagal membuatnya tersentak jatuh kebawah akibat pukulan anggota Angger
Langking yang tadi sebagai kusir dengan perlengakap busur panah yang mulai di
dikalungkan lengkungnya mencekik Hanggoro.
Melihat Hanggoro cidera membuat Agniran
dengan keras parangnya menyabikan menebas anggota kelompol Angger Langking
yang hanya merobekan sebagian kain seragamnya merasa pukulan parangnya percuma
tidak dapat melukai tubuh orang yang terbungkus kain slontrang hitam.
" Sial! Menggunakan kekebalan tubuh!!"
Gumam Agniran
" Agnii..!!!"
Teriak Hanggoro kesulitan dikepung tiga orang kelompok Angger Langking sampai
terjatuh dan tombak buatannya terlempar
SFUUASHHHHHHHZZ
Tali pintal terbang menggangsing dengan cepat pemberat pada ujung tali
menghantam kepala salah satu anggota Angger Langking yang mencengkram Hanggoro
membuatnya terpukul jatuh ketanah terkapar
" Tuan Solor!!!"
" Anda masih disini ternyata!!"
Ucap Agniran sambil mengayunkan parangnya posisi melindungi
Hanggoro dan Joko sedikit senang datangnya Solor membantu mereka tetapi
keadaanya yang masih kacau perkelahian membuat mereka semua sibuk melakukan
serangan dan juga pertahanan.
" HAH SIAPA ?! SOLOR KROTO DOMBLE?!
Kata salah satu anggota Angger Langking berseragam sama sampai mereka bertiga
tidak tahu yang mana tadi dia berbicara.
" Rasakan Ini !"
membuka dompet kecilnya berisi Angkrang dilemparkan ke tempat orang yang
sedang mencengkram Hanggoro
Dompet berisi rumah Angkrang melayang menjatuhkan beberapa angkrang mengudara
sampai tepat mendarat disamping orang yang memegangi Hanggoro menahan.
Akibat hantaman dompet berisi rumah Angkrang membuat semua semut merah dengan
ganas menyebar seluruh badan yang terbungkus kain berseragam slontrang tetapi
tidak ada efek terjadi apa apa.
" Heyy.. Siapa kamu gerangan??!"
Kata Solor mengetahui bahwa yang dia serang ternyata bukanlah manusia sebab
tidak ada reaksi serangan dari semut merah
" KROTO SOLOR DOMBLE !!."
" LIHATLAH ULAH ALIANSI,TERNYATA KEGELAPAN SUDAH MENYELIMUTI MEREKA!!"
" IKUTLAH BERSAMA KAMI, KAU AKAN AMAN DENGAN KAMI!!"
"Sebenarnya aku menyaksikan kalian semua sejak tadi "
Kata Solor sambil memasukan dompet kecil kedalam sabuk otoknya kemudian
mengeluarkan keempat pisau kecil berbentuk melengkung mirip Kujang yang tertata
di dompet sabuknya seraya kedua pisau di lemparkan keudara dan di cepitnya
kedua pisau yang sedang melayang dengan jempol kaki sambil dengan Salto.
Kini Solor memakai empat pisau runcing berbentuk melengkung dua ditangan
kirinya dan dua lagi di cepit menggunakan jempol kaki
" Kau siapa orang hitam?!.. apakah kusirmu baik baik saja.?!"
Kata Solor bersiap beraksi
" KAU TIDAK DAPAT MENYADARKANNYA!!"
" Hah?! Kata siapa ? Aku membawa " Ramuan Parem Kelor"
Kata Solor mengetahui Kusir delmannya adalah orang yang sedang dalam guna
gunaan.
" BAJINGANNN !"
Semua kelompok orang yang berseragam sama kemudian bersama sama berlari menuju
ke tempat Solor berdiri dengan membawa tombak dan kepalan tangan semua kelompok
berbaju hitam itu mengejar Solor hendak berusaha membunuh karena tahu bahwa
Kusinya satu satunya manusia dari pada yang lain.
" KALIAN SANDRA KUSIRNYA... SECEPATNYA!"
Ucap Solor seraya bersiap di kepung melakukan aksinya melawan enam kelompol
Angger Langking yang sedang menuju padanya menghunus tombak.
Mendengar perkataan Solor segera Hanggoro yang sudah terlepas dari sekapan
anggota Angger Langking yang sekarang berlari mengejar Solor dengan cepat
langsung berlari menuju seorang yang berseragam sama bertopeng rahang lancip
bermata sipit dengan mencoba melayangkan anak panah mengenai Hanggoro sedang
berlari menangkapnya tetapi dengan mudah dihindarinya.
Kedatangan Solor memberi kekuatan pada tangan kanan Joko yang mulai mengangkat
parang besarnya
Diayunkan siap memotong tubuh anggota itu tetapi terhalangi tombak dari
anggota Angger Langking lainnya, yeng kemudian dilakukannya Joko langsung
menyikut kepalanya.
Joko dan Agniran dengan cepat mengejar anggota Angger Langking yang berjumlah
enam sedang berlari menuju ketempat Solor dengan sekuat tenaga parang Agniran
diayunkan membelakangi salah satu anggota lainnya tetapi seorang lagi
menghadang menghalangi dengan tombak dengan cepat memukulkan tongkatnya dari
besi dari depan yang mau menghantam Agniran. Di pegangnya dengan cepat tombak
sambil menggenggam parangnya Agniran berusaha sekuat tenaga merebut tombak dari
penunggang Delman dengan mudah yang kemudian langsung menusukannya ketubuh
penunggang Delman membuat terdorong terpukul kebelakang.
" .... padahal telah tertusuk!! Tetapi ! tidak dapat melukai !!"
Gumam Agniran
Dicobanya oleh Joko dengan bergerak kuat dari samping Agniran memukulkan
parang besarnya memotong terhadang silangan tombak yang menahan kemudian di
lanjutkan lutut Joko menyodok dengan kuat perut orang berbaju slontrang yang
tertutupi kain ketat dan rapat di dalam aeragamnya sehingga membuat terpental
tidak berdaya di langsungkan ayunan vertikal lagi sebilah parang besar milik
Joko menyayat dari atas.
STTTRRRRRAANGGKHH..!!!
Parang besar Joko merobek meledakan anggota Angger Langking yang kemudian
hanya meninggalkan kain hitam yang menyelimuti tubuhnya dan baju slontrang yang
terlepas berkeping keping menjatuhkan topeng terlempar ketanah.
Joko kaget dengan pukulan akibat parang besarnya yang membelah meledakan
anggota itu yang hanya berubah meninggalkan bekas pecahan kain hitam.
" Joko, Apa yang terjadi!!"
Kata Agniran melihat kejadian aneh yang barusan dilakukan oleh Joko setelah
memukul salah seorang anggota Angger Langking yang terbungkus kain hitam
berseragam slontrang memakai topeng berukir batik mata sipit berahang lancip
coklat tua.
".....aku tidak tahu!"
Kata Joko melihat Agniran dengan posisi gerakan tetap waspada
Gerakan putaran cepat dengan keempat pisau kujang yang tajam seketika membuat
keempat anggota Angger Langen meledak karena sayatan melubangi kain yang
menutupinya.
" Inilah orang yang sedang menggunakan Pusakanya!"
Teriak Solor memberitahukan Agniran dan Joko yang tetap siaga di depannya agak
jauh.
" SOLORR !! "
Tinggal dua orang anggota Angger Langkingnya yang satu di cekal oleh Agniran
akibat tusukan tombak dan satunya sedang berkelahi dengan Hanggoro yaitu
sebagai kusir delman berlari lari dan berusaha memanah Hanggoro tetapi mudah di
hindarinya..
" JANGAN DIBUNUH PEMANAH ITUU!!!.."
Teriak Solor kepada Hanggoro yang sedang berusaha menangkap Anggota Angger
Langking yang berlari menjauhi kejaran Hanggoro
Dengan cepat Joko mengambil tombak yang tergeletak diantara pecahan kain hitam
berserakan di tanah yang berlumut sembari mengangkatnya menusuk kepala anggota
Angger Langen yang dicekal Agniran membuatnya meledak menjadikan kepingan kain
hitam mengguyur Agniran.
" Kenapa bisa kau meledakannya! Sementara aku tadi mencobanya tetapi kebal!!"
Kata Agniran dipenuhi sobekan kain berserakan
" Aku tidak tahu !!"
Kata Joko yang kemudian langsung meninggalka Agniran berlari mengikuti
Hanggoro guna melemparkan tombak besi yang baru saja dipakainya
" Tuan Solor ! Apa yang sedang terjadi!"
Kata Agniran yang kemudian berlari mendekati Solor yang sedang memperhatikan
Hanggoro dari kejauhan dengan siaga.
" Tuan.. Senang sekali anda ternyata masih disini!"
" Saya kira anda tadi sudah jauh perjalanan ke Wijonayem"
Keadaan di jalan paving sementara itu menjadi lerai tinggal Solor dan Agniran
dengan permukaan tanah berlumut banyak berserakan pecahan kain yang menyebar