Chereads / Chandraklana : Singularity Of The Grand Prize / Chapter 27 - Dibawah Bayangan Pohon

Chapter 27 - Dibawah Bayangan Pohon

Langit merah kebiruan menyambut pegunungan ini yang panjangnya mengitari lembah

Lemah Angker dan juga sebagai pembatas desa Wijonayem dengan Lemah Angker.

Wilayah utara meliputi Nawijem dan Lawes, Sebelah barat sampai ke Ampringan dan

kota penempa dekat Gunung Api, Tantruno. Sebelah utara Pegunungan Lumut

meliputi wilayah Lataran Ijo, Wartojayan dan apabila terus ke timur laut sampai

pada wilayah bertebingan hingga kota Alingkukoh.

Embun mulai terkumpul memantulkan warna hijau daun dari sinar matahari dipucuk

timur menembus setiap lembarnya yang tipis membuat kabut didalam hutan

Pegunungan Lumut semakin menghijau mematahkan kegelapan. Keteduhan diberikan

oleh Pohon bercabang mendaun kanopi memiliki batang besar melenggok mengrumuni

pegunungan yang super lembab sebentar lagi pagi hari menyingsing.

Tampak bagian terang bercahaya warna oren kekuningan didalam hutan menyebar

diantara kabut hijau gelap membuat batang batang besar pohon melenggok serta

tumbuhan lainnya bagian sisi yang menghadap sumber cahaya oren itu juga terkena

sinar oren kekuningan mengusir kabut serta menghangatkan sekitarnya.

Di sekeliling api yang membara menggeliat tidak beraturan dan beberapa lampu

ublik yang tergeletak diantara mereka sedang dalam perjalanan ke Wijonayem

sempat membereskan sisa buah suweg berceceran dan beberapa kayu tergeletak

sebagai tempat duduk dan juga bahan bakar, api juga sudah kehilangan banyak

nyalanya menyisihkan gumpalan abu berwarna hitam keputih tampak berserakan yang

kemudian di bersihkan oleh Agni juga Hanggoro dengan dibantu Joko mengembalikan

bongkahan kayu dan sisa bakaran keluar jalan paving.

Dihari yang malamnya mereka menanti pertujukan pembukaan Sayembara

Trigaldituro di padepokan Wijonayem ketiga pemuda ingin segera kembali pulang

melakukan perjalanan setelah membersihkan api unggunnya. Tidak lupa beberapa

patah kata perpisahan kepada Solor yang sudah menemani bermalam dan juga

sarapan walaupun dengan buahnya sering membuat haus tetapi kenyang.

" Terima kasih tuan"

" Sudah menemani kami"

" Sepertinya setelah ini kami akan lewat bawah lereng"

Ucap Agniran kepada Solor sambil bersalaman berhadapan

" Saya juga berterima kasih sudah menyelamatkan kudaku"

" Senang bertemu kalian"

Kata Solor membalas salaman yang berhadapan dengan Agniran

" Mari,..."

Kata Solor menyalami Joko yang kemudian membalasnya

" Jaga diri kalian baik baik"

Kata Solor menyalami Hanggoro sambil berjalan menyamping menghampiri posisi

mereka dengan membawa botol parem kelor yang masih tersisa sedikit dan mulai

mencantolkan lentera lampu ublik tertempel di paha samping kirinya

" Tuan, tidak bersama kami ?"

Tanya Hanggoro setelah Solor berjalan membelakanginya

" Maaf, saya harus segera menemui guru kalian, sebelum acara pembukaan

sayembaranya dimulai"

" Dan kalau saja kudaku ada gerobak pengangkut, pastilah kalian bisa menaiki"

Kata Solor dengan badan menyamping menatap Hanggoro dan kedua pemuda di

belakangnya

" Apakah masalah Akik Kumenteng?"

Kata Hanggoro seakan akan tidak mau berpisah dengan Solor

" Begitulah, "

Jawab Solor mengetahui kalau Hanggoro sudah mulai percaya dengannya atas

masalah Kidang Emas sebelumnya

" Apakah anda juga hendak mau memperhentikan sayembaranya?"

Kata Hanggoro kemudian

" Oh tentu saja tidak, saya juga berantusias dengan sayembaranya..."

" Semoga kalian menang!"

Kata Solor kepada mereka berbincang beberapa langkah berhadapan

" Terima kasih tuan, hati hati di jalan"

Kata Agniran membalas

" Baiklah, suasananya sudah mulai terang"

" Aku pergi dulu"

Kata Solor membalikan badan menjauhi mereka menuju selah bonggol pohon yang

juga ketiga pemuda itu mulai berjalan mengikuti sisa jalan paving

Berjalan melewati semak menghampiri bonggol pohon berakar membentuk selah

dimana kudanya sedang mengunyah daun berada di dalam rongga selah itu yang tiba

tiba berhenti karena kedatangan Solor.

"Kenapa Wus wus.., Lanjutkan makananmu"

" Setelah ini kita mulai berangkat lagi"

Kata Solor berjalan kebelakang kuda masuk kedalam gua kecil rongga pohon yang

tersinari lampu ublik oren di pahanya sampai tepat disebelah tas tabungnya

kemudian melepaskan lampu ublik kemudian mencantolkan dan mengikat di samping

penutup tas yang sudah tersedia kemudian membuka seraya memasukan botol ramuan

kelor. Tidak lupa Solor juga mengecek dua tas kecil berisi rumah angkrang yang

dilihatnya masih utuh dan rapi hanya beberapa saja angkrang yang keluar dari

selah penutup tas kecil terbuat dari anyaman bambu.

Dengan pelan Solor mulai mengarahkan kudanya untuk berjalan kedepan keluar

dari selah rongga akar yang tas tabungnya masih terbuka, ditatanya sadel dan

juga sedikit mengelapnya merapikan tali kuda kekang yang kemudian tubuhnya

terkejang karena kaget mendengar suara teriakan seseorang mengatakan kurang

jelas menggema sedikit jauh di balik beberapa pohon besar berbatang melenggok.

" Ada apa"

Gumam Solor pikirannya berubah kawatir yang dikiranya suara ketiga pemuda

akibat apa yang dilakukannya terhadap Dadung Kawilis sebelumnya

Dengan tergesa gesa, Solor segera mengambil kedua tas kecil berisi Angkrang

yang kemudian berlari menabrak semak menuju arah teriakan meninggalkan kudanya.

Berlari sambil bersembunyi diantara akar yang menjulang dari batang dan semak

semak memperhatikan ketiga pemuda yang berjalan belum jauh dari tempat

penyimpanan kudanya.

Dilihatnya oleh Solor tampak dibalik semak yang tinggi diantara selah daun

mereka berwas was dengan posisi mereka terlihat dari agak jauh belakang dari

semak.

Suara lantang terdengar lagi menggema di dalam hutan berkabut menyambut

mulainya pagi yang semakin terdengar mendekati dari arah jalan paving. Ingin

segera berlari menuju ke tempat mereka bertiga tetapi keadaanya belum pas untuk

menampakan diri kepada mereka yang baru saja mengucapkan sampai jumpa, sampai

Solor lebih memilih untuk mencoba menunggu apa yang sedang terjadi dengan

memata matai di balik semak agak jauh dari samping belakang dari arah mereka

bertiga berkumpul dengan siaga.

Dari kejauhan tampak terlihat dari selah daun bayangan kotak besar yang masih

samar dibarengi menyala dua cahaya oren bergerak menembus kabut semakin

mendekati dari arah mengikuti jalan paving dibarengi suara teriakan lagi dari

dalam kabut yang mulai melenyap, bergemuruh beberapa hentakan tapal kuda dari

kejauhan melaju mendekati ketiga pemuda yang berhenti dengan posisi siaga

ditengah jalan paving.

"MEMPERTAHANKAN DAN MELINDUNGI ADALAH TUGAS KESATRIA TERTINGGI DAN MULIA !!!!!"

" Agni.. ! siapa gerangan yang hendak menuju kemari??!

" Apakah orang dari Padepokan?

Ucap Hanggoro sambil bersiaga mengangkat tombaknya mengingat kata kata

tersebut pernah diketahuinya dari slogan Sayembara kali ini

" Ntahlah, tetapi kenapa orang padepokan menuju ke sini?"

Kata Agniran dengan posisi yang sama sedang bersiaga menghadap menyambut

datangnya sesatu berbentuk kotak mendekati yang semakin keluar dari kabut.

" Tetaplah waspada, aku teringat semenjak tuan Solor tadi memberitahukan

adanya tentang pemberontak "

Kata Agniran melihat Hanggoro berdiri disampingnya

" Apa ini efek dari Dadung Kawilis ?"

Kata Hanggoro menambah

Teriakan yang ditumbulkan dari seseorang berdiri dibelakang kusir sedang

mengendalikan dua kuda mengangkut gerbong berwarna hitam mengkilap berhiasi

beberapa ukiran perak di bagian sisi gerbong dan dua lampu ublik disamping

kanan kiri dekat atap gerbong melantunkan lagi secara lantang perkataan slogan

persayembaraan

"MEMPERTAHANKAN DAN MELINDUNGI ADALAH TUGAS KESATRIA TERTINGGI DAN MULIA !!!!!"

semakin melaju keluar dari kabut tersamar yang kemudian semakin jelas terlihat

orang yang berdiri di belakang kusir sama sama memakai baju Slontrang hitam

memakai topeng berahang lancip bermata sipit dari kayu coklat tua bergaris

batik satu warna.

" SELAMAT PAGI UNTUK KALIAN PENGEMARA MUDA"

Teriak Orang yang berdiri di samping kusir dari dalam topeng

" Kenapa memakai Topeng!"

Ucap Hanggoro menyapa mereka masih berada di delman diangkut dua kuda hitam.

" Turunkan senjata kalian pengembara muda"

" Pagi pagi begini kami tidak bermaksud untuk mengajak kalian bertempur!"

Kata orang berbaju Slontrang hitam mulai turun menghampiri dari delman

dilanjutkan dijauhi ketiga pemuda

" Tenang saja, tadi pagi yang masih gelap aku melihat ada asap di hutan ini...

kalian dari mana, pengembara muda?"

Kata orang itu memperhentikan langkahnya berhadapan pada ketiga pemuda

menampakan topeng berukir batik coklat tua dengan badannya yang terbungkus kain

hitam ketat berbaju slontrang hitam berkalung perak berukir bunga kamboja yang

timbul di kalungnya mirip gelas yang menggelantung ditengah penutup.

" Kami hanya melakukan Ekspedisi, kami dari lereng pegunungan"

Kata Agniran membalas

" Kenapa anda mengucapkan Slogan pesayembaraan?!"

Tanya Hanggoro

" Sepertinya kalian ini Pengembara muda yang bandel,"

Kata orang itu seraya berjalan menyamping melewati mereka bertiga

" Aku mempunyai keris namanya "Ayangwengi", tetapi aku tidak pernah

menggunakannya sebelum adanya berita Akik Kumenteng itu dijadikan hadiah utama"

" Hanya saja aku masih merawatnya dengan baik keris sepeninggalan jenat

keluargaku itu"

Kata orang berbaju slontrang hitam dengan berjalan kembali melewati ketiga

pemuda yang masih berdiri dihadapannya

" Tetapi lihat apa yang dilakukan oleh ketua padepokan saat ini

menyelenggarakan Sayembara dengan menghadiahkan Akik Kumenteng?! Apakah kalian

tidak tahu akan hal itu?"

" Aku dari Ampringan, kami berdua hanya melaksanakan tugas kami untuk

memperhentikan Sayembara yang diadakan di Wijonayem"

Kata orang itu sembari menunjukan kusir yang masih duduk diam memegang tali

kendali kuda dengan peralatan busur panah di belakang punggungnya.

" Jadi anda yang dimaksud perompak pencelup tinta itu?!!"

Kata Agniran dengan keras seraya mulai mundur menjauhi orang itu serta diikuti

Hanggoro dan Joko juga menjauhi mulai waspada menggenggam pegangan parang yang

terselip disarung pedang samping kiri mereka

" Tidak perlu khawatir !, kalian harus tahu yang sebenarnya!"

" kami sudah mempunyai anggota banyak dan juga mulai menyebarkan pemberitaan

ini guna melindungi orang orang dari akibat setelah hadiah Sayembara di

Wijonayem di miliki oleh seseorang!"

" Kelompok kami ini disebut Angger Langking"

" Orang orang yang setuju untuk diberhentikannya Sayembaranya! Guna akiknya

tidak diturunkan"

Kata orang berbaju Slontrang yang terbungkus kain hitam memakai topeng.

Solor yang masih menyelidiki lewat bauran semak belukar semakin penasaran apa

yang sedang terjadi membuatnya ingin mendekati tetapi teringat dia sudah

mengucapkan sampai jumpa kepada ketiga pemuda itu hingga mencoba memilih untuk

memanjat pohon dengan pelan agar tidak diketahui baurannya diantara dedaunan

yang berlumut.

" Kenapa memangnya dengan Akik Kumenteng !!??"

" Bukankah itu hadiah yang patut untuk sebuah acara yang sangat dinanti setiap

tujuh tahunnya!?"

Kata Hanggoro dengan keras mencoba membela padepokannya yang sementara mereka

adalah bagian murid Wandarimo.

" Sudah aku katakan bahwa ini bukan karena sayembaranya ataupun hadiahnya,

tetapi Hadiahnya yang mengikut sertakan Akik Kumenteng !!"

Jelas orang itu seraya dengan cepat mengeluarkan gulungan kertas dari dompet

sabuk seraya mengibarkannya kebawah hingga jelas terlihat gambar lingkaran

membentuk rangkaian " Batin Pangikrar" terpampang di depan mereka bertiga

" Apa itu"

Kata Hanggoro berjalan menyamping mendekati Agniran yang juga terkejut baru

pertama kali mengetahui isi lembaran kertas tebal berwarna putih kekuningan

seperti gambar lingkaran tertimpa beberapa garis tetapi entah apa arti dari

gambar tersebut.

Seketika kejadian itu membuat Solor ingin segera keluar turun dari dahan

bersemak meloncat berlari menuju mereka yang berada ditengah paving tersinari

beberapa lentera ublik yang

terpasang di masing masing samping sabuk didekat gerbong delman, setelah

melihat isi lembaran yang dia ketahui melalui selah dedaunan mengintip dari

atas pohon.

" Sepertinya itu garis garis Batin Pangikrar"

Kata Solor dengan bolamata yang tertuju pada lembaran ditunjukan ketiga pemuda

" Batin Pangikrar, itu sangat kuno,"

" Hemm, tetapi akiknya dibuat oleh para penambang"

Gumam Solor sambil merundukan pandangannya mencoba berpikir lebih mendalami

Diatas pohon yang dipanjati Solor diluar daunnya yang menutupi hamparan lantai

hutan matahari semakin naik menancarkan sinar panas merambat menghela lantunan

kabut yang kian merebah naik dan turun menggelombang luas membaur pepohonan

raksasa berbatang melenggok Pegunungan Lumut.

Agniran yang mulai kehabisan waktu untuk melakukan perjalanan pulang ke

Wijonayem berharap tidak telat mengikuti Sayembaranya bersama Hanggoro dan Joko

sampai tiba sebelum acara pembukaannya yang diadakan nanti malam.

Isi dalam kertas juga tidak sama sekali diketahui maksudnya apa oleh ketiga

pemuda itu membuat mereka bertanya tanya sebenarnya apa yang hendak mereka

lakukan dan tujukan.

" Biarkan kami segera pergi dari sini"

" Percuma anda melakukan pemberontakan untuk memperhentikan sayembaranya!"

Kata Agniran mendekati berhadapan kepada seorang penunggang kuda yang sedang

mengulurkan tangannya menggenggam lembaran kertas

" Jangan terburu buru.."

" Apakah kalian tahu apa ini??!"

Kata orang berambut panjang terkucir tetapi wajahnya tertutupi topeng

memperlihatkan gambaran kertas kearah mereka

" Kami tidak tahu apa itu!"

" dan itu bukan urusan kami untuk ikut campur mengetahui apa yang anda

tunjukan!"

Jawab Agniran yang berada di dekat berhadapan sambil memegang kertas yang

ditunjukan lalu dengan masa bodoh Agniran membelakangi penunggang kuda yang

tangannya menunjukan isi kertas seraya mengajak Joko dan Hanggoro segera pergi

" INI ADALAH BATIN PANGIKRAR !! PEMBUAT BENDA MENJADI PUSAKA !!"

Teriak orang itu

" SEHARUSNYA PEMERINTAH ALIANSI MELARANG MENGGUNAKAN BENDA DARI BATIN

PANGIKRAR TETAPI LIHAT APA YANG DILAKUKAN OLEH KETUA PADEPOKAN ITU !!!!"

Mendengar perkataan dari orang yang terbungkus baju slontrang membuat Agniran

membalikan badan diikuti kedua pemuda juga membalikan arah tertuju kembali pada

orang yang masih memegang lembaran bergambar lingkaran Batin Pangikrar.

" Bagaimana Agniran?"

Tanya Hanggoro kemudian menatapnya

" Sebetulnya benar apa yang telah dikatakan oleh orang itu"

Kata Joko tiba tiba

"Kakekku pernah bercerita tentang Batin Pangikraran"

" dan itu membahayakan"

Kata Joko

" Maka dari itu bergabunglah bersama kami "

" Kelompok pengembara Angger Langking"

" Bersama kami mari kita hentikan Sayembaranya dan untuk memulai menghancurkan

semua sisa pusaka pusaka yang ada!"

Kata orang berbaju slontrang seraya membuka penutup gantungan perak yang

terkalung di dadanya dilanjutkan diarahkan pada mereka.

" Ini adalah sebuah perjanjian Angger Langking"

" dengan mencelupkan jari kalian anda telah mendukung kami"

" Tidak !, aku tidak bisa melakukan itu"

Kata Agniran

" Iya, aku juga tidak bisa"

Sahut Hanggoro

" Aku mendukung itu tuan, tetapi aku tidak mau keterikatan kelompok"

Kata Joko

" AKIK ITU ADALAH HASIL DARI BATIN PANGIKRAR"

" KARENA HADIAH UTAMA ITU SEMUA WARGA AKAN SEMAKIN TAHU TENTANG ASAL USUL

PUSAKA !! DAN SEMUA AKAN TERJADI SEPERTI JAMAN DULU!"

" INILAH SAAT MANUSIA KEMBALI AKAN PUNAH KARENA ULAHNYA SENDIRI!!"

" SEPERTI KALIAN YANG MENOLAK MENCELUPKAN TINTANYA"

Dengan cepat orang yang terbungkus kain hitam berbaju slontrang mensiratkan

secara vertikal cairan tinta kepada ketiga pemuda yang sedang berdiri

bersebelahan mengenai wajah mereka membuat tersentak kemarahan ketiga pemuda.

Dimulailah parang Agniran membelah angin mengayunkan menimpa parang yang juga

mulai dikeluarkan yang kemudian sabetkan oleh orang itu membuat percikan api

akibat gesekan bilah besi tajam dilanjutkan Hanggoro membantu dengan mengangkat

tombak batang buatannya menghunus yang seketika dapat dihindari segera dengan

cepat keluar sekelompok orang tertutupi semua tubuhnya dengan kain ketat hitam

lainnya yang terbungkus seragam sama dan kusir yang juga ikut turun mengangkat

busur tetapi dengan lagak anehnya beberapa anak panah yang diluncurkan selalu

tidak mengenai target karena bidikan salah yang hanya seperti orang memanah

dengan ditutupi matanya.

Seketika keluar dari gerbong lima anggota kelompok berseragam sama seraya

mengambil tombak yang menyilang tertempel di samping masing gerbong diantara

jendela dan langsung berlari menuju kepada ketiga pemuda yang sedang adu parang

diatas jalan paving berakhir mengepung dengan kelima mata tombak mengarah

mengelilingi mereka.

Didalam kepungan, dipegangnya pucuk kedua tombak oleh Agniran seraya menarik

cepat membuat kedua kelompok Angger Langking terjatuh kedepan diikuti Joko

mengibaskan parangnya yang tertangkis tombak serta Hanggoro melakukan hal sama

tetapi gagal membuatnya tersentak jatuh kebawah akibat pukulan anggota Angger

Langking yang tadi sebagai kusir dengan perlengakap busur panah yang mulai di

dikalungkan lengkungnya mencekik Hanggoro.

Melihat Hanggoro cidera membuat Agniran

dengan keras parangnya menyabikan menebas anggota kelompol Angger Langking

yang hanya merobekan sebagian kain seragamnya merasa pukulan parangnya percuma

tidak dapat melukai tubuh orang yang terbungkus kain slontrang hitam.

" Sial! Menggunakan kekebalan tubuh!!"

Gumam Agniran

" Agnii..!!!"

Teriak Hanggoro kesulitan dikepung tiga orang kelompok Angger Langking sampai

terjatuh dan tombak buatannya terlempar

SFUUASHHHHHHHZZ

Tali pintal terbang menggangsing dengan cepat pemberat pada ujung tali

menghantam kepala salah satu anggota Angger Langking yang mencengkram Hanggoro

membuatnya terpukul jatuh ketanah terkapar

" Tuan Solor!!!"

" Anda masih disini ternyata!!"

Ucap Agniran sambil mengayunkan parangnya posisi melindungi

Hanggoro dan Joko sedikit senang datangnya Solor membantu mereka tetapi

keadaanya yang masih kacau perkelahian membuat mereka semua sibuk melakukan

serangan dan juga pertahanan.

" HAH SIAPA ?! SOLOR KROTO DOMBLE?!

Kata salah satu anggota Angger Langking berseragam sama sampai mereka bertiga

tidak tahu yang mana tadi dia berbicara.

" Rasakan Ini !"

membuka dompet kecilnya berisi Angkrang dilemparkan ke tempat orang yang

sedang mencengkram Hanggoro

Dompet berisi rumah Angkrang melayang menjatuhkan beberapa angkrang mengudara

sampai tepat mendarat disamping orang yang memegangi Hanggoro menahan.

Akibat hantaman dompet berisi rumah Angkrang membuat semua semut merah dengan

ganas menyebar seluruh badan yang terbungkus kain berseragam slontrang tetapi

tidak ada efek terjadi apa apa.

" Heyy.. Siapa kamu gerangan??!"

Kata Solor mengetahui bahwa yang dia serang ternyata bukanlah manusia sebab

tidak ada reaksi serangan dari semut merah

" KROTO SOLOR DOMBLE !!."

" LIHATLAH ULAH ALIANSI,TERNYATA KEGELAPAN SUDAH MENYELIMUTI MEREKA!!"

" IKUTLAH BERSAMA KAMI, KAU AKAN AMAN DENGAN KAMI!!"

"Sebenarnya aku menyaksikan kalian semua sejak tadi "

Kata Solor sambil memasukan dompet kecil kedalam sabuk otoknya kemudian

mengeluarkan keempat pisau kecil berbentuk melengkung mirip Kujang yang tertata

di dompet sabuknya seraya kedua pisau di lemparkan keudara dan di cepitnya

kedua pisau yang sedang melayang dengan jempol kaki sambil dengan Salto.

Kini Solor memakai empat pisau runcing berbentuk melengkung dua ditangan

kirinya dan dua lagi di cepit menggunakan jempol kaki

" Kau siapa orang hitam?!.. apakah kusirmu baik baik saja.?!"

Kata Solor bersiap beraksi

" KAU TIDAK DAPAT MENYADARKANNYA!!"

" Hah?! Kata siapa ? Aku membawa " Ramuan Parem Kelor"

Kata Solor mengetahui Kusir delmannya adalah orang yang sedang dalam guna

gunaan.

" BAJINGANNN !"

Semua kelompok orang yang berseragam sama kemudian bersama sama berlari menuju

ke tempat Solor berdiri dengan membawa tombak dan kepalan tangan semua kelompok

berbaju hitam itu mengejar Solor hendak berusaha membunuh karena tahu bahwa

Kusinya satu satunya manusia dari pada yang lain.

" KALIAN SANDRA KUSIRNYA... SECEPATNYA!"

Ucap Solor seraya bersiap di kepung melakukan aksinya melawan enam kelompol

Angger Langking yang sedang menuju padanya menghunus tombak.

Mendengar perkataan Solor segera Hanggoro yang sudah terlepas dari sekapan

anggota Angger Langking yang sekarang berlari mengejar Solor dengan cepat

langsung berlari menuju seorang yang berseragam sama bertopeng rahang lancip

bermata sipit dengan mencoba melayangkan anak panah mengenai Hanggoro sedang

berlari menangkapnya tetapi dengan mudah dihindarinya.

Kedatangan Solor memberi kekuatan pada tangan kanan Joko yang mulai mengangkat

parang besarnya

Diayunkan siap memotong tubuh anggota itu tetapi terhalangi tombak dari

anggota Angger Langking lainnya, yeng kemudian dilakukannya Joko langsung

menyikut kepalanya.

Joko dan Agniran dengan cepat mengejar anggota Angger Langking yang berjumlah

enam sedang berlari menuju ketempat Solor dengan sekuat tenaga parang Agniran

diayunkan membelakangi salah satu anggota lainnya tetapi seorang lagi

menghadang menghalangi dengan tombak dengan cepat memukulkan tongkatnya dari

besi dari depan yang mau menghantam Agniran. Di pegangnya dengan cepat tombak

sambil menggenggam parangnya Agniran berusaha sekuat tenaga merebut tombak dari

penunggang Delman dengan mudah yang kemudian langsung menusukannya ketubuh

penunggang Delman membuat terdorong terpukul kebelakang.

" .... padahal telah tertusuk!! Tetapi ! tidak dapat melukai !!"

Gumam Agniran

Dicobanya oleh Joko dengan bergerak kuat dari samping Agniran memukulkan

parang besarnya memotong terhadang silangan tombak yang menahan kemudian di

lanjutkan lutut Joko menyodok dengan kuat perut orang berbaju slontrang yang

tertutupi kain ketat dan rapat di dalam aeragamnya sehingga membuat terpental

tidak berdaya di langsungkan ayunan vertikal lagi sebilah parang besar milik

Joko menyayat dari atas.

STTTRRRRRAANGGKHH..!!!

Parang besar Joko merobek meledakan anggota Angger Langking yang kemudian

hanya meninggalkan kain hitam yang menyelimuti tubuhnya dan baju slontrang yang

terlepas berkeping keping menjatuhkan topeng terlempar ketanah.

Joko kaget dengan pukulan akibat parang besarnya yang membelah meledakan

anggota itu yang hanya berubah meninggalkan bekas pecahan kain hitam.

" Joko, Apa yang terjadi!!"

Kata Agniran melihat kejadian aneh yang barusan dilakukan oleh Joko setelah

memukul salah seorang anggota Angger Langking yang terbungkus kain hitam

berseragam slontrang memakai topeng berukir batik mata sipit berahang lancip

coklat tua.

".....aku tidak tahu!"

Kata Joko melihat Agniran dengan posisi gerakan tetap waspada

Gerakan putaran cepat dengan keempat pisau kujang yang tajam seketika membuat

keempat anggota Angger Langen meledak karena sayatan melubangi kain yang

menutupinya.

" Inilah orang yang sedang menggunakan Pusakanya!"

Teriak Solor memberitahukan Agniran dan Joko yang tetap siaga di depannya agak

jauh.

" SOLORR !! "

Tinggal dua orang anggota Angger Langkingnya yang satu di cekal oleh Agniran

akibat tusukan tombak dan satunya sedang berkelahi dengan Hanggoro yaitu

sebagai kusir delman berlari lari dan berusaha memanah Hanggoro tetapi mudah di

hindarinya..

" JANGAN DIBUNUH PEMANAH ITUU!!!.."

Teriak Solor kepada Hanggoro yang sedang berusaha menangkap Anggota Angger

Langking yang berlari menjauhi kejaran Hanggoro

Dengan cepat Joko mengambil tombak yang tergeletak diantara pecahan kain hitam

berserakan di tanah yang berlumut sembari mengangkatnya menusuk kepala anggota

Angger Langen yang dicekal Agniran membuatnya meledak menjadikan kepingan kain

hitam mengguyur Agniran.

" Kenapa bisa kau meledakannya! Sementara aku tadi mencobanya tetapi kebal!!"

Kata Agniran dipenuhi sobekan kain berserakan

" Aku tidak tahu !!"

Kata Joko yang kemudian langsung meninggalka Agniran berlari mengikuti

Hanggoro guna melemparkan tombak besi yang baru saja dipakainya

" Tuan Solor ! Apa yang sedang terjadi!"

Kata Agniran yang kemudian berlari mendekati Solor yang sedang memperhatikan

Hanggoro dari kejauhan dengan siaga.

" Tuan.. Senang sekali anda ternyata masih disini!"

" Saya kira anda tadi sudah jauh perjalanan ke Wijonayem"

Keadaan di jalan paving sementara itu menjadi lerai tinggal Solor dan Agniran

dengan permukaan tanah berlumut banyak berserakan pecahan kain yang menyebar