Suasana hutan belantara Pegunungan Lumut malam hari yang seperti di dunia lain,
pohon pohon besar tinggi melenggok lenggokan batangnya memiliki kerak kasar
sebagian mengelupas dipenuhi lumut dan di hinggapi tanaman benalu sekujurbatang
pohon dari yang kecil sampai berdaun lebar sampai jatuh ketanah. DiPegunungan
Lumut sebagian besar di tumbuhi pohon trembesi kadang gayamberukuran raksasa
menjulang melenggok lenggokan batangnya menyanggah kubahdahan dan ranting
hingga daun sebagai payung menjadi cakrawala ekosistem hutanPegunungan Lumut
yang selalu berkabut dan lembab masuk dalam jejeran pegununganmengitari Lemah
Angker dan juga Gunung berapi yang pernah meletus ribuan tahunyang lalu.
Malam hari yang berubah dingin, dimana matahari berada di seperempat belahan
bumi laindari kebalikan kondisi hutan belantara pekat dirangkul kegelapan
membawa sunyitidak terdengar suara apapun disekitaran pohon besar melenggok
penuh lumut yangsebagian berwarna oren dari dua titik pusat terang yang satu
menggelantung di atas dahan dan satunya tergeletak di batang yang tumbuh lurus
menyamping diatas kepala ketiga pemuda dari Wijonayem sedang tertidur.
Tiga pemuda yang masih bersatus murid dari padepokan Agungdijoyo Winoto di
pimpin oleh pendidik seorang pejuang jaman dahulu bernama Wandarimo yang mana
padepokan tersebut sebentar lagi dimeriahkan oleh warga penduduk seluruh
wilayah Sanajayan bahkan sampai dari luar Sanajayan akan mendatangi acara
spektakuler yang sangat amat dinanti setiap tujuh tahun sekali.Sebuah acara
Sayembara yang kali ini diadakan di Padepokan Agungdhijoyo Winoto bertempat di
Winonayem merebutkan hadiah beberapa kantung emas dan benda pusaka sebagai
Grandprizenya.Hadiah utama yang baru pertama kalinya dihadiahkan oleh para
pemuda berupa benda pusaka membuat semua warga berantusias dari melihat
pertujukannya atau mengikuti Sayembaranya melalui para remaja yang akan
bertanding dalam judul tema Trigaldituro.
Didesa kampung Wijonayem yang terletak di utara laut selatan sebelah timur dan
selatannya Pegunungan Lumut serta apabila ketimur lagi tetapi jauh melewati
beberapa pegunungan dan padang rumput serta hutan luas merupakan arah menuju
kota Wulansana.
Kurang dari satu hari gong pengumuan akan dikumandangkan memulai acara
sayembara yang sudah banyak di nanti warga. Sebelum acara di mulai para
pendaftar sayembara biasanya diisi melakukan latihan, latihan yang bisa
dilaksanakan bebas bisa didalam padepokan, di balai balai pelatihan atau diluar
kota.
Ketiga pemuda yang di pimpin oleh Agniran mengajak partnernya untuk latihan
melalui ekspedisi dua hari sebelum acara sayembara dimulai. Melakukan
perjalanan ke Lemah Angker yang harus melewati Pegunungan Lumut berubah menjadi
tidak terduga mempertemukan mereka dengan Solor si Kroto Domble dari rawa
Nawijem yang sebelumnya karena lari maraton terkejar kelompok monster buaya
besar membuat mereka beristirahat di atas pohon raksasa berbatang melenggok
lenggok terbaring pulas.
Didalam peristirahatan berawal mula nyenyak ditemani suasana hutan melantunkan
kesunyian berubah menusuk gendang telinga membuat kegelisahan keempat orang
yang sudah berada pada ketidaksadaran balutan mimpi ditengah kabut hutan yang
mulai mendingin. Keresahan dimulai dari jari jemari tangan bergerilya di bawah
perut seorang pemuda berbadan kekar berusaha membuka sabuk otok hingga menarik
kain jarik yang di bantu kedua tangannya melebarkan seluruh kain jarik berbatik
coklat tua lalu merebahkannya menutupi seluruh tubuh menyisihkan bagian dada
keatas.
Keheningan hutan juga mulai menyerang pemuda bernama Hanggoro saat diposisi
tertidur menyamping menghadap pemuda bernama Joko yang sudah tertutupi kain
jarik, keletihan yang seharusnya di lebur oleh lelapan tidur, kini terpecahkan
oleh kesunyian yang membawa resah menyebarkan ke seluruh bagian tubuh menjalin
kawatir perlahan mengundang tensi mempercepat detak jantung membuat dahi
Hanggoro banjir bandang keringat mulai mengalir bak sungai keluar dari
bendungan. Dengan tubuhnya yang sedang menggigil bercampur kegelisahan membuat
Hanggoro bergerak membalikan badannya terkapar menghadap keatas hingga luapan
lesu yang tidak dapat menyanggah kenyenyakannya berdesakan dengan kesadaran
mencoba membuka mata.Terbelalak mata menerawang langit pohon menampakan dahan
dan cabang menyebar luas mirip sarap diantara daun terbias oleh kabut malam
yang sebentar lagi subuh akan menjadi sebagai penerima tamu.
Tidak tahu keinginan apa yang hendak di deritanya didalam gerakan keinginan
hati mengalir keluar runtuh dari tubuh Hanggoro menuju tepian batang pohon yang
sebagai kasur mereka berkeinginan mencoba pergi dan memulai menggerakan
badannya belum sepenuhnya sembuh dari letih berusaha beranjak lalu berdiri
dengan pertama tama melangkahkan kaki menjauh melewati tubuh Agniran dan Joko
mendengkur belum sadarkan diri.
Berjalan dengan sempoyongan di atas batang pohon yang bercahaya oren remang
telapak kaki menyentuh sebagian lumut yang menempel di permukaan batang pohon
lurus agak keatas menuju tekukan batang menjalar menyamping keatas dekat dimana
Solor yang sedang juga berada di alam mimpi hingga mendekati tepian batang
berdiri sejenak dengan pandangan belum sepenuhnya sadar tersirat cahaya kilauan
kuning menyebar diarah lebih kebawah menerangi tipis dedaunan semak belukar.
Terpaku karena keindahan yang ingin segera memiliki untuk mencongkel walaupun
serpihan dibagian pahanya, terpendar warna kekuningan tua lembut mematahkan
kabut disekeliling serat tanduk bergaris tegas menyabang mencengkram elok layak
garis halilintar setinggi tiga meteran dan lebar cabang tanduk meruncing
sepanjang empat meteran tersanggah diatas kepala terlapisi kulit emas membludru
panjang dengan mata seputih berlian diantara bulu emas yang tajam menyeluruh
sampai leher menujukan dadanya membidang tegap sambil berjalan pelan mengarungi
kabut hutan yang masih gelap diatas jalan berpaving dipenuhi lumut.
Hanggoro berusaha menyadarkan diri dari lamunan melihat makhluk indah yang
berjalan pelan di bawah samping pohon dia panjati, berusaha melawan keinginan
hatinya untuk segera mencuri emasnya dengan diantara mencoba membalikan badan
untuk melangkahkan kaki segera membangunkan Agniran yang masih terpulas. Dengan
tekadnya Hanggoro berusaha mengendalikan nyalinya untuk mencoba menggerakan
kaki melawan keinginannya dari segera mendapatkan bongkahan emas yang tampak
nyata dilihat dengan kepala mata sendiri pada kidang seukuran sapi melintas
lembut sebelum kesempatan bernilai itu hilang.
" Agni.."Kata Hanggoro menggoyahkan pundak menyelamatkan dari mimpi buruk
menyadarkan Agniran yang masih tertidur untuk segera bangun.
" Cepat kemarilah" Tambahnya sambil melangkah berjalan miring sedikit
membungkuk menuju tekukan batang pohon dekat dibawah Solor sedang pulas
tertidur menganyam mimpi buruk juga dengan lagak meniru orang sedang mau
mencuri.
Berkat pertolongan Hanggoro menyadarkan dari mimpi buruk membuat Agniran
segera membangkitkan punggungnya yang terlihat bekas gesekan lumut membasah
menempel dibelakang rompi merahnya beranjak mulai berdiri lalu mengikuti
Hanggoro yang sudah tiba di pinggir batang pohon dengan posisi duduk
bertinggung dengan satu lutut menempel di permukaan batang menengok kebawah.
Dengan cepat berjalan meninggalkan Joko yang juga masih dalam balutan mimpi
buruk sampai pada mendekati seraya ikut merebahkan badannya menyanding Hanggoro
menunjukan sesuatu menarik mengeluarkan pendaran kilau cahaya emas yang mulai
terlihat dari bawah.
" Ada apa "Kata Agniran dengan pelan yang bibirnya mencapai samping pipi
lonjong berlesung sedang fokus memperhatikan Dadung Kawilis bergerak pelan
diantara kabut semakin tipis disekitarnya
" Apa yang kau rasakan?"Tanya Hanggoro seraya membelokan mukanya yang hampir
menyentuh hidung Agniran
Mendengar ucapan Hanggoro seakan seperti mengetahui apa yang sedang
dirasakannya saat ini membuat Agniran segera bersuara lirih mencoba
membangunkan Solor yang tertidur di batang pohon diatasnya.
" Tuan...."Kata Agniran keras tetapi pelan mendongak keatas melihat Solor
tidur posisi tengkurap kelihatan kepalanya menempel sisi tepi pinggir pohon
sedikit menggantung
Keresahan juga mendesak keluar dari dalam sampai mengalir kepori pori hingga
menempel pada dinding kulit dahi Solor seraya mengernyitkan karena getaran
suara yang tiba terdengar di telinga Solor membuat matanya langsung terbuka.
Terlihat dengan samar tangan Agniran melambai lambai menujukan kearah bawah
pohon didepannya dapat sampai terlihat dengan menengok kebawah batang yang
menghalangi pandangan. Cahaya pendaran yang lembut kekuningan menyinari
permukaan paving serta semak belukar yang ada disekitar berjalan pelan hewan
kidang besar yang seluruhnya dari emas memolesi kabut sekitar menjadi kuning
memantulkan kilauannya.
Perasaan Solor membanting kantuknya berubah menjadi hasrat ingin memiliki
emasnya yang menciptakan udara membius hingga menggrayangi matanya sampai
mengunang ngunang dibuat terpukau bentuknya yang cantik bercampur menakutkan
dilihat dari atas pohon berbatang besar melenggok lenggok.
" Ssssttttt..."Gerakan Solor memberi aba aba pada kedua pemuda yang tidak
hentinya bergerak resah sempoyokan berlomba ingin segera terjun dari atas
menangkap kidang besar yang seluruhnya dari emas murni
Solor segera menggelengkan kepalanya memberikan isyarat lagi kepada kedua
pemuda untuk tetap diam tidak terpancing untuk menangkap.
Apalah daya usaha mereka bertiga terpecahkan oleh suara keras terjatuh dari
atas disebabkan keteledoran akan perhatian yang tidak mampu menjaga Joko dari
tidurnya sehingga membuat pemuda bernama Joko sedang menyabik pisau besar
terayun tetapi tidak kena karena loncatan yang cepat seperti kilat mengindari
ayunan pedang besar di timbulkan dari pukulan terjun dengan kedua tangan
mengangkat parang besar keatas ingin segera memenggal kepala kidang emas
besarnya melebihi seekor sapi.
Berlari meloncat dengan panjang menjauhi pohon besar menabrak semak semak
tinggi semakin lama semakin menghitam kidang emas sudah hilang tidak tersisa
masuk kedalam kabut yang lebih gelap kearah selatan meninggalkan tapak hentakan
kuku perlahan mulai kehilangan pendarannya.
Suara keresotan terdengar keras timbul lagi dari atas kebawah pohon sambil
membawa lampu ublik yang sebelumnya tercantol di dahan Solor meloncat
menggenggam mematahkan dedaunan tumbuhan menjalar turun melalui sulur sembari
tangannya sudah mengambil ikalan tali pintal seperti biasanya berlari sambil
menengadahkan lampu ublik kedepan mengikuti Joko yang sedang berusaha ingin
mendapatkan kekayaan tetapi gagal akibat jeratan lembaran tali dari belakang
melilit kedua kaki Joko sampai jatuh disamping jalan paving membuntuti kemana
arah kidang emas itu pergi.
Suara perosotan keras terdengar lagi mencapai dua kali yang kemudian berlari
semakin mendekati sambil membawa lampu ublik membelakangi Solor yang sedang
berusaha melepaskan jeratan tali yang meliliti bagian atas mata kaki Joko mulai
sadar dari bekas tidurnya.
" Maafkan aku tuan"" setelah aku terbangun dan melihat emasnya yang berkilau,
aku lupa diri bahwa itu adalah Dadung Kawilis"Kata Joko sambil membantu
melepaskan lilitan tali pintal dikakinya milik Solor dengan bantuan penerangan
lampu ublik yang di letakan di pinggir ditambah cahaya lampu oren yang semakin
mendekat semakin lebih menerangi
" Sebenarnya tadi pas dibawahku, pasti aku mendapatkannya walaupun secongkel!"
Kata Hanggoro sambil membawa kain jarik milik Joko
"Tetapi kenapa tuan melarang! "
Kata Hanggoro lagi menyamping dengan tubuh mengarah ke Solor yang sedang sibuk
melepaskan jeratan tali dikaki Joko
" Ini masalah serius"" Kau tidak tahu ya? Jarang sekali orang ditemui kidang
emas seperti itu"Kata Solor hampir selesai melepaskan lilitan tali menghadap ke
Joko dengan kaki yang melonjor.
" Maka dari itu tuan, ini kesempatan kedua kita bisa mendapatkan emasnya..!"
Tetapi anda justru menghalangi"Kata Hanggoro sambil melihat ikatan tali yang
sudah terlepas dari kaki Joko seraya memberikan kain jarik berbatik
" Lalu kenapa tuan, kami di temui Dadung Kawilis lagi?"Ucap Agniran berdiri di
belakang mereka sambil memegang lampu ublik menggelantung di tangannya.
" Sebetulnya aku berusaha mencegah kalian untuk tidak mengejar kidang emas itu"
Kata Solor seraya menatap Hanggoro
" Lah anda meremehkan kita??!, Kidang emas itu tepat di bawah kita tadi..!Ucap
Hanggoro membantah dengan pelan
" Tinggal satu tubrukan saja kita mendapatkan sebongkah emas !"Kata Hanggoro
dengan gerakan kecewa memaling dari hadapan Solor
" Ketahuilah Nak, sampai sejak dulu tidak ada yang dapat mendapatkan kidang
itu"" Bukankah kalian sebentar lagi mengikuti Sayembara?Kata Solor dengan
posisi duduknya hendak mau berdiri
Tidak lama kemudia Solor segera berjalan melewati jalan paving yang dipenuhi
lumut diantara sinar lampu ublik menyebar menerangi menjauh menuju semak
belukar dan beberapa patahan dahan dan cabang pohon. Dilihatnya sekeliling agak
remang kebawah sambil memilih dahan dan cabang besar yang lebih kering.
Dibopong kesamping bongkahan batang dahan seukuran kayu bakar yang kemudian
dijatuhkan ke tengah jalan paving mengalihkan perhatian tiga pemuda hingga juga
ikut mengumpulkan dahan ranting menumpukan di tengah jalan paving dihari yang
semakin subuh menyemburkan warna langit biru.
" Aku hendak membuat api unggun disini"" Perutku juga lapar"Kata Solor
menjatuhkan bongkahan kayu terakhir yang mulai menumpuk
" Yang benar saja tuan?"" kita tidak ada makanan"Kata Joko berdiri disamping
tumpukan kayu dengan kain jariknya di sampirkan melebar kebelakang
" Oh..iya??"" Kalian tunggu disini dan nyalakan apinya"Kata Solor seraya
membalikan badan berjalan menjauhi mereka bertiga kemudian menuju ke batang
pohon besar di samping jalan paving yang tadi mereka panjati untuk istirahat
Takk...ctakkkk..taakkk
Joko berusaha menyalakan api menggunakan batu pematik yang sebelumnya
tersimpan di sabuk otoknya. Dilakukannya lagi sambil mengarahkan pukulan kedua
batu membuat percikan api di bagian kayu yang lebih kering dan sebagian sudah
dibersihkan lumutnya agar tidak lembab. Beberapa kali percikan bunga api
menyentuh daging kayu membuat pelan kobaran api kecil semakin lama semakin
menyala dengan dibantu tambahan serpihan daging kayu bekas bacokan yang
dilakukan Agniran dan Hanggoro berusaha mematahan menyayat kulit batang di
samping api unggun mulai menjilati udara semakin besar membuat sekitarnya lebih
terang dan juga hangat mengusir kabut.
Selesai membuat api unggun di tengah jalan paving penuh lumut ketiga pemuda
melanjutkan sebagian duduk dengan posisi bertongkat lutut dan lainnya bersila.
Tampak dari kejauhan samping kiri Hanggoro sedang merapikan sebuah tongkat
dengan mengelupasi kulit batang sepanjang dua meteran menyayati menggunaan
pisau pendek miliknya yang kemudian Solor mendekati mereka sambil membawa dua
potong umbi sebesar buah kelapa.
" Ini, kalau kalian mau"Kata Solor sembari meletakan buah umbi ke atas paving
dekat api unggun yang berkobar berwarna kuning keorenan menyinari belantara
hutan.
" Apa itu tuan"Kata Agniran sambil bergerak memberi ruang duduk Solor
" Ini buah Suweg"" Bakarlah kalau kalian doyan"Kata Solor sembari merebahkan
badannya menuju posisi duduk bersila didepan api yang panas melahap udara
Langit subuh mulai membuka tirai cakrawala diatas hutan belantara Pegunungan
Lumut selalu terselimuti kabut mengusap butiran titik air bagian atas semakin
terbawa angin sepoi memudarkan kabutnya. Cuaca dingin juga masih menggrayangi
setiap kulit makhluk hidup di hutan belantara ini yang banyak di tumbuhi pohon
teduh raksasa berbatang melenggok lenggok dengan daunnya menaungi menyanggah
langit membuat hutan Pegunungan Lumut tetap teduh gelap walau disiang hari.
Udara dingin terpecah disekitaran api unggun yang dibuat oleh keempat orang
hendak dalam setengah perjalanan lagi menuju Wijonayem sedang membakar buah
umbi talas yang ditusukan kedalam api semakin matang beberapa bagiannya keluar
gosong.
" Kalau kalian mau lagi, ambilah air di tas tabung kudaku" Ucap Solor sambil
meniup bakaran umbi talas sedikit gosong
" Kami juga punya kantung air tuan" Kata Agni sembari melepaskan kantung air
memipih dari kulit
" Cobalah, kalau kalian mau, airnya berbeda" " Didalam botol"Kata Solor
memandang Agniran yang juga sambil mengunyah umbi yang sudah dibakar
" Baiklah, nanti saja" Kata Agniran dengan posisi duduk bertongkat lutut
sambil makan yang bola matanya tiba tiba tertuju pada warna hitam di jari Solor
sedang makan.
" Jadi tuan, kelompok perompak yang anda katakan itu berasal dari mana?"Kata
Agniran selanjutnya
" Aku tidak tahu, orang dari kerajaan mengatakan kalau kelompok perompak
mengancam warga Alingkukoh di hutan Ronoasri"" tetapi pihak kerajaan sudah
melakukan gerilyawan di wilayah mereka"Jelas Solor
" Berati diwilayah timur"" Apa mungkin kelompok itu berada di Pegunungan
Lumut?"Tanya Agniran sedang memakan buah umbi matang menghadap api unggun
" Dari pemberitahuannya, kelompok perompak itu seperti sedang mencari masa,
iya betul, mereka hendak melakukan demo untuk memperhentikan Sayembaranya"
Terang Solor
" Lalu apakah itu sudah berlangsung lama?"Tanya Agniran
" Mungkin sejak adanya pemberitahuan Sayembara akan diadakan di Wijonayem"
Jawab Solor
" Waktu kami meninggalkan Wijonayem, semua warga pada sibuk seperti biasanya,
tuan"" Tidak ada demo"Kata Hanggoro dengan nada yang berbeda sambil menggulung
umbi Suweg membakar didepan api unggun
" Berati belum ada korban jiwa tuan?"Kata Agniran memandang Solor
" Kelompok perompak itu baru saja muncul setelah adanya Woro woro Sayembara"
" Memangnya kenapa, mau memperhentikan Sayembaranya?"" Sayembaranya juga tidak
ada unsur kejahatan"" Malah dengan adanya Sayembara bisa melatih kegigihan
kesatria muda di dunia persilatan"Kata panjang Hanggoro tanpa memandang Solor
" Benar sekali, tidak ada unsur kejahatan" " Sayembaranya perlombaan seperti
pada umumnya"Kata Agniran
" Tuan, tadi menawarkan botol minuman?"" Dimana letaknya?, Umbinya membuat
saya kehausan"Kata Joko seraya mau berdiri
" Oh iya , ambilah di tas tabung kudaku"Jawab Solor menatap Joko yang sudah
berdiri berancang ancang
" Umbinya enak, tapi bikin haus ya"Kata Hanggoro sambil memutar buah umbi
matang yang ditusuk dipegang di ujung tongkat dengan mata tertuju bagian yang
gosong untuk dijauhkan dari gigitan
" Kamu, punya saudara?"Tanya Solor kepada Agniran disampingnya yang masih
memakan umbi panas
" Tidak, aku sendirian bersama kakekku"" Kakekku ayahnya Ibu Hanggoro"Jawab
Agniran menatap Solor
" Owalah, apakah di Wijonayem ada warga yang tahu tentang Akik Kumenteng?"
Tanya Solor sambil menatap Agniran lalu kemudian Hanggoro
" Akiknya kan milik tuan Wandarimo, itu pusaka yang mujarab"Jawab Hanggoro
sambil mencari bagian umbi yang tidak gosong untuk digigit
" Maksud saya, Apakah ada yang tahu tentang asal usulnya?" Tanya lagi Solor
menatap Hanggoro
" Tidak tahu " Ucap Hanggoro sedikit menggelengkan kepala dengan mata mengarah
pada tusukan sate umbi
Solor merasa ada masalah dengan pemuda bernama Hanggoro sejak saat
melarangangnya membunuh Kidang emas yang melintas dengan hanya sekali tubrukan
dekapan dari atas pohon untuk mendapatkanya. Solor memang sengaja melakukannya
demi menyelamatkan mereka dari kidang pembawa bencana tersebut.
" Apakah kamu kecewa atas kejadian kidang emas yang hendak kau tangkap tadi?"
Kata Solor dengan menatap Hanggoro sambil seraya memasukan bekas tusuk sate
kedalam api.
" Tentu saja, Itu tadi kesempatan berharga"Jawab Hanggoro dengan pandangan ke
umbi yang ditusuk di kobaran api menggulung
" Coba lihat situasi saat ini, adanya kelompok yang berusaha menolak diadakan
sayembara, munculnya kidang emas itu tidak seumumnya memperlihatkan dirinya"
Jelas Solor berbicara pelan menatap Hanggoro
" Tuan, itu tidak ada kaitannya dengan kita"" Mungkin benar kalau kidangnya
akan membawa kita kedalam mara bahaya!, Sehingga kita terkejar oleh monster
buaya kemarin"" Tetapi tadi itu kidangnya sangat mudah didapatkan!! Posisinya!!
" Dengan sekali tubrukan dari atas!!"" Bayangkan kita dapat secongkel emas?!!
" Hangg!! Sudahlah..."Lerai Agniran
" Kidangnya kan menampakan kepada kita ?!, iyakan tuan?!Ucap Hanggoro menatap
Solor
Mendengar perkataan dari Hanggoro seperti itu membuat Solor merasa iba,
perkataan membuat Solor ingin meluapkan apa yang dia pendam saat ini tetapi
gagal karena mungkin bukan saatnya memusingkan mereka yang masih berumur
belasan tahun.
" Sebenarnya kemarin siang aku bertemu kuda putih yang memiliki sayap"" Dan
juga, sebelum kesini aku bermimpi bersalaman dengan keponakanmu Agniran"Kata
Solor
Berbincangan mereka tiba tiba teralihkan oleh Joko yang berjalan menuju mereka
bertiga berada di sekeliling kobaran api menghadap api unggun yang
menghantarkan kehangatan.
" Apakah ini tuan minumannya?"Kata Joko sambil menunjukan dibawanya mencekik
leher botol
" Iya, Minumlah" Kata Solor memandang Botol yang dibawa Joko seraya menatapnya
Diplorotkan kain goni pembungkus botol sampai seutuhnya terlihat kaca bening
dan seutas tali simpul kecil memutari botol yang berisi air berwarna oren
kekuningan kental terkocak akibat gerakan Joko merebahkan mengatur posisi
duduknya diantara Hanggoro dan juga Solor disebelah kirinya.Dengan penasaran
membuat Joko memutarkan botol setinggi tiga puluhan sentimeter yang mengikat
daun Kunir tampak sedikit mengering tertulis huruf jawa" Ramuan Parem Kelor" di
bawahnya lagi tertulis" Warung dan Pondok Kecot" .
" Dimana itu Warung dan Pondok Kecot?"Tanya Joko setelah membaca tulisan yang
mengukir di daun tertempel di botol berisi Ramuan penyegar
" Sebelah timur pegunungan ini"Jawab Solor menatap Joko
" Apakah aku dapat meminumnya sekarang?"Kata Joko sambil mengarahkan botolnya
ke Solor seraya memegang penutup botol dari kayu.
" Minumlah, Tetapi jangan semua" Jawab Solor
Dibukanya memutar penutup botol yang melancip kebawah sampai membuka yang
kemudian diangkatnya dengan kepala mendongak air ramuan mengalir layar air
terjun dari lubang botol ke mulut Joko yang sudah siap menampung rasa ramuan
itu.Diteguknya dua kali dengan diakhiri ucapan.. Ahh.. melegakab tenggorokan
mengguyur serak didalam nya.
" Segar sekali tuan"" Rasanya manis "Ucap Joko tersenum lebar menatap Solor
" Sini aku coba!"Kata Hanggoro merebut botol dari tangan Joko
Dengan cepat isi botol ramuan ditegukan juga dua kali membasahi gulu menjing
Hanggoro mendongak keatas diakhiri rasa puas menyembuhkan hausnya akibat
mengkonsumsi buah umbi talas.
" Aaaaahh Segar"Ucap Hanggoro membuka mulutnya sedikit tersenyum
" Ini..cobalah!"Kata Hanggoro sambil memberikan botol ke depan Agni terkurangi
seperempat isinya
Disahutnya botol kaca berisi ramuan berwarna kuning tua keorenan seraya
menegukan dua kali mengguyur leher tenggorokan Agniran menghilangkan rasa
hausnya.
" Terima kasih"Ucap Agniran sambil memberikan botolnya ke Solor yang duduk di
sampingnya
" Tuan Solor, apakah tas anda di jaga oleh semut??"Kata Joko dengan wajah ceria
" Memangnya kenapa?"Tanya Solor mengarah pandangan ke Joko sambil mengambil
pemberian penutup botol dari Joko yang tangan satunya memegang botol
" Ketika tanganku masuk kedalam tas, beberapa semut menggigitku,"" rasanya
gatal dan panas"Kata Joko duduk disamping Solor dengan posisi tubuh menghadap
api unggun sambil menatapnya
" Oh iya?, memang ada rumah angkrang disitu, mungkin Semutnya sebagian lepas"
Kata Solor
" Apakah ada banyak semutnya?"Tanya Hanggoro ke Joko
" Hanya ada dua rumah semut, tetapi sudah aku balut dengan kain penutupnya, "
" Mungkin aku menaruh botol ramuan ini membuatnya ada yang keluar"Kata Solor
" Anda kemana mana selalu membawa Angkrang itu tuan??"Tanya Agniran menoleh
menatap Solor yang mulai meneguk botol ramuan kuning