Hari semakin bercahaya merah bergaris keunguan membentang diantara awan yang
bertumpuk menggelembung bagai kapas menyala bagian pinggir tepiannya bersinar
oren memancar hampir tenggelam kedalam timur Pegunungan Lumut.
Tiga orang berlari kencang menginjak tanah hutan yang empuk banyak ditumbuhi
lumut menerjang semak tanaman paling tinggi seperut yang daunnya menyabik
nyabik bagian pinggir tubuh karena larian langkah yang lebar dan kencang.
Semakin lebih terang daripada setelah apa yang di tinggalkan di belakang ,di
dalam kabut hijau keorenan dari antara bayangan batang pohon semakin mendekat
jarak tebing terlihat terhalangi kabut berubah menjadi jelas setelah pohon
berbatang melenggok terakhir yang dilewati dipinggir tebing memiliki dahan
memanjang masuk kedalam jurang.
Suasana dipinggir tepian jurang semakin kurang penerangan dan berkabut menebal
menghalangi cahaya matahari yang merah semakin ungu kegelapan. Dengan cepat
orang pertama yang sampai segera menengokkan kepala disusul mereka berhenti di
tepian jurang segera mencari Jembatan Lumut didalam kumpulan kabut yang
tersinari cahaya matahari merah keunguan dari barat.
" KESINI....!!!"
Teriak pemuda berpakaian rompi merah bernama Agniran menunjukan arah ke barat
Pemuda bernama Agnirn berlari cepat di pinggir tebing melewati batang pohon
berlenggok raksasa yang sebagian batang dan dahannya melenggok turun merendah
hampir mengenai tanah pinggir tebing yang sebagiannya cabang dan dedaunannya
masuk kejurang membuat larian Agniran yang sedang menuntun dibelakang hapal
keberadaan Jembatan Lumut harus dengan melewatinya sesekali naik dan melompat
menghalangi jalan di pinggiran tepi jurang.
Eeeeeeekkkkhhhhh...
Terdengar suara kuda di depan Agniran yang sedang berlangsung berari dengan
diikuti Solor dan Pemuda lainnya berbadan kekar berlari mengikuti Agniran
menuju arah suara kuda di depannya yang pandangannya terhalangi kabut. Didalam
kabut semakin jelas bayang bayang mereka sedang berlari dan juga kuda yang
sedang di kendarai.
" AGNI?!!"
Teriak seseorang penunggang kuda didalam kabut yang semakin terlihat jelas
hingga sampai mereka berempat bertemu hingga memperhentikan langkah larinya
sejenak
" Iya !! Kesana arah jembatannya!!"
Kata pemuda bernama Hanggoro yang sedang menaiki kuda Solor seraya menarik
kekangnya membelokan kesamping dari yang sebelumnya menghadap kejurang menjegat
mereka.
Segeralah mereka berlari dengan dipimpin pemuda bernama Hanggoro menaiki kuda
Solor masuk ke kabut tepi jurang yang masih bisa melihat dedaunan pohon dan
kadang aliran air sungai di bawah jurang tebing. Bayangan Jembatan Lumut
semakin dekat memperjelas yang menggelantung diantara kabut dibawah langit
merah yang semakin gelap, terlihat lingkaran matahari terbias memucat oleh
embun dari arah barat yang semakin tertutup pegunungan bagian bawahnya
menandakan hari semakin menuju malam membawa kegelapan.
Bergerak cepat terhentak hingga sebagian bergetar merambat dari ujung pusat
getaran sampai menggelombang ke ujung sebrang jembatan akibat pukulan langkahan
kaki kuda dan juga ketiga orang berlari di belakang kuda memimpin jalan
melewati Jembatan Lumut yang penuh ditumbuhi lumut serta dialiri tanaman
merambat mengikat dengan spiralnya memenuhi tali pegangan yang menghubungkan
jembatan dari sisi tebing sebrang tampak bergoyang goyang berlari sejauhnya
dari kelompok buaya putih raksasa yang kakinya sudah terbelit akar akibat ulah
mereka sendiri.
" Sial, hari sudah semakin gelap!, kita belum menemui gua! "
Teriak pemuda berbadan Kekar memakai baju rompi berwarna merah yang bernama
Joko dari belakang mereka sambil berlari
" Kita harus menemukan gua!!"
Teriak pemuda bernama Agniran yang berlari di belakang kuda Solor mendengar
perkataan Joko dari belakangnya sambil memperhatika jala jembatan
Mendengar itu Solor masih diam mengikuti apa yang direncanakan ketiga pemuda
itu yang juga membuat Solor sedikit geram karena kudanya dipakai seorang pemuda
yang tidak dia kenal memimpin larian paling depan yang sudah hampir melewati
jembatan sedikit meninggalkan mereka yang dibelakang.
" Tuan !, Apakah monster monster itu akan kembali mencari kita?!"
Kata pemuda bernama Agniran sesekali menengok kebelakang mencari pandangan
yang mengarah ke muka Solor yang sedang berlari memperhatikan jalan susunan
papan kayu yang licin dipenuhi lumut .
" Aku mengajak kalian berlari secepatnya menjauhi para buaya itu!" Asalkan
kita hilang jejak mereka tidak mengikuti kita!!"
Ujar Solor sambil berlari melewati jembatan yang jari hitamnya bekas olesan
tinta menyentuh tali pegangan jembatan.
" Apakah buaya itu akan mencium keberadaan kita tuan!! ??"
Tanya pemuda bernama Agniran sekali lagi kepada Solor yang ada di belakangnya
juga berlari kepayahan
" Asalkan tidak terlihat! Buayanya tidak tahu!"
Jawab Solor
" Kau segeralah menyalakan ublikmu !!
Teriak pemuda bernama Agniran kepada pemuda yang bertubuh kekar berlari paling
belakang
Mendengar itu pemuda berbadan kekar itu segera memasukan parang besarnya
kedalam sarung pedang di belakang punggunnya dengan cepat setelah itu memasukan
tangan kirinya yang awalnya berada di pegangan tali jembatan memasukan kedalam
sabuk otok yang terbuat dari kulit kayu meraba mengambil dua batu pematik api
seraya menggenggamnya yang kemudian dipindahkan ketangan kanannya dengan tangan
kirinya cepat kembali memegang menyeret beberapa daun tanaman rambatan yang
menempel tali pegangan jembatan.
" Sudah aku siapkan !!"
Teriak pemuda berbadan kekar bernama Joko belum siap mematikan api guna
menyalakan lampu ublik yang di samping ikat pinggangnya
Hari semakin gelap terlihat ditepi jurang pisahan tebing Pegunungan Lumut
mereka berlari diatas melewati Jembatan Lumut kearah hutan sebrang tebing yang
bahkan lebih gelap dan berkabut.
Hampir menemui tepian jurang sebrang tebing berlari semakin berada di ujung
jembatan dibarengi cahaya matahari yang kian tersayu sayu meredupkan sinarnya
telahap bumi barat terhalangi gunung yang kini mereka mau memasuki hutan lagi
yang lebih gelap di hari yang mulai malam.
Setelah mereka melewati Jembatan Lumut, didalam lajuan yang masih berlari
berombongan mengikuti jalan paving yang terlihat di bawah kaki mereka sedang
melangkah berlari melewati medan tanah yang bergelombang dipandu Jalur Lumut
terlihat diantara kabut dan semak semak belukar mengilingi akar serta batang
batang pohon melenggok besar terlihat didepan kabut yang semakin jauh jarak
pandang semakin buram menyelimuti. Di depan Solor tampak tiba tiba terang
bercahaya oren memancar didalam kabut menampakan bayangan orang berkuda yang
ternyata pemuda bernama Hanggoro telah mematikan ublik di kelelilingi kaca yang
terpasang di sabuk sebelah kanannya hingga beberapa beradius lima meteran
terang berwarna oren bercampur dengan kabut yang juga semakin mulai menebal
membawa dingin menuju malam hari membiaskan bayangan orang bergerak mengendarai
kuda didepan Solor dan kedua pemuda yang sedang berlari mengikuti jalan paving
berlumut.
" Suruh temanmu yang didepan itu untuk berhenti!"
Kata Solor kepada pemuda bernama Agniran yang disusul Solor berlari
menyampingi.
Dengan begitu pemuda yang berlari di samping Solor segera berteriak memanggil
temannya yang sedang melaju lebih kedepan didalam kabut.
" HANG!!!"
Teriak pemuda bernama Agniran yang masih sambil berlari kemudian melihat
gerakan kuda yang tiba tiba berhenti
Tidak lama kemudian bayangan penunggang kuda berbalik arah menuju mendekati
dengan cahaya terpancar warna oren dari lampu ublik menuju mereka yang sedang
berlari kearahnya pemuda mengendarai kuda Solor dengan cepat memecahkan kabut
hingga berlari mendekati menghadap mereka seraya berhenti sebentar.
" Turunlah dari kudaku"
" Aku mau bermalam diatas Pohon"
Ujar Solor memberitahu mereka yang sedang berkumpul memperhentikan lariannya.
" Saya juga hendak mencari tempat aman, tuan"
Kata pemuda sambil menuruni kuda Solor
" Temanmu mengatakan akan mencari gua"
Kata Solor sambil berjalan menghampiri kuda didepannya.
" Terima kasih telah menolong kudaku"
Ucap Solor berdiri sejenak dan mentap ketiga pemuda kemudian sambil mengambil
batu pematik di sabuk otoknya
" Tunggu, tuan, Apakah anda mau ke Wijonayem?
" Kami bertiga dari Wijonayem, tuan"
Ucap pemuda bernama Agniran
" Kami juga berterima kasih kepada anda tuan"
Kata Pemuda bernama Hanggoro
" Iya Saya dalam perjalanan mau ke Wijonayem"
Kata Solor yang sambil pandangan merunduk berusaha menyalakan pematik yang
tercantol menempel ada pada sabuk samping kudanya
" Tetapi aku bermalam di pohon, tidak di gua"
Ucap Solor yang masih berusaha sambil menyalakan ublik lampu dengan batu
pematik
" Oh, Kalau begitu kami juga mengikuti anda saja."
Kata pemuda bernama Agniran seraya memasukan parangnya ke sarung pedang di
samping paha kirinya.
" Kenapa bisa begitu?"
Ucap Solor selesai menyalakan lampu ubliknya yang terpasang di samping kuda
seraya mencopotnya
" Kami tidak tahu apa yang akan kami lakukan ketika bertemu kelompok buaya itu
lagi"
Ucap pemuda bernama Agniran berahang hampir kotak
" Asal kehilangan jejak pasti tidak mengikuti"
Kata Solor sambil mengancingkan penutup pada lampu ublik mencantolkan ke
pinggang sebelah kiri
"Baiklah, terserah kalian"
Kata Solor
sambil mulai menarik tali kekang kuda membawanya berjalan kedepan menjauhi
mereka.
Solor mulai menarik kekang kudanya berjalan mengikuti Jalur Lumut yang
sebagian banyak terlihat setelah melewati Jembatan memasuki hutan belantara
lagi.
Perjalanan memerlukan waktu satu hari lagi dijangkau dengan berlari hingga
sampai ke Wijonayem, yang kini ke empat orang merencanakan bermalam diatas
pohon mengikuti Solor yang hendak pergi ke tujuan yang sama yaitu Wijonayem.
Hari gelap segera dengan cepat menyelubungi setiap daun di Pegunungan Lumut
menciptakan kabut malam menyelusuri seluruh lantai hutan membuat semakin tebal
mengurangi jarak pandang ke empat pengelana yang sedang berjalan cepat di atas
paving berlumut dengan tiga penerangan lampu ublik yang terpasang di pinggang
masing masing.
" Kalau kalian hendak beristirahat di atas pohon, carilah pohon di sekitar
Jalur Lumut dan memiliki dahan lebar"
" Kata Solor kepada pemuda yang mengikutinya
" Tuan, dari mana? "
Ucap pemuda bernama Agniran yang berjalan cepat pas di belakang Solor
mengglendeng kudanya
" Sebenarnya aku tinggal di Rawa Nawijem"
Ucap Solor berjalan cepat sambil melihat kanan kirinya mencari pohon berbatang
melenggok di sekitaran Jalur Lumut diantara mereka berjalan menelusuri hutan.
" Dari mana kalian bertemu sekelompok buaya itu"
Ucap Solor kepada para pemuda karena melihat banyak pohon tumbang akibat
kejaran buaya buaya yang rusak di antara Jalur Lumut
" Dari danau disebelah selatan!"
Kata Pemuda bernama Agniran
" Bagaimana itu bisa terjadi?!"
Tanya Solor
" Kami hendak melakukan ekspedisi ke Lemah Angker, setelah melewati danau
tidak tahunya danau itu banyak dihuni monster"
Kata pemuda bernama Hanggoro berjalan dibelakang sendiri samping pemuda yang
berbadan kekar.
Dilihatnya oleh mereka didalam kabut depan mereka bayangan memanjang ringsek
di tengah Jalur Lumut tampak menghalangi mereka. Semakin berjalan mendekati
bayangan itu terlihat dengan jelas dengan seratnya kocar kacir dan beberapa
tumpukan daun dan patahan dahan bercampur cabang berserakan sebagian menutupi
paving sehingga mereka terhenti
" Seperti ini"
" Kenapa kalian tidak sembunyi?"
Kata Solor sembari melangkahkan kakinya mencari tempat mudah melompat
menghindari batang pohon yang tumbang menyilang di tengah jalan
" Kami tidak tahu, buaya buaya itu selalu mengejar kita sejak pagi"
Kata Agniran juga berusaha melangkah melompati dahan dan batang yang tumbang
" Apa?!, sejak tadi pagi kalian di kejar oleh kelompok buaya itu??"
Tanya Solor seraya membantu kudanya melewati bongkahan batang pohon tumbang
ringsek dipenuhi patahan dahan
" Benar, hanya saja kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, ukuran buaya
itu membuat kami selalu terlihat di hadapan mereka"
Kata pemuda bernama Agniran masih tetap berjalan setelah melewati tumbangan
pohon
" Dan kalian tidak berpencar??"
Ucap Solor berjalan sambil mengglendeng kudanya sembari menatap Agniran yang
berjalan menyusul menyamping
" Terlalu beresiko bisa membuat kami tersesat,"
Kata Agniran
" Anda lihat sendiri bagaimana mereka mengejar kami, seakan akan tidak akan
berhenti sebelum kami terlahap oleh mereka"
Tambah Agniran
Mendengar itu membuat Solor mengernyitkan dahinya
" Mulai dari pagi?"
Tanya Solor lagi
" Begitulah, maka dari itu kita sebaiknya istirahat dulu"
" Kami sedikit capek"
Jelas pemuda bernama Agniran
" Baiklah, menulusuri hutan di malam gelap begini berbahaya"
Kata Solor sambil masih berjalan cepat meninggalkan robohan pohon sebagian
menutupi Jalur Lumut
"Agni!,"
Teriak pemuda bernama Joko menunjuk pohon besar berbatang melenggok
Melihat itu pemuda bernama Hanggoro segera melepaskan pengancing cantolan
lampu ublik seraya berlari menuju pohon yang disebelah samping mereka berjalan,
diarahkan ke depan arah batang pohon besar berlenggok yang di tunjuk temannya
tadi.
Mendengar teriakan pemuda bernama Joko menunjukan pohon yang sesuai kriteria
untuk bermalam, membuat Solor dan Agniran berjalan membalikan badan menghampiri
mereka yang sejak tadi di belakangnya berjarak beberapa langkah.
Berdiri disamping Jalur Lumut sebuah pohon berbatang besar melenggok lenggok
tinggi mengeluarkan dahan yang memancar dari bawah menyabang ratusan dahan
kecil tertutup kubah daun tampak berwarna oren tersorot cahaya lampu ublik yang
di arahkan keatas oleh pemuda bernama Hanggoro menjadi bagian bawah terang
menggelap keatas.
" Disini saja"
Kata Solor seraya mendekati akar batang yang mencuat keuadara melenggok
lenggok lalu menyelam ke tanah seperti ular naga berenang di samudra rerumputan
dan semak.
Segeralah tangan satunya melepaskan tali kekang kemudian dengan pelan
menyentuh mencari selah akar untuk tempat mengamankan kuda sembari kedua pemuda
yang memulai kesulitan menaiki batang bertumpu akar di sekeliling batang yang
banyak di tumbuhi lumut dan sebagian tanaman tempel terlilit sulur. Setelah
Solor sempat mengelilingi bonggol batang pohon besar yang cukup besar melenggok
diantara akar seukuran batang pohon umumnya yang keluar dari tanah di bagian
pinggir mengelilingi bonggol pohon dia melihat bagian pohon yang terhampit akar
besar sebuah selah menyerupai gua yang mana itu adalah rongga batang diantara
akar yang keluar dari batang. Memungkinkan tempat aman untuk kudanya yang
kemudian segeralah dimasukan kudanya ke selah batang yang pintu selahnya
meninggi mengerucut setinggi dua meteran, dengan masuk kedalam rongga batang
pohon ada dibawah sedikit maju memasuki selah itu kakinya menginjak rumput dan
beberapa tanaman pendeķ dicobanya mendekati hingga memasuki rongga selah penuh
kegelapan, diglendengnya kuda berjalan memasuki selah pohon berongga sampai
tiba cahaya oren yang terpasang di belakang kuda menyinari ruang selah batang
pohon tampak kulit kayu yang berserat ditumbuhi lumut menggelantung di bagian
atapnya yang ternyata memiliki lahan cukup bisa di penuhi tiga orang, kini
Solor mencoba mengamankan kudanya untuk berdiam di selah bawah pohon dengan
ditinggalkannya tali kekang yang tertali di tonjolan ranting yang menyabang di
kulit batang.
" Dibawah sini ada gua !"
Kata Solor sedikit keras memberitahukan kedua pemuda yang sedang memanjat
dibalik sisi pohon masih berusaha menaiki batang melenggok belum mencapai tinggi
" Rongga pohon itu sepertinya aman untuk bermalam"
Kata pemuda bernama Agniran yang masih di bawah pohon berdiri disamping Solor
selesai memasukan kuda ke selah pohon
" Iya aman saja kalau tidak ada penghuninya"
Ucap Solor seraya menggerakan badannya memulai menaiki akar lalu mencengkram
batang
" Penghuni? apakah pohonnya ada yang menghuni?"
Kata pemuda bernama Agniran sembari mengikuti Solor menaiki batang pohon
dengan memulai mencari bagian yang mudah untuk di daki
" Rongga pohon itu "
Kata Solor sambil memanjat sedikit lincah daripada ketiga pemuda berada diatas
Agniran yang masih pelan mencari pegangan
" Anda cepat sekali memanjatnya!!"
Kata Pemuda bernama Agniran berteriak melihat Solor lebih cekatan menaiki
batang pohon berada di paling bawah
" Aku memasang pengkait di sendalku!"
Kata Solor yang sudah hampir menyusul kedua pemuda memanjat diatasnya
" Tuan! apakah kuda anda aman di bawah sana!"
Teriak pemuda bernama Hanggoro menoleh menatap Solor sudah berada di samping
bawahnya menyusul
" Pohon ini memiliki rongga, biasanya rongga seperti itu beruang menempatinya!"
Ucap Solor sambil menekan jari jari kaki menusukan pengait ke batang dibantu
tangannya begerilya mencari kulit batang untuk pegangan yang hampir menyusul
SSSSRRUUWWWWWWWTTHHG
" Sial!!! batangnya terlalu licin!!"
Teriak seraya terperosot pemuda bernama Hanggoro yang jatuh tidak jadi karena
dengan cepat dia segera mencengkram kulit sampai kakinya ikut menahan
" Hati hatilah nak..!"
" Coba ambil sulurnya kalau kamu bisa mencapainya!"
Kata Solor sambil masih berusaha memanjat batang pohon dipenuhi banyak lumut
sesekali melihat kebawah dan keatas
" Hang!!"
" Bagaimana kau dapatkan dahannya??!!"
" Disini terlalu Gelap !!"
Teriak Agniran berhenti dari panjatannya yang masih di paling bawah menaiki
pohon
" Gunakan pisau kecilmu!!!, "
Teriak Pemuda bernama Joko sudah tinggi bersamaan Solor hampir sampai pada
batang pohon yang melenggok
Dikeluarkannya kujang milik Agniran yaitu sebuah pisau melengkung meruncing
seukuran telapak tangan dari sarung yang terpasang di sabuk otoknya samping
kanannya dengan sedikit gelap tangannya berayun keatas yang kemudian di
tancapkan keatas sepanjang tangannya dengan kekuatan penuh hingga sebagian
setengah pisau tercelup kedalam batang di kondisi yang remang, di angkatnya
badan Agniran seraya tangan memegang tempelan sulur yang menyamping dan kakinya
memanjat bertumpu menginjak tanaman simbiosis yang tumbuh lama di batang
dibantu tarikan yang dia buat membuat pemuda bernama Agniran lebih mudah
menaiki batang pohon berlumut yang kurang pencahayaan.
Dicabutnya pisau dengan sedikit dicongkel permukaan kulit dan batang lalu
mencoba di lubanginya sedikit yang kemudian ditancapkannya pisau kujang ke atas
kepalanya lebih tinggi sehingga menariknya badan sambil kaki yang memanjat
bertumpukan congkelan batang untuk mempertahankan posisi panjatannya.
Solor dan Joko yang sudah mencapai bagian batang melenggok lurus menyamping,
Pemuda bernama Joko segera melangkahkan pada batang pohon yang lurus menyamping
yang kemudian berjalan agak menengah menjauhi tekukan batang yang melenggok
sembari melihat keadaan Agniran dan Hanggoro di bawah yang masih memanjat.
Diatas pohon setinggi total dua puluhan meter Solor meneruskan panjatannya
yang sampai delapan meter di bagian batang pohon lurus menyamping keatas
setelah bertemu tekukan batang dengan berjalan cepat melewati Joko yang sedang
berusaha membantu kedua temannya menaiki pohon dengan tangan yang sibuk
meranggeh gelantungan sulur didepannya.
" Bagaimana ?!"
Kata Solor mendekati pemuda bernama Joko yang masih berusaha meranggeh sulur
didepannya.
" Gunakan ini.."
Ucap Solor seraya tangannya mulai memasukan ke dompet di sabuk otok mengambil
gulungan tali pipih dari kulit mirip dengan tali yang dilemparkan ke rahang
buaya sebelumnya
" Coba lepaskan lenteramu"
Kata Solor meminta lampu ublik yang tercantol terpasang di pinggang pemuda
bernama Joko. Dengan cepat Pemuda itu melepaskan lampu ubliknya yang kemudian
di berikannya ke Solor dengan sama sama posisi sedang jongkok di atas batang
pohon lurus menyamping keatas.
Sambil mengulur sedikit tali gulungan pada ujungnya diikat pada lingkaran
lampu ublik diatas penutup hingga kencang, setelah itu dengan cepat
diturunkannya hati hati kebawah yang membuat sekeliling batang terlihat terang
berwarna oren seraya mengikuti lampu ublik yang perlahan menurun. Solor
membantu kedua pemuda untuk segera naik ke pohon dengan bantuan penerangan,
tali pintalnya yang bagian ujung terdapat tumpulan besi menyabang tiga sisi
berukuran sekepalan tangan bayi menurun menggelantung bersama lampu ublik
menuju pemuda bernama Hanggoro yang sibuk mencari tumpuan dan terus menuju
kebawah hingga sampai diatas kepala Agniran Solor menyudahi mengulur tali yang
mengikatkan lampu ublik karena sampai panjang maksimal.
Sebagian batang tersinari cahaya oren lampu ublik di atas Agniran yang semakin
naik memanjat membuat pemuda bernama Agniran cepat menemukan yang sekiranya
bisa untuk bertumpu menaiki batang pohon.
Diranggehnya sulur oleh Joko yang kemudian dengan cepat menarik menimbanya
keatas sulur yang menggelantung sedikit tersendat karena macet sesuatu ada yang
menghalangi.
" Tuan ada tali lagi?"
Kata Joko dengan posisi jongkok disamping Solor yang sedang mengulur tali
kebawah menjaga ketenangan cahaya lampu ublik
" Aku ada tiga"
Ucap Solor seraya tangannya satunya mencoba mengambilkan tali ke sabuk otoknya
dengan cepat berusaha memberikan gulungan tali ke pemuda bernama Joko
" Apakah ini kuat tuan?!"
Tanya pemuda bernama Agniran sambil menerima gulungan tali dari Solor
" Tali ini sama dengan yang saya lemparkan ke mulut Buaya tadi"
Jelas Solor dengan masih jongkok dengan pandangan kebawah melihat kedua pemuda
sedang memanjat.
Segeralah tali pintal yang terikal di turunkan bermulai dari ujung tali yang
terpasang semacam pemberat menyabang tiga sisi dari besi turun kebawah membuat
gelap disekitar Solor dan Joko berusaha mengulur dengan pelan hingga melewati
Hanggoro yang terus ujungnya menurun sampai diatas Agniran yang sedang masih
berusaha memanjat.
" KAU BISA MEMEGANG TALINYA!!"
teriak Joko dari atas pohon yang semakin kehilangan cahaya oren lampu ublik
dengan pandangan kebawah.
Berusahalah Agni dengan mencoba lebih kuat mencengkram kulit pohon hingga
mengelupas lumut yang menempel pada kulit batang membuatnya membuang kesamping
dan mencoba mencengram kan tangannya lagi sampai bisa pada ujung tali yang
diulurkan Joko menggelantung diatasnya sembari menoleh kebawah mencari tumpuan
untuk kaki.
Cahaya lampu ublik yang tercantol pada samping paha kanan pemuda bernama
Hanggoro semakin menerangi bagian atas sedikit demi sedikit semakin kembali
menerangi Solor dan Joko duduk jongkok mengulurkan tali kebawah.
Setiba Hanggoro di batang pohon yang membelok kesamping agak keatas, dengan
pelan kaki Hanggoro menapakan ke batang dengan melangkah mau menuju ke Solor
dan Joko bersebelahan diatas lenggokan batang pohon berkerak lumut yang sedang
sibuk menerangi panjatan Agniran dengan lampu ublik yang di cantolkan ketali.