Chereads / Chandraklana : Singularity Of The Grand Prize / Chapter 24 - Batang Pohon Melenggok

Chapter 24 - Batang Pohon Melenggok

Hari semakin bercahaya merah bergaris keunguan membentang diantara awan yang

bertumpuk menggelembung bagai kapas menyala bagian pinggir tepiannya bersinar

oren memancar hampir tenggelam kedalam timur Pegunungan Lumut.

Tiga orang berlari kencang menginjak tanah hutan yang empuk banyak ditumbuhi

lumut menerjang semak tanaman paling tinggi seperut yang daunnya menyabik

nyabik bagian pinggir tubuh karena larian langkah yang lebar dan kencang.

Semakin lebih terang daripada setelah apa yang di tinggalkan di belakang ,di

dalam kabut hijau keorenan dari antara bayangan batang pohon semakin mendekat

jarak tebing terlihat terhalangi kabut berubah menjadi jelas setelah pohon

berbatang melenggok terakhir yang dilewati dipinggir tebing memiliki dahan

memanjang masuk kedalam jurang.

Suasana dipinggir tepian jurang semakin kurang penerangan dan berkabut menebal

menghalangi cahaya matahari yang merah semakin ungu kegelapan. Dengan cepat

orang pertama yang sampai segera menengokkan kepala disusul mereka berhenti di

tepian jurang segera mencari Jembatan Lumut didalam kumpulan kabut yang

tersinari cahaya matahari merah keunguan dari barat.

" KESINI....!!!"

Teriak pemuda berpakaian rompi merah bernama Agniran menunjukan arah ke barat

Pemuda bernama Agnirn berlari cepat di pinggir tebing melewati batang pohon

berlenggok raksasa yang sebagian batang dan dahannya melenggok turun merendah

hampir mengenai tanah pinggir tebing yang sebagiannya cabang dan dedaunannya

masuk kejurang membuat larian Agniran yang sedang menuntun dibelakang hapal

keberadaan Jembatan Lumut harus dengan melewatinya sesekali naik dan melompat

menghalangi jalan di pinggiran tepi jurang.

Eeeeeeekkkkhhhhh...

Terdengar suara kuda di depan Agniran yang sedang berlangsung berari dengan

diikuti Solor dan Pemuda lainnya berbadan kekar berlari mengikuti Agniran

menuju arah suara kuda di depannya yang pandangannya terhalangi kabut. Didalam

kabut semakin jelas bayang bayang mereka sedang berlari dan juga kuda yang

sedang di kendarai.

" AGNI?!!"

Teriak seseorang penunggang kuda didalam kabut yang semakin terlihat jelas

hingga sampai mereka berempat bertemu hingga memperhentikan langkah larinya

sejenak

" Iya !! Kesana arah jembatannya!!"

Kata pemuda bernama Hanggoro yang sedang menaiki kuda Solor seraya menarik

kekangnya membelokan kesamping dari yang sebelumnya menghadap kejurang menjegat

mereka.

Segeralah mereka berlari dengan dipimpin pemuda bernama Hanggoro menaiki kuda

Solor masuk ke kabut tepi jurang yang masih bisa melihat dedaunan pohon dan

kadang aliran air sungai di bawah jurang tebing. Bayangan Jembatan Lumut

semakin dekat memperjelas yang menggelantung diantara kabut dibawah langit

merah yang semakin gelap, terlihat lingkaran matahari terbias memucat oleh

embun dari arah barat yang semakin tertutup pegunungan bagian bawahnya

menandakan hari semakin menuju malam membawa kegelapan.

Bergerak cepat terhentak hingga sebagian bergetar merambat dari ujung pusat

getaran sampai menggelombang ke ujung sebrang jembatan akibat pukulan langkahan

kaki kuda dan juga ketiga orang berlari di belakang kuda memimpin jalan

melewati Jembatan Lumut yang penuh ditumbuhi lumut serta dialiri tanaman

merambat mengikat dengan spiralnya memenuhi tali pegangan yang menghubungkan

jembatan dari sisi tebing sebrang tampak bergoyang goyang berlari sejauhnya

dari kelompok buaya putih raksasa yang kakinya sudah terbelit akar akibat ulah

mereka sendiri.

" Sial, hari sudah semakin gelap!, kita belum menemui gua! "

Teriak pemuda berbadan Kekar memakai baju rompi berwarna merah yang bernama

Joko dari belakang mereka sambil berlari

" Kita harus menemukan gua!!"

Teriak pemuda bernama Agniran yang berlari di belakang kuda Solor mendengar

perkataan Joko dari belakangnya sambil memperhatika jala jembatan

Mendengar itu Solor masih diam mengikuti apa yang direncanakan ketiga pemuda

itu yang juga membuat Solor sedikit geram karena kudanya dipakai seorang pemuda

yang tidak dia kenal memimpin larian paling depan yang sudah hampir melewati

jembatan sedikit meninggalkan mereka yang dibelakang.

" Tuan !, Apakah monster monster itu akan kembali mencari kita?!"

Kata pemuda bernama Agniran sesekali menengok kebelakang mencari pandangan

yang mengarah ke muka Solor yang sedang berlari memperhatikan jalan susunan

papan kayu yang licin dipenuhi lumut .

" Aku mengajak kalian berlari secepatnya menjauhi para buaya itu!" Asalkan

kita hilang jejak mereka tidak mengikuti kita!!"

Ujar Solor sambil berlari melewati jembatan yang jari hitamnya bekas olesan

tinta menyentuh tali pegangan jembatan.

" Apakah buaya itu akan mencium keberadaan kita tuan!! ??"

Tanya pemuda bernama Agniran sekali lagi kepada Solor yang ada di belakangnya

juga berlari kepayahan

" Asalkan tidak terlihat! Buayanya tidak tahu!"

Jawab Solor

" Kau segeralah menyalakan ublikmu !!

Teriak pemuda bernama Agniran kepada pemuda yang bertubuh kekar berlari paling

belakang

Mendengar itu pemuda berbadan kekar itu segera memasukan parang besarnya

kedalam sarung pedang di belakang punggunnya dengan cepat setelah itu memasukan

tangan kirinya yang awalnya berada di pegangan tali jembatan memasukan kedalam

sabuk otok yang terbuat dari kulit kayu meraba mengambil dua batu pematik api

seraya menggenggamnya yang kemudian dipindahkan ketangan kanannya dengan tangan

kirinya cepat kembali memegang menyeret beberapa daun tanaman rambatan yang

menempel tali pegangan jembatan.

" Sudah aku siapkan !!"

Teriak pemuda berbadan kekar bernama Joko belum siap mematikan api guna

menyalakan lampu ublik yang di samping ikat pinggangnya

Hari semakin gelap terlihat ditepi jurang pisahan tebing Pegunungan Lumut

mereka berlari diatas melewati Jembatan Lumut kearah hutan sebrang tebing yang

bahkan lebih gelap dan berkabut.

Hampir menemui tepian jurang sebrang tebing berlari semakin berada di ujung

jembatan dibarengi cahaya matahari yang kian tersayu sayu meredupkan sinarnya

telahap bumi barat terhalangi gunung yang kini mereka mau memasuki hutan lagi

yang lebih gelap di hari yang mulai malam.

Setelah mereka melewati Jembatan Lumut, didalam lajuan yang masih berlari

berombongan mengikuti jalan paving yang terlihat di bawah kaki mereka sedang

melangkah berlari melewati medan tanah yang bergelombang dipandu Jalur Lumut

terlihat diantara kabut dan semak semak belukar mengilingi akar serta batang

batang pohon melenggok besar terlihat didepan kabut yang semakin jauh jarak

pandang semakin buram menyelimuti. Di depan Solor tampak tiba tiba terang

bercahaya oren memancar didalam kabut menampakan bayangan orang berkuda yang

ternyata pemuda bernama Hanggoro telah mematikan ublik di kelelilingi kaca yang

terpasang di sabuk sebelah kanannya hingga beberapa beradius lima meteran

terang berwarna oren bercampur dengan kabut yang juga semakin mulai menebal

membawa dingin menuju malam hari membiaskan bayangan orang bergerak mengendarai

kuda didepan Solor dan kedua pemuda yang sedang berlari mengikuti jalan paving

berlumut.

" Suruh temanmu yang didepan itu untuk berhenti!"

Kata Solor kepada pemuda bernama Agniran yang disusul Solor berlari

menyampingi.

Dengan begitu pemuda yang berlari di samping Solor segera berteriak memanggil

temannya yang sedang melaju lebih kedepan didalam kabut.

" HANG!!!"

Teriak pemuda bernama Agniran yang masih sambil berlari kemudian melihat

gerakan kuda yang tiba tiba berhenti

Tidak lama kemudian bayangan penunggang kuda berbalik arah menuju mendekati

dengan cahaya terpancar warna oren dari lampu ublik menuju mereka yang sedang

berlari kearahnya pemuda mengendarai kuda Solor dengan cepat memecahkan kabut

hingga berlari mendekati menghadap mereka seraya berhenti sebentar.

" Turunlah dari kudaku"

" Aku mau bermalam diatas Pohon"

Ujar Solor memberitahu mereka yang sedang berkumpul memperhentikan lariannya.

" Saya juga hendak mencari tempat aman, tuan"

Kata pemuda sambil menuruni kuda Solor

" Temanmu mengatakan akan mencari gua"

Kata Solor sambil berjalan menghampiri kuda didepannya.

" Terima kasih telah menolong kudaku"

Ucap Solor berdiri sejenak dan mentap ketiga pemuda kemudian sambil mengambil

batu pematik di sabuk otoknya

" Tunggu, tuan, Apakah anda mau ke Wijonayem?

" Kami bertiga dari Wijonayem, tuan"

Ucap pemuda bernama Agniran

" Kami juga berterima kasih kepada anda tuan"

Kata Pemuda bernama Hanggoro

" Iya Saya dalam perjalanan mau ke Wijonayem"

Kata Solor yang sambil pandangan merunduk berusaha menyalakan pematik yang

tercantol menempel ada pada sabuk samping kudanya

" Tetapi aku bermalam di pohon, tidak di gua"

Ucap Solor yang masih berusaha sambil menyalakan ublik lampu dengan batu

pematik

" Oh, Kalau begitu kami juga mengikuti anda saja."

Kata pemuda bernama Agniran seraya memasukan parangnya ke sarung pedang di

samping paha kirinya.

" Kenapa bisa begitu?"

Ucap Solor selesai menyalakan lampu ubliknya yang terpasang di samping kuda

seraya mencopotnya

" Kami tidak tahu apa yang akan kami lakukan ketika bertemu kelompok buaya itu

lagi"

Ucap pemuda bernama Agniran berahang hampir kotak

" Asal kehilangan jejak pasti tidak mengikuti"

Kata Solor sambil mengancingkan penutup pada lampu ublik mencantolkan ke

pinggang sebelah kiri

"Baiklah, terserah kalian"

Kata Solor

sambil mulai menarik tali kekang kuda membawanya berjalan kedepan menjauhi

mereka.

Solor mulai menarik kekang kudanya berjalan mengikuti Jalur Lumut yang

sebagian banyak terlihat setelah melewati Jembatan memasuki hutan belantara

lagi.

Perjalanan memerlukan waktu satu hari lagi dijangkau dengan berlari hingga

sampai ke Wijonayem, yang kini ke empat orang merencanakan bermalam diatas

pohon mengikuti Solor yang hendak pergi ke tujuan yang sama yaitu Wijonayem.

Hari gelap segera dengan cepat menyelubungi setiap daun di Pegunungan Lumut

menciptakan kabut malam menyelusuri seluruh lantai hutan membuat semakin tebal

mengurangi jarak pandang ke empat pengelana yang sedang berjalan cepat di atas

paving berlumut dengan tiga penerangan lampu ublik yang terpasang di pinggang

masing masing.

" Kalau kalian hendak beristirahat di atas pohon, carilah pohon di sekitar

Jalur Lumut dan memiliki dahan lebar"

" Kata Solor kepada pemuda yang mengikutinya

" Tuan, dari mana? "

Ucap pemuda bernama Agniran yang berjalan cepat pas di belakang Solor

mengglendeng kudanya

" Sebenarnya aku tinggal di Rawa Nawijem"

Ucap Solor berjalan cepat sambil melihat kanan kirinya mencari pohon berbatang

melenggok di sekitaran Jalur Lumut diantara mereka berjalan menelusuri hutan.

" Dari mana kalian bertemu sekelompok buaya itu"

Ucap Solor kepada para pemuda karena melihat banyak pohon tumbang akibat

kejaran buaya buaya yang rusak di antara Jalur Lumut

" Dari danau disebelah selatan!"

Kata Pemuda bernama Agniran

" Bagaimana itu bisa terjadi?!"

Tanya Solor

" Kami hendak melakukan ekspedisi ke Lemah Angker, setelah melewati danau

tidak tahunya danau itu banyak dihuni monster"

Kata pemuda bernama Hanggoro berjalan dibelakang sendiri samping pemuda yang

berbadan kekar.

Dilihatnya oleh mereka didalam kabut depan mereka bayangan memanjang ringsek

di tengah Jalur Lumut tampak menghalangi mereka. Semakin berjalan mendekati

bayangan itu terlihat dengan jelas dengan seratnya kocar kacir dan beberapa

tumpukan daun dan patahan dahan bercampur cabang berserakan sebagian menutupi

paving sehingga mereka terhenti

" Seperti ini"

" Kenapa kalian tidak sembunyi?"

Kata Solor sembari melangkahkan kakinya mencari tempat mudah melompat

menghindari batang pohon yang tumbang menyilang di tengah jalan

" Kami tidak tahu, buaya buaya itu selalu mengejar kita sejak pagi"

Kata Agniran juga berusaha melangkah melompati dahan dan batang yang tumbang

" Apa?!, sejak tadi pagi kalian di kejar oleh kelompok buaya itu??"

Tanya Solor seraya membantu kudanya melewati bongkahan batang pohon tumbang

ringsek dipenuhi patahan dahan

" Benar, hanya saja kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, ukuran buaya

itu membuat kami selalu terlihat di hadapan mereka"

Kata pemuda bernama Agniran masih tetap berjalan setelah melewati tumbangan

pohon

" Dan kalian tidak berpencar??"

Ucap Solor berjalan sambil mengglendeng kudanya sembari menatap Agniran yang

berjalan menyusul menyamping

" Terlalu beresiko bisa membuat kami tersesat,"

Kata Agniran

" Anda lihat sendiri bagaimana mereka mengejar kami, seakan akan tidak akan

berhenti sebelum kami terlahap oleh mereka"

Tambah Agniran

Mendengar itu membuat Solor mengernyitkan dahinya

" Mulai dari pagi?"

Tanya Solor lagi

" Begitulah, maka dari itu kita sebaiknya istirahat dulu"

" Kami sedikit capek"

Jelas pemuda bernama Agniran

" Baiklah, menulusuri hutan di malam gelap begini berbahaya"

Kata Solor sambil masih berjalan cepat meninggalkan robohan pohon sebagian

menutupi Jalur Lumut

"Agni!,"

Teriak pemuda bernama Joko menunjuk pohon besar berbatang melenggok

Melihat itu pemuda bernama Hanggoro segera melepaskan pengancing cantolan

lampu ublik seraya berlari menuju pohon yang disebelah samping mereka berjalan,

diarahkan ke depan arah batang pohon besar berlenggok yang di tunjuk temannya

tadi.

Mendengar teriakan pemuda bernama Joko menunjukan pohon yang sesuai kriteria

untuk bermalam, membuat Solor dan Agniran berjalan membalikan badan menghampiri

mereka yang sejak tadi di belakangnya berjarak beberapa langkah.

Berdiri disamping Jalur Lumut sebuah pohon berbatang besar melenggok lenggok

tinggi mengeluarkan dahan yang memancar dari bawah menyabang ratusan dahan

kecil tertutup kubah daun tampak berwarna oren tersorot cahaya lampu ublik yang

di arahkan keatas oleh pemuda bernama Hanggoro menjadi bagian bawah terang

menggelap keatas.

" Disini saja"

Kata Solor seraya mendekati akar batang yang mencuat keuadara melenggok

lenggok lalu menyelam ke tanah seperti ular naga berenang di samudra rerumputan

dan semak.

Segeralah tangan satunya melepaskan tali kekang kemudian dengan pelan

menyentuh mencari selah akar untuk tempat mengamankan kuda sembari kedua pemuda

yang memulai kesulitan menaiki batang bertumpu akar di sekeliling batang yang

banyak di tumbuhi lumut dan sebagian tanaman tempel terlilit sulur. Setelah

Solor sempat mengelilingi bonggol batang pohon besar yang cukup besar melenggok

diantara akar seukuran batang pohon umumnya yang keluar dari tanah di bagian

pinggir mengelilingi bonggol pohon dia melihat bagian pohon yang terhampit akar

besar sebuah selah menyerupai gua yang mana itu adalah rongga batang diantara

akar yang keluar dari batang. Memungkinkan tempat aman untuk kudanya yang

kemudian segeralah dimasukan kudanya ke selah batang yang pintu selahnya

meninggi mengerucut setinggi dua meteran, dengan masuk kedalam rongga batang

pohon ada dibawah sedikit maju memasuki selah itu kakinya menginjak rumput dan

beberapa tanaman pendeķ dicobanya mendekati hingga memasuki rongga selah penuh

kegelapan, diglendengnya kuda berjalan memasuki selah pohon berongga sampai

tiba cahaya oren yang terpasang di belakang kuda menyinari ruang selah batang

pohon tampak kulit kayu yang berserat ditumbuhi lumut menggelantung di bagian

atapnya yang ternyata memiliki lahan cukup bisa di penuhi tiga orang, kini

Solor mencoba mengamankan kudanya untuk berdiam di selah bawah pohon dengan

ditinggalkannya tali kekang yang tertali di tonjolan ranting yang menyabang di

kulit batang.

" Dibawah sini ada gua !"

Kata Solor sedikit keras memberitahukan kedua pemuda yang sedang memanjat

dibalik sisi pohon masih berusaha menaiki batang melenggok belum mencapai tinggi

" Rongga pohon itu sepertinya aman untuk bermalam"

Kata pemuda bernama Agniran yang masih di bawah pohon berdiri disamping Solor

selesai memasukan kuda ke selah pohon

" Iya aman saja kalau tidak ada penghuninya"

Ucap Solor seraya menggerakan badannya memulai menaiki akar lalu mencengkram

batang

" Penghuni? apakah pohonnya ada yang menghuni?"

Kata pemuda bernama Agniran sembari mengikuti Solor menaiki batang pohon

dengan memulai mencari bagian yang mudah untuk di daki

" Rongga pohon itu "

Kata Solor sambil memanjat sedikit lincah daripada ketiga pemuda berada diatas

Agniran yang masih pelan mencari pegangan

" Anda cepat sekali memanjatnya!!"

Kata Pemuda bernama Agniran berteriak melihat Solor lebih cekatan menaiki

batang pohon berada di paling bawah

" Aku memasang pengkait di sendalku!"

Kata Solor yang sudah hampir menyusul kedua pemuda memanjat diatasnya

" Tuan! apakah kuda anda aman di bawah sana!"

Teriak pemuda bernama Hanggoro menoleh menatap Solor sudah berada di samping

bawahnya menyusul

" Pohon ini memiliki rongga, biasanya rongga seperti itu beruang menempatinya!"

Ucap Solor sambil menekan jari jari kaki menusukan pengait ke batang dibantu

tangannya begerilya mencari kulit batang untuk pegangan yang hampir menyusul

SSSSRRUUWWWWWWWTTHHG

" Sial!!! batangnya terlalu licin!!"

Teriak seraya terperosot pemuda bernama Hanggoro yang jatuh tidak jadi karena

dengan cepat dia segera mencengkram kulit sampai kakinya ikut menahan

" Hati hatilah nak..!"

" Coba ambil sulurnya kalau kamu bisa mencapainya!"

Kata Solor sambil masih berusaha memanjat batang pohon dipenuhi banyak lumut

sesekali melihat kebawah dan keatas

" Hang!!"

" Bagaimana kau dapatkan dahannya??!!"

" Disini terlalu Gelap !!"

Teriak Agniran berhenti dari panjatannya yang masih di paling bawah menaiki

pohon

" Gunakan pisau kecilmu!!!, "

Teriak Pemuda bernama Joko sudah tinggi bersamaan Solor hampir sampai pada

batang pohon yang melenggok

Dikeluarkannya kujang milik Agniran yaitu sebuah pisau melengkung meruncing

seukuran telapak tangan dari sarung yang terpasang di sabuk otoknya samping

kanannya dengan sedikit gelap tangannya berayun keatas yang kemudian di

tancapkan keatas sepanjang tangannya dengan kekuatan penuh hingga sebagian

setengah pisau tercelup kedalam batang di kondisi yang remang, di angkatnya

badan Agniran seraya tangan memegang tempelan sulur yang menyamping dan kakinya

memanjat bertumpu menginjak tanaman simbiosis yang tumbuh lama di batang

dibantu tarikan yang dia buat membuat pemuda bernama Agniran lebih mudah

menaiki batang pohon berlumut yang kurang pencahayaan.

Dicabutnya pisau dengan sedikit dicongkel permukaan kulit dan batang lalu

mencoba di lubanginya sedikit yang kemudian ditancapkannya pisau kujang ke atas

kepalanya lebih tinggi sehingga menariknya badan sambil kaki yang memanjat

bertumpukan congkelan batang untuk mempertahankan posisi panjatannya.

Solor dan Joko yang sudah mencapai bagian batang melenggok lurus menyamping,

Pemuda bernama Joko segera melangkahkan pada batang pohon yang lurus menyamping

yang kemudian berjalan agak menengah menjauhi tekukan batang yang melenggok

sembari melihat keadaan Agniran dan Hanggoro di bawah yang masih memanjat.

Diatas pohon setinggi total dua puluhan meter Solor meneruskan panjatannya

yang sampai delapan meter di bagian batang pohon lurus menyamping keatas

setelah bertemu tekukan batang dengan berjalan cepat melewati Joko yang sedang

berusaha membantu kedua temannya menaiki pohon dengan tangan yang sibuk

meranggeh gelantungan sulur didepannya.

" Bagaimana ?!"

Kata Solor mendekati pemuda bernama Joko yang masih berusaha meranggeh sulur

didepannya.

" Gunakan ini.."

Ucap Solor seraya tangannya mulai memasukan ke dompet di sabuk otok mengambil

gulungan tali pipih dari kulit mirip dengan tali yang dilemparkan ke rahang

buaya sebelumnya

" Coba lepaskan lenteramu"

Kata Solor meminta lampu ublik yang tercantol terpasang di pinggang pemuda

bernama Joko. Dengan cepat Pemuda itu melepaskan lampu ubliknya yang kemudian

di berikannya ke Solor dengan sama sama posisi sedang jongkok di atas batang

pohon lurus menyamping keatas.

Sambil mengulur sedikit tali gulungan pada ujungnya diikat pada lingkaran

lampu ublik diatas penutup hingga kencang, setelah itu dengan cepat

diturunkannya hati hati kebawah yang membuat sekeliling batang terlihat terang

berwarna oren seraya mengikuti lampu ublik yang perlahan menurun. Solor

membantu kedua pemuda untuk segera naik ke pohon dengan bantuan penerangan,

tali pintalnya yang bagian ujung terdapat tumpulan besi menyabang tiga sisi

berukuran sekepalan tangan bayi menurun menggelantung bersama lampu ublik

menuju pemuda bernama Hanggoro yang sibuk mencari tumpuan dan terus menuju

kebawah hingga sampai diatas kepala Agniran Solor menyudahi mengulur tali yang

mengikatkan lampu ublik karena sampai panjang maksimal.

Sebagian batang tersinari cahaya oren lampu ublik di atas Agniran yang semakin

naik memanjat membuat pemuda bernama Agniran cepat menemukan yang sekiranya

bisa untuk bertumpu menaiki batang pohon.

Diranggehnya sulur oleh Joko yang kemudian dengan cepat menarik menimbanya

keatas sulur yang menggelantung sedikit tersendat karena macet sesuatu ada yang

menghalangi.

" Tuan ada tali lagi?"

Kata Joko dengan posisi jongkok disamping Solor yang sedang mengulur tali

kebawah menjaga ketenangan cahaya lampu ublik

" Aku ada tiga"

Ucap Solor seraya tangannya satunya mencoba mengambilkan tali ke sabuk otoknya

dengan cepat berusaha memberikan gulungan tali ke pemuda bernama Joko

" Apakah ini kuat tuan?!"

Tanya pemuda bernama Agniran sambil menerima gulungan tali dari Solor

" Tali ini sama dengan yang saya lemparkan ke mulut Buaya tadi"

Jelas Solor dengan masih jongkok dengan pandangan kebawah melihat kedua pemuda

sedang memanjat.

Segeralah tali pintal yang terikal di turunkan bermulai dari ujung tali yang

terpasang semacam pemberat menyabang tiga sisi dari besi turun kebawah membuat

gelap disekitar Solor dan Joko berusaha mengulur dengan pelan hingga melewati

Hanggoro yang terus ujungnya menurun sampai diatas Agniran yang sedang masih

berusaha memanjat.

" KAU BISA MEMEGANG TALINYA!!"

teriak Joko dari atas pohon yang semakin kehilangan cahaya oren lampu ublik

dengan pandangan kebawah.

Berusahalah Agni dengan mencoba lebih kuat mencengkram kulit pohon hingga

mengelupas lumut yang menempel pada kulit batang membuatnya membuang kesamping

dan mencoba mencengram kan tangannya lagi sampai bisa pada ujung tali yang

diulurkan Joko menggelantung diatasnya sembari menoleh kebawah mencari tumpuan

untuk kaki.

Cahaya lampu ublik yang tercantol pada samping paha kanan pemuda bernama

Hanggoro semakin menerangi bagian atas sedikit demi sedikit semakin kembali

menerangi Solor dan Joko duduk jongkok mengulurkan tali kebawah.

Setiba Hanggoro di batang pohon yang membelok kesamping agak keatas, dengan

pelan kaki Hanggoro menapakan ke batang dengan melangkah mau menuju ke Solor

dan Joko bersebelahan diatas lenggokan batang pohon berkerak lumut yang sedang

sibuk menerangi panjatan Agniran dengan lampu ublik yang di cantolkan ketali.