Chereads / Chandraklana : Singularity Of The Grand Prize / Chapter 22 - Tebing Dan Jembatan Lumut

Chapter 22 - Tebing Dan Jembatan Lumut

Perjalanan menunggangi kuda di bawah teduhan pohon kanopi raksasa yang tidak

berhenti sampai melewati siang hari keadaan hutan yang semakin lama semakin

redup gelap berwarna kabut hijau.

Berlari menelusuri hutan belantara yang berlumut berada di kaki Pegunungan

Lumut membuat Solor lebih mempersingkat perjalananya mengarah menemukan jurang

tebing yang terletak diantara tengah tengah jejeran pegunungan ini.

Hutan kaki Pegunungan Lumut bagian tengah lebih banyak pohon pohon kanopi

raksasa yang tumbuh rapat. Hutan pegunungan yang hanya dialiri sungai besar

kiriman dari Lembah Lemah Angker yang berada di bawah tebing patahan tanah

akibat semburan gas bumi. Sungai dari lembah Lemah Angker menyabang ke penjuru

hutan Pegunungan Lumut bahkan sampai mengalir ke lain daerah desa sekitarnya

dan sebagian menggenangi membentuk danau dan rawa.

Perjalanan mengendarai kudanya Solor telah melewati hari yang semakin Sore.

Matahari yang masih bercahaya sinar putih kini tercampur dengan agak oren

kekuningan perlahan semakin kebarat membuat Solor bergegas menuju tengah hutan

untuk menemukan tebing jurang patahan akibat dari kondisi geografis Lemah

Angker sebelum malam tiba.

Kuda Solor sudah terlindungi aman dengan memakaikan sarung kaki terbuat dari

kain kulit yang lentur tersabuk kencang dan pas pada keempat kaki kudanya

hingga bagian persendian kuda. Pengaman kaki kuda guna meminimalisir gangguan

yang dapat melukai kuda bisa membuat kuda Solor aman bebas bergerak di ganasnya

hutan belantara yang lembab dan berlumut menabrak melewati semak belukar hutan.

Hutan yang gelap kehijauan terselimuti kabut, semakin lama dengan larian kuda

semakin samar seakan akan kabut merendah tipis membuat jarak pandang antara

batang pohon terlumuri lumut dan sulur sulur tampak begitu besar kelihatan

rapat menyebar diantara lautan semak belukar semakin terlihat. Melewati tanah

hutan lereng Pegunungan Lumut yang terjal berlari, melompati, dan menghindar

dengan stabil untuk tidak ke bukit karena akan memperlamat perjalannya. Setelah

sampai pada tanah yang bergelombang banyak ditumbuhi rumput dilihatnya Oleh

Solor mengelilingi kebawah dari kudanya yang tidak melihat satupun tanda tanda

adanya Paving Jalur Lumut semua tampak dipenuhi rumput yang tertimbun lilitan

akar menyebar mengikuti gundukan tanah yang bergelombang membuat badan Solor

tergoyang. Kabut berwarna hijau yang menghalangi pandangan terjauh membuat yang

hanya memperlihatkan batang batang pohon raksasa dipenuhi sulur berlumut

menggelantungi dahan pohon satu sama lain. Tanah yang bergelombang dipebuhi

akar pohon juga membuat pengendalian kuda Solor terganggu, dengan sedikit

kesulitan melewati lautan akar pohon yang menyebar setelah terus menjaga larian

kudanya Solor sampai melihat beberapa pohon kelapa yang tingginya di masih

bawah pohon kanopi. Pohon kelapa yang terjerat lilitan tanaman merambat dan

berlumut dilihatnya juga kadal berekor panjang berwarna kehijau tuaan menempel

pada batang atas dibawah gerombolan buah kelapa terlihat dari jauh.

Kembali mengendalikan larian kuda sambil melihat jalan medan hutan yang terjal

bergelombang penuh akar dan tanaman fern sedikit licin.

Dari kejauhan kabut yang semakin tersamar terlihat lebih terang, Batang pohon

besar semakin tersinari dari samping arah yang memiliki lebih banyak intensitas

cahaya didepan Solor . Melihat itu suatu kesenangan bagi Solor karena baginya

dengan kondisi fenomena tersebut memastikan suatu lahan wilayah yang pastinya

jarang di tumbuhi pohon kanopi raksasa yang membuat cahaya dapat masuk jatuh

dengan mudah.

Semakin mendekati pada bagian hutan yang lebih terang menghilangkan kabut

dengan perlahan tampak dari kejauhan sambil mengendarai kudanya Solor melihat

beberapa jejeran pohon berbatang besar berada di sebrang . Berlari semakin

mendekati melewati beberapa batang pohon raksasa yang berlenggok kaki kudanya

yang memanjat selah selah akar mengayuh kabut hijau menuju wilayah yang lebih

terang dimana seperti cahaya banyak berkumpul di wilayah dibalik kabut yang

semakin tipis terbuyarkan. Solor dikejutkan dihadangnya tebing yang memisahkan

hutan yang dipenuhi pohon kanopi besar berlumut lembab membuat perjalanannya

berhenti di sisi tepi tebing yang panjang sejauh mata memandang teralangi kabut

tampak dari kejauhan.

Dilihatnya di sebrang terdapat jejeran pohon besar berbatang melenggok yang

hampir jatuh ke jurang dengan akarnya yang besar menusuk dinding jurang keluar

berlenggok lenggok sebagian banyak menjalar ke permukaan dinding tebing yang

memiliki ketinggian sekitar lima puluh meteran kebawah banyak juga di tumbuhi

pohon besar disamping aliran sungai berarus deras sebagai pemisah tebing hutan

Pegunungan Lumut terselimut kabut.

Di pinggir jurang Solor menatap sebagian banyak ada pohon kelapa yang

tingginya tidak sampai melebihi pohon kanopi besar tersebar di sisi sebrang

pinggir diantara pohon besar berbatang berlenggok dan juga di sisi setebing

dengannya yang tidak begitu terhalangi kabut karena matahari dari sini terlihat

jelas silau bundar mulai turun ke barat.

" Ada kelapa Wus wus"

" Dan Banyak juga"

Gumam Solor yang masih berhenti di tepian jurang melihat sekitarnya ada pohon

kelapa yang berencana untuk menambil buahnya

Pandangannya diputar kebawah jurang sampai Solor melihat sungai mengalir deras

diantara kabut, air berarus deras ke timur berwarna hijau toska dibagian

pinggir tepi sungai terpenuhi lumut sebagian banyak tanaman kayuapu diantara

genangan air yang tidak bergerak terhalangi bebatuan berlumut seakan akan ada

disepanjang sungai selebar dua puluh meteran yang beberapa pandangannya

terhalangi dedaunan pohon kanopi dan juga bongkahan batu dibawah tebing

pinggiran sungai.

Kuda Solor tampak bergerak maju mundur tidak bisa diam sesampai tiba di tebing

jurang yang di carinya sejak mulai perjalanannya untuk melanjutkan menemui

Jalur Lumut yang terhubung Jembatan di tebing ini. Disepanjang tepian tebing

Solor masih tidak melihat adanya tanda tanda jembatan yang menggantung

menghubungkan. Karena kudanya yang tidak mau diam bergerak membuat Solor

mencoba untuk menarik tali kekangnya yang sebelumnya masih di dalam

genggamannya mengajak memulai perjalanan lagi.

" Apakah kamu menyukainya Wus wus, kita telah sampai di tengah tengah

Pegunungan Lumut"

Kata Solor

"Baiklah, kita mulai cari jembatannya"

Kata Solor sambil seraya memukul perut kuda menggunakan striup yang di pijaknya

Dengan pelan berjalan di pinggiran tebing antara maju melangkah dan tidak mau

melangkah, kaki kudanya bergerak seakan akan tidak mau melakukan perjalanan

yang dibarengi suara robohan pohon yang menggelegar layak gunung api meletus.

Seketika suara yang diakibatkan disebrang tebing membuat pamandangan Solor

melihat pepohonan yang disebrang tebing dari kejauhan yang lama lama pohon

pohon di sebrang tebing bergerak bergetar beberapa kali terlihat dibagian pucuk

atas antara dedaunan pohon teduh raksasa. Solor terkejut dengan adanya gerakan

Pohon kanopi yang bergetar di hutan sebrang tebing dibarengi suara gemuruh yang

semakin lama getaran pohon semakin mendekati bagian bibir tebing jurang yang

hijau dipenuhi lumut.

Mata Solor dengan cepat menyempit terfokus pada getaran semak tanaman hutan

setinggi kepala manusia yang hijau rimbun tiba tiba keluar seseorang pemuda

membawa tombak yang bergerak kebingungan mencapai tepi jurang tebing diantara

batang pohon besar berlenggok penuh dengan lumut dan sulur sulur berlumut.

Diganggu dengan langkahan kuda Solor yang setengah maju setengah tidak dalam

berjalan membuat Solor tidak tenang hingga sampai pemuda itu mengetahui dengan

menatap Solor dari kejahuan disebrang jurang tebing.

" PERGILAH DARI SITUU !!!!"

" ADA JEMBATAN LAIN DI SEBELAH BARAAAT....!!!!

Teriak keras seorang pemuda yang terlihat kecil seperti melakukan lompatan

dengan gegabah berada di sebrang jurang tebing dari jauh kepada Solor

Tidak sempat menyadari apa yang telah teradi secara tiba tiba kuda Solor

mengangkat kedua kaki depannya berdiri.

EEEEEKKHHHHH...EKKKKKKHH!

Sebuah rahang yang lonjong dipenuhi gigi yang runcing menganga didepan kuda

Solor mendekati secepat elang menyambar dari arah barat menangkap bagian depan

tubuh kuda yang membuat kuda dan juga Solor terpental kepisah akibat sodokan

rahang yang mendarat mengenai pusar tubuh kuda yang sedang berdiri. Dengan

cepat tetapi agak sulit Solor mencoba mengangkat tubuhnya yang berada di tepi

pinggir jurang bertahan agar tidak jatuh menahan dengan siku kedua tangannya.

Solor yang sempat kaget dan prihatin mencoba menengok kearah kudanya

dibawahnya juga berusaha menaiki bongkahan batu dinding tebing dengan beberapa

kali terpleset karena lumut yang begitu licin membuat kuda Solor kesusah

payahan mencoba untuk tidak jatuh ke jurang berusaha menaiki batu yang lebih

menonjol di sisi dinding tebing.

Diraihlah tanaman merambat di depan Solor yang menjalar di pinggiran tebing

dengan kencang mencoba menariknya berusaha menaikan badan yang dibantu kaki

kanannya bergerak gerak keatas mencari tempat tumpuan. Di pegangnya tanaman

merambat dengan kencang seraya menarik mengangkat badannya keluar dari bibir

tepi jurang yang tetapi gagal terputus karena tekanan tarikannya yang terlalu

kuat.

Hewan reptil bersisik keras berwarna putih pucat yang bergerak mencari Solor

semakin mendekati tempat Solor yang sedang berusaha naik dari tepi jurang.

Di bawah tebing dialiran sungai yang mengalir beberapa gerombolan daun apu

yang mengapung di permukaan air , tiba tiba bergerak mendekati dinding tebing

bagian bawah membuat kuda Solor yang sudah berdiri menaiki tonjolan batu

dinding bingung untuk naik ke permukaan tebing dan juga takut adanya gerakan

tanaman mengapung dipinggir sungai yang semakin lama bergerak memperlihatkan

beberapa isinya yang buas keluar dari tanaman mengapung di atas permukaan

pinggir sungai yang juga berusaha merangkak merayap dengan kaki depannya mulai

mencabik cabik dinding jurang mau naik.

Karena kondisi yang berubah darurat dicobanya lagi dengan sekuat tenaga dengan

berayun menyamping kaki Solor berusaha meranggeh tepian jurang untuk bertumpu.

Dicobanya beberapa kali hingga sampai kaki kanannya mengenai permukaan tanah

yang sekarang dilanjutkan siku Solor dengan sekuat tenaga ditekannya mencoba

menaikan badannya yang sedang bergelantungan hampir jatuh di tepi jurang hingga

sampai berhasil posisi tengkurap seraya dengan cepat bergerak berlari menjauhi

binatang reptil besar yang sedang berjalan mencari dimana Solor tadi terpental.

Dengan cepat Solor mengangkat kedua tangannya memasukan kedua jari tengah dan

telunjuknya yang hitam terolesi tinta yang ada pada tangan satunya kemulut

sambil berjalan mundur sembari menyiulkan siutan keras kearah hewan hewan

reptil raksasa yang juga berada di sungai dibawah tebing

SSSSSFFIIIÌUÙUUUUUUUIITTTTTT!!

Seekor buaya berwarna putih yang memiliki panjang enam sampai tujuh meteran

bersisik keras dipenuhi lumut dibagian punggung atas dari atas kepala yang

hingga semakin sedikit di bagian ekor kini semua bergerak menuju suara siulan

yang dihasilkan dari mulut Solor

SSSSFFIIUUUÙUUUUUUIITTTTTTTT....!!

Dengan hati hati agar tidak menghilangkan warna tinta, siulan sekali lagi

membuat pusat perhatian semua buaya raksasa itu sehingga mengikuti suara yang

dihasilkan Solor yang masih tetap berjalan mundur mengawasi gerak gerik semua

buaya.

Dua orang lagi keluar dari semak belukar dari antara pohon besar berlenggok di

sebrang tebing yang tampak sedang was was buaya yang mengejarnya berubah haluan

mengikuti pusat suara siulan yang dihasilkan Solor menggema di tengah tengah

hutan.

SSSSFFFIIUUUUUUUUIIIIIIITTTTTT.....!!!!!

Berjalan mundur sedikit cepat dengan siaga yang jari kedua tangannya masih

didalam mulut sambil bola mata Solor menatap mata buaya buaya raksasa berjalan

mengikuti Solor berjalan mundur mengarah ketimur di tepi jurang.

SSSSSFFFFIIIIIIUUUUUIIIITTTTTTTT...!!

Buaya yang semakin lama berjalan cepat dengan merangkak badannya yang mulai

diangkat menciptakan langkahan besar berlari berusaha menangkap Solor yang juga

Solor bergegas cepat membalikan badan membelakangi buaya raksasa berlari

kembali menuju kedalam hutan. Buaya buaya besar yang disebrang tebing yang

mengejar pemuda sebelumnya kini ikut berlari menabrak merusak pohon dan tanaman

hutan belukar karena tubuhnya yang besar hingga mulai merangkak menuruni tebing

mengejar Solor.

" Monster monster itu mengikutinya!"

Ucap seorang pemuda memakai rompi merah hati bergaris kuning keemasan pada

bagian lengan dan kancing rompi yang tampak semua kusut terkena goresan juga

gesekan kulit batang kotor bergaris garis hijau lumut menempel memegang parang.

" Lihaatt.. cepat !bantu kudanya !!"

Teriak salah satu pemuda lagi yang juga membawa parang tetapi agak besar

daripada parang yang dibawa pemuda satunya diarahkan parangnya menunjuk kuda

Solor yang sedang bingung ingin naik tetapi tidak bisa

Di hari yang semakin menuju senja, di tengah hutan Pegunungan Lumut matahari

yang berada disamping barat menyoroti tebing jurang mulai merubah warna

sinarnya keorenanan menyinari dedaunan pohon kanopi raksasa berlumut yang

memulai juga mengumpulkan kabut bercampur hawa mendingin.

Ketiga pemuda dari sebrang tebing segera berlari menuju arah terbenamnya

matahari mencari Jembatan Lumut yang menghubungkan tebing hendak menyelamatkan

kuda coklat berambut putih milik Solor yang terjebak di dinding jurang akibat

terjatuh terpental terkena sodokan cangkupam mulut buaya putih raksasa yang

berlumut.

Di sisi lain Solor yang sedang dikejar buaya putih raksasa sambil berusaha

mengeluarkan siulan keras guna mengundang buaya putih raksasa yang lain untuk

mengikuti arah Solor menjauhi tepi tebing memasuki hutan. Buaya putih raksasa

yang mengejar ketiga pemuda sebelumnya sudah merayap merangkak dengan gesit

berada di dinding jurang sebrang bersikeras menghampiri siulan Solor. Buaya

putih raksasa yang terakhir yang sebelumnya mengejar ketiga pemuda tidak sempat

mendengar siulan Solor yang sampai di permukaan air sungai kini terganggu

adanya gerakan kuda Solor bingung di dinding jurang mencari jalan naik.

Seketika buaya putih raksasa itu melawan arus aliran sungai menuju kuda Solor

yang semakin bergerak tidak karuan melihat kedatangan buaya putih raksasa

berenang menghampirinya dari bawah.

Kuda Solor terus bergerak ketakutan sambil mengangkat beberapa kali kedua kaki

depannya berusaha untuk naik ke permukaan jurang tetapi tidak bisa. Dengan

nahas buaya putih raksasa dengan gesit juga merayap merangkak di dinding tebing

jurang bergerak kearah barat menghampiri kuda Solor yang sebentar lagi sampai

untuk melahap. Kuda Solor ketakutan karena buaya putih raksasa berada di

sampingnya dari bawah mencoba menangkap kuda dengan dimulainya gerakan agak

mundur sambil menempel di dinding tebing ancang ancang bersiap dengan rahang

mulut membuka menembakan badannya untuk mencaplok. Melayanglah badan buaya

putih raksasa itu menuju kuda Solor dimulai dari mulut rahang membuka penuh

gigi runcing berlumut mengenai punggung buaya sehingga membuat buaya putih

raksasa itu terjatuh dibawah tepat kuda Solor berdiri kebingungan.

Sebuah tombak menancap di punggung berlumut buaya putih raksasa yang terjatuh

tetapi masih bisa mencengkrppam dinding tebing di bawah tonjolan batu yang di

tumpui kuda Solor. Bergerak lagi dengan gesit buaya putih raksasa itu kembali

beraksi mencoba mencaplok badan kuda Solor yang kini berada dalam bantuan

ketiga pemuda yang sedang mencoba meranggeh kuda tetapi masih belum bisa karena

lumayan jauh dari tepi tebing.

" Salah satu harus ada yang turun untuk memegang kudanya! , aku akan mengambil

sulur!!"

Ucap salah satu pemuda yang juga memakai rompi merah hati bergaris kuning

keemasan pada lengan dan juga bagian sisi kancing tampak kebingungan mencari

cara mengeluarkan kuda Solor dari jurang.

" Percuma kita tidak ada waktu, monster itu akan memakan kudanya!!

Teriak pemuda satunya yang sambil memegang parang besar juga masih tampak

bingung mencari cara menyelamatkan kuda Solor

" Sial !, dari tadi tombaku tidak tedas melukai monster itu!

Bagaimana cara kita membunuhnya?!"

Teriak pemuda satunya yang melayangkan tombaknya mengenai punggung Buaya putih

raksasa hingga terjatuh tadi