Chapter 21 - Bingkai Alam

BINGKAI ALAM

Jun 26, 2022

Berada di atas wilayah Pegunungan Lumut seperempat perjalanan menuju Wijonayem,

Solor kehilangan arah ketika sedang berusaha mencari tepian jurang yang mana di

tepian jurang ini terdapat jembatan penghubung sekaligus penyambung Jalur Lumut

terbangun lama melintasi hutan Pegunungan Lumut yang sudah banyak hilang

tertelan kehidupan didalam hutan yang ekstrim lembab serta tanah yang subur

karena wilayahnya dekat dengan Gunung berapi yang pernah meletus seribu tahun

yang lalu membuat hutan Pegunungan Lumut super rimbun.

Dilihatnya diantara batang pohon rakasasa berlenggok lenggok berselah

memperlihatkan langit siang diatas Pegunungan Lumut Solor berjalan mengendarai

kudanya mendekati panorama Pegunungan Lumut dari atas bukit yang masih dimana

mana ada lumut sampai jatuh bergelantungan di dahan dahan pohon.

Pemandangan langit terlihat diantara selah batang batang Raksasa berlenggok

dari dalam hutan Solor terpukau melihat dari jauh keindahan hutan pegunungan

lumut yang tampak hijau asri berada di tenggelaman kabut putih.

Solor berusaha turun dari kudanya dengan mengawali pijakan striupnya hingga

kaki satunya menginjakan tanah empuk yang berumput area itu. Berjalan menuju

dua selah batang raksasa berlenggok dipenuhi lumut lumut sampai ada yang jatuh

kebawah menggelantung didahan dahan, diantara dua pohon itu memperlihatkan

pemandangan luar Pegunungan Lumut yang indah berlangit biru serta asrinya hijau

hutan pegunungan dari samping pegunungan yang satunya di depan lebih tinggi

sehingga hanya tampak dedaunan pohon kanopi raksasa. Dihampiri dengan berjalan

memegang tali kekang kudanya mendekati selah batang pohon melihat pemandangan

luar hutan jendela alam besar berbingkai lenggokan batang pohon dihiasi

bergelantungan sulur dipenuhi lumut panjang yang jatuh menglewer kebawah di

hutan atas Pegunungan Lumut.

Dibalik luar selah batang pohon yang tampak seperti jendela alam ini terdapat

batu tanah yang agak menjorok keluar lereng atas pegunungan. Mengetahui jorokan

batu yang sepertinya kuat untuk di pijak kini membuat Solor ingin beranjak ke

tempat itu. Dilihatnya sekeliling pinggiran batang pohon yang di liliti sulur

dan beberapa yang menggelantung di penuhi daun lumut yang jatuh kebawah hingga

bola mata Solor terhenti melihat adanya keong yang sedang menempel di sulur

berlumut di sebelah sampingnya dekat batang berlenggok. Perlahan Solor mencopot

keong dengan cangkang mengerucut berwarna kuning di tutupi lumut. Di arahkannya

keong berukuran sekepalan tangan itu mendekati kedua mata Solor untuk melihat

lebih jelas. Sedikit lendir keluar daru daging keong yang sudah masuk kedalam

cangkang hingga beberapa menetes tidak membuat Solor jijik sedikitpun.

" Oh kawan, akan aku bersihkan "

Kata Solor bergumam sendiri

Dengan jari jempol tangan kanan Solor menghilangkan lumut yang ada di cangkang

menyelaput dari kanan kekiri menghilangkan lumut hingga bersih kemudian

mengembalikan kesulur yang menggelantung di sampingnya agar merayap kembali.

Meletakan di sulur yang kemudian jatuh menimpa rumput dibawahnya, keong itu

enggan menempel mengeluarkan badannya membuat Solor meletakan keong itu ke atas

permukaan daun lebar disampingnya dia berdiri menghadap jendela alam raksasa

itu.

Eeeeekkkkk.....

Kuda Solor yang sedang merenggek yang setiap kali tanda memberitahu Solor

adanya sesuatu di sekitarnya membuat Solor membalikan badannya menatap kudanya

membelakangi celah batang pohon

" Haha kenapa Wus wus?, apakah kamu suka itu?"

Kata Solor seakan akan kudanya bisa diajak bicara mengenai apa yang sebelumnya

Solor lakukan membersihkan lumut di kerak cangkang Keong tadi

Tetapi keadaan berubah menjadi sedikit berangin lembut menggerakan dedaunan

dan beberapa mengalirkan kabut menjadi buyar dibarengi pendengaran Solor yang

semakin dia merasakan kebisingan. Kebisingan yang semakin lama terasa terdengar

terjadi di telinga Solor membuatnya berubah nyeri kesakitan berada di dalam

gendang telinganya. Raut wajah Solor mengerut memejamkan mata dengan mulut

mengecil menahan sakit yang terjadi tiba tiba pada telinganya hingga dia duduk

jonggok di bawah depan kudanya menyaksikan.

Cahaya terang berwarna putih disiang hari menyorot punggung Solor yang sedang

duduk jongkok dibawah kudanya dilanjutkan kebisingan yang menimbulkan rasa

nýeri pada gendang telinganya semakin lama mengilang membuat Solor membuka

matanya menengadah melihat kudanya di depan

Eeeeeeeeekkkhhh..

Kuda Solor bergerak maju mundur dan juga sedikit melompat menghentakan ke

tanah tersilaukan cahaya di balik dua batang pohon berlenggok membentuk celah.

Mengetahui sekeliling hutan yang mendadak menjadi putih terang lama kelamaan

surut berpusat di tempat jorokan batu tanah sisi luar dua batang pohon

berlenggok Solor dikejutkan dengan adanya kuda bersayap coklat kemerahan

mengepak ngepakan sayap.

Kuda berukuran normal seperti kuda lainnya berbulu pendek lebat berwarna

coklat mengkilap bersih tetapi memiliki sayap pada kedua samping tubuhnya

berwarna sama seperti bulu pada badannya yang sedang berdiri dengan sayapnya

yang lebar seakan akan mau menutup menyambut didepan Solor.

Merasa takjub serta kaget didatangi kuda coklat kemerahan didepannya kini

Solor berusaha menyadarkan dirinya sendiri bahwa itu benar kuda yang memiliki

sayap.

Karena terpukau pertama kali di datangi kuda bersayap memiliki sumping emas

pada telinga dan terpasang penutup kepala di bagian atas hidung depan muka

terukir batik berlapis emas membuat Solor terdiam dibarengi satu langkahan kaki

kebelakang lalu merundukan pandangan di awali kepalannya menunduk memberi

hormat menekukkan lututnya kepada kuda coklat kemerahan bersayap dianggap Solor

penjaga hutan Pegunungan Lumut.

Lama Solor menundukan pandangannya kebawah memberi hormat hingga beberapa saat

keadaannya hening tidak ada suara apapun bahkan suara kudanya tidak terdengar

sedikitpun. Mengetahui keadaanya menjadi sunyi kini Solor mencoba menaikan

pandngannya menyudahi penghormatan. Solor melihat kuda bersayap itu sedang

menundukan kepalanya yang berhias keemasan menghadap Solor. Seketika Solor

membalikan badannya melihat kudanya berwarna coklat berambut putih juga sedang

menunduk memberi hormat.

" Wus.. wus.."

Kata Solor sambil meletakan tangnnya ke atas hidung muka kudanya yang sedang

merunduk memberi hormat

Solor yang tidak berani mendekati kuda bersayap itu sedang bingung karena

kudanya sendiri yang berubah seperti patung tidak mau bergerak yang tetap

menundukan kepalanya dan juga sedikit menekuk kedua kaki depannya menghadap

kuda bersayap yang juga kaku seperti patung dengan kepala merunduk dan kedua

kaki depan sedikit menekuk memberi hormat.

Solor tidak tahu apa yang terjadi ketika kedua kuda menghadap dirinya merunduk

memberi penghormatan.

" Halo, selamat siang "

Ucap Solor berdiri didepan kudanya yang sedang menundukan kepala menghadap

melihat kuda coklat kemerahan bersayap yang juga menundukan kepalannya

didepannya.

Kuda coklat berkemilau terpantul sinar matahari agak kemerahan itu mengangkat

kepala yang seperti memakai helm berukir emas melihat Solor yang kemudian

menundukan lagi seakan akan minta untuk disentuhnya. Solor yang juga seorang

pawang hewan segera mengetahui bahwa itu adalah isyarat hewan untuk minta di

elus. Karena pertama kali melihat kuda bersayap Solor tidak tahu bahwa itu

bukan penunggu Hutan Pegunungan Lumut tetapi dia melihat bahwa itu hewan kuda

bersayap warna coklat kemerahan berkilau cemerlang.

Dengan berani Solor melangkahkan kakinya menjauhi kuda coklat punyaanya

dibelakang menuju keluar selah diantara batang pohon besar yang melenggok

menuju keluar di bebatuan tanah menjorok. Terasa hembusan angin sepoi sepoi

ketika berdiri batuan tanah yang menjorok dihadapan kuda bertubuh kekar coklat

kemerahan bersayap.

Tangan Solor menyentuh atas hidung kuda mengenai pelat berukir emas sampai

pada bulu lembutnya dengan tenang, terasa nyata bahwa benar itu adalah kuda

bersayap yang belum pernah dia temui sebelumnnya.

Kuda itu membalas elusan tangan Solor dengan sedikit mengangkat kepalanya

meminta untuk mengelusnya.

Solor tiba tiba bergerak mundur karena tiba tiba kuda putih bersayap itu

merentangkan sayapnya lalu mengangkat kedua kaki depannya berdiri bersuara

seperti kuda umumnya kemudian menurunkan kakinya depannya ke batuan tanah yang

menjorok didepan Solor berdiri dengan cepat terbang seperti petir menyambar

tiba tiba hilang dalam sekejap.

Kejadian yang seperti mimpi atau berhalusinasi tetapi dia baru saja menyentuh

bulunya yang kemudian Solor melihat kudanya yang di belakang di balik selah

batang Pohon melenggok di penuhi lumut merengek rengek meminta Solor untuk

mendekatinya.

Berjalanlah Solor memasuki hutan melalui celah antara batang pohon besar

berlenggok menghampiri kuda coklatnya

" Wus wus apakah kamu tadi melihatnya?"

Kata Solor berjalan menghampiri kudanya menuju ke belakang kuda yang terpasang

tas tabung berdiameter dua pulu lima sentian dari bambu

" Apakah kamu tahu maksud kedatangan rajamu tadi Wus wus?"

Kata Solor sambil membuka tas tabung mengambil gulungan dari kulit yang tebal

terjahit rapi ada yang bertali seperti ikat pinggang terdiri dari beberapa

lembar dan bermacan macan ukuran

" Saya kira ini bukanlah akhir tetapi ini sebuah permulaan Wus .. wuss"

Ucap Solor kepada kudanya yang sebelumnya mengetahui adanya beberapa teror

ancaman sampai terdengar adanya akhir dimana manusia akan mati atau disebut

kiamat.

Gulungan yang terdiri dari beberapa kain terbuat dari kulit yang terjahit

bagian pinggir dan bagian sabuk pengikat, di pisahkannya menjadi empat lembar

yang dua lembar lebih lebar.

Di ambilnya kain terbuat dari kain yang ebih besar itu lalu dipasangkan

menempel ke bagian kaki belakang kuda membalut lalu mengencangkan kemudian

dikunci seperti ikat pinggang.

" Lihatlah, Pegunungan pegunungan itu. Di balik pegunungan itulah tebingnya,

kita akan melewati medan hutan yang lebih lembab dan berkabut Wus wus"

" Aku akan memasangkan pengaman kakimu dulu sebelum kita melewati pertengahan

hutan Pegunungan Lumut"

Kata Solor yang sambil memasang dan menali pelindung kaki terbuat dari kulit

di kudanya hingga semua keempat kaki kudanya terbalut pelindung

Pelindung kaki yang terpasang dari kaki bawah mulai dari atas kuku sampai siku

dan sampai atas hampir bagian lengan terpasang dengan erat dan pas pada ukuran.

" Baiklah, kini sudah selesai"

Kata Solor seraya berdiri menyelesaikan pemasangan pelindung kaki kuda dari

kulit

Dengan begitu Solor segera memanjat striup hingga sampai menaiki kuda

coklatnya seraya mengambil tali kekang bersiap menarik untuk memulai perjalanan

lagi.

" Kita kebawah Wus wus"

Ucap Solor menjalankan kudanya untuk menuju ke lereng Pegunungan Lumut.

Karena hilangnya Jalur Lumut Solor terbawa sampai ke daerah Pegunungan Lumut

bagian atas. Dari atas Pegunungan Lumut yang renggang di tumbuhi pohon besar

berbantang berlenggok lenggok, disitu baru saja Solor ditemui seekor kuda putih

bersayap yang menurut Solor kedatangan kuda putih bersayap itu adalah penunggu

Pegunungan Lumut.

" Kuda coklat kemerahan itu tidak membawaku ke Wijonayem"

" Lantas kenapa kita tadi didatangi Wus wus?"

Kata Solor sambil mengendarai kudanya menuruni Pegunungan Lumut

" Apakah kuda tadi pergi karena tidak dapat membawa kita?"

" Ah.., terlalu begitu cepat pergi"

Gumam Solor yang sedang mengendarai kuda mengendalikan tali kekang berusaha

mengajak bicara kudanya tetapi tetap saja diam

Mengetahui sebelumnya bahwa tebing jurang yang dicarinya berada di balik

gunung diatas tadi yang dilihatnya dari selah batang pohon yang berlenggok kini

Solor berlari dengan mengendarai kudanya menuruni lereng pegunungan dengan

lincah kudanya melompati dan menghindar permukaan tanah yang terjal menghalangi

perjalanan menuju

Karena dengan melihat dari atas perbukitan lumut yang jarang ditumbuhi pohon

raksasa dapat melihat dunia luar tanpa tertutupi rapatnya batang batang pohon

raksasa yang kebanyakan tumbuh di bagian lereng dan kaki pegunungan.

Matahari yang sudah melewatu tengah, berharap Solor tiba di perdekatan area

Jembatan Lumut atau tebingnya, karena menghindari resiko malam hari ditengah

hutan lebih direncanakannya memilih beristirahat di dekat area tebing. Kalau

saja jalan belum ditemukan Solor terpaksa akan membuat kemah diatas pohon atau

didalam gua yang sekiranya aman dari gangguan makhluk hutan dan sejenisnya.