May 29, 2022
Seseorang berpawakan kurus tinggi berjenggot abu abu agak keriting seheler, sedang berdiri berada di balkon
istana dengan tangan memegang pagar setinggi perut terbuat dari batu tertata
dan berelief geometris tegas.
Bola matanya tajam menyorot kearah lajuan kuda yang di kendarai Solor menyelusuri jalan kota dari atas. Ada benak yang ingin di utarakan tetapi sudah telat karena yang sebelumnya ragu, atas pemberitahuan darinya tadi di ruang raja mengenai perbudakan yang terjadi di Lawes sebelumnya, membuat seseorang pujangga kerajaan bernama Waluyo Karman hanya sampai melihat Solor dari balkon
istana yang jauh diatas tidak sempat mengikuti atau menemui sebentar.
Perihal surat yang di tunjukan dari Samiranah sebelumnya terbaca di ruang raja, dia teringat perkataan dari kakek buyutnya bahwa apa yang telah ditulis oleh
Samiranah adalah benar mengenai cerita jaman dahulu tentang adanya Batin
Pangikrar yang sekarang banyak orang menyebutnya Lingkaran Kegelapan berawal dari bangunan panggung kuno di Lemah Angker.
Sebelumnya data yang diketahui Waluyo Karman, dahulu Akik Kumenteng tidaklah
Ayah Hartoko yang membuat, tetapi kelima penambang yang sekelompok dengan
Hartoko seratus tahun silam pada waktu diperbudak di pertambangan Lartojayan di
Lawes.
Mengenai pembentukan Akik kumenteng tersebut sebetulnya sudah diketahui oleh
semua pihak Aliansi, tetapi masih simpang siur apakah Akik tersebut merupakan
hasil dari Batin Pangikrar atau keajaiban semata. Selain tidak kewajarannya
ataupun sesuatu hal yang mengandung magis dari Batin Pangikrar, Tetapi waktu
yang telah jauh diketahui oleh ayah Hartoko bahwa anaknya akan meninggal di
perbudak pertambangan Lawes membuat semua orang menjadi malas untuk terlalu
memikirkannya, yang dianggap sepele namun ternyata sebuah kunci.
" Apakah karena ayah Hartoko melakukan penghianatan kepada pemerintah
Wartojayan karena dia didatangi pengetahuan? Sehingga membuat dia melakukan ikrar dari Lingakaran Kegelapan?"
Dugaan Waluyo Karman salah satu pujangga agung kerajaan sekaligus pemimpin kota barat Alingkukoh
Tidak mau berpikir panjang lagi, Waluyo segera beranjak pergi meninggalkan balkon
menuju kantor pusat kota barat Alingkukoh.
Dalam perjalanan menuruni tangga
istana Waluyo sedikit terpicu masalah tentang akik kumenteng lagi.
Apalagi keadaannya sekarang Akik itu sebagai grandprize para pemuda pemudi. Bukan masalah karena Aliansi telah menyetujui mengumumkan benda pusaka yang seharusnya dilarang untuk di sebar luaskan, tetapi karena seatu keganjalan tentang adanya Akik Kumenteng.
Setiba Waluyo keluar dari istana, dia segera menuju ke pinggir jalan mencari
tungganan Delman. Di suasana Kota barat Alingkukoh yang ramai, berbagai orang
orang berjalan ada juga mengendarai kuda di jalanan kota dua jalur berukuran
lima meteran yang terbuat dari paving batu tersusun melingkar, di pinggir jalan kota barat, Waluyo berdiri disamping pot tumbuhan berdaun hijau yang mempunyai bunga warna putih.
Setelah dia menemukan Delman, segera Waluyo melambaikan tangannya serta
menaiki.
" Kantor Pusat Barat"
Ucap Waluyo kepada Kusir
Seketika delman berjalan cepat menuju sesuai permintaan pemimpin kota barat
itu yang juga sebagai pujangga kerajaan.
" Hari hari ini tampak semua penduduk begitu antusias Pak, bakal terlahir lagi seorang Pengembara Bulan Sabit.
Warga banyak yang terkejut dengan hadiah Sayembara di Wijonayem"
Ucap kusir delman kepada Waluyo
" Wijonayem adalah kota yang damai dan makmur penduduknya"
Jawab Waluyo tidak mau berbelit belit.
" Kali ini benar benar Grand Prizenya menjadi perbincangan warga Pak, maka dari itu banyak yang datang kesana"
Ucap kusir delman
" Apa yang kamu ketahui tentang Grandprizenya?"
Tanya Waluyo kembali
" Sebuah akik yang mempunyai kekuatan?"
" Setahu saya, akik ini milik pengembara Wandarimo, tetapi entah kenapa akiknya
bisa jadi hadiah utama?"
Tanya kusir
" Sungguh mengesankan memang"
Jawab Waluyo dengan pikirannya sedang terganggu
Dengan berjalan sedikit cepat delman yang di tunggangi Waluyo akan segera
memasuki jalan utama yang agak sempit daripada jalan kota ini menuju bangunan
Joglo di tengah tengah kota barat Alingkukoh.
Di jalan kota yang besar, memiliki dua jalur, yang mengelilingi kota barat
membagi menjadi lima bagian kota barat Alingkukoh.
Satu bagian diantaranya sebagai kantor pusat kota barat yang terletak di bagian tengah kota Barat.
Jalan setapak terbuat dari paving batu seukuran tiga setengah meter membagi
kota barat menjadi empat, apabila dilihat dari atas, kota barat membentuk
persegi panjang, yang bagian sisi panjangnya ditarik jalan menjauh dari istana
sampai ke benteng dekat gerbang.
Kota barat Alingkukoh yang berbentuk persegi panjang ini ditarik garis jalan lagi pada setiap tengah tengah sisinya yaitu
jalan menuju bangunan Joglo sebagai kantor pusat kota barat.
Ditepi kantor pusat terdapat taman rumput memanjang mengintari dan beberapa pohon aspen tertanam yang berjarak rapi, di selah jarak pohon aspen terdapat tempat
tancapan bendera khas Alingkukoh.
Kantor pusat yang memiliki emat pintu masuk, terdapat tiang tiang penyanggah genteng, berhalaman kotak luas tanpa ada
dinding dan juga terdapat karpet putih bila masuk ditengah tengah bangunan ini.
Di dekat karpet terdapat kursi ukiran kayu berwarna putih dengan bantalan
berwarna agak abu abu. Kursinya diapit guci besar berukir teratai yang
diletakan pada balok kayu dan berbagai ornament khas Alingkukoh lainnya.
Kota Barat Alingkukoh sebagian besar penduduknya sebagai pengrajin batu gamping atau Marmer dan juga batu batu putih yang diukir untuk berbagai perabot.
Setiba di kantor pusat kota barat, delman yang di tumpangi Waluyo berhenti di
depan pintu masuk kantor. Setelah turun lalu menginjakkan kaki ke paving Waluyo
segera memberikan upah ke Kusir serta langsung menuju ke dalam kantor.
" Terima kasih Tuan Waluyo"
Ucap kusir delman usai diberi upah oleh Waluyo
Dengan segera juga delman berjalan lurus meninggalkan Waluyo yang berjalan
menuju masuk Kantor.
Didalam bangunan Joglo mirip pendopo tersebut, Waluyo di sambut oleh dua penjaga kantor yang langsung tetap berjalan ke bagian tengah yang ada kursi beralas karpet
warna putih.
Setiba disana Waluyo yang mana sebagai pemimpin kota barat Alingkukoh menjumpai empat orang yang duduk bersila dibawah kursi berhadap hadapan satu sama lain. Melihat Waluyo datang berjalan, bergegaslah keempat orang itu berdiri menyambut Waluyo.
" Tuan Waluyo, hari ini delman terakhir akan berangkat ke Wijonayem,
sekiranya nanti sebelum matahari terbenam"
Ucap salah satu orang yang sebagai ketua wilayah kota barat.
" Sepertinya saya tidak berkunjung, Raja pun juga sepertinya tidak pergi kesana"
Jawab Waluyo
" Tuan, Hadiah sayembara di Wijonayem sangat mengesankan bagi kita"
Ucap salah satu penasehat seumuran 45 thn lebih berjenggot abu abu kurus agak
tinggi.
" Menurut kalian, apakah Akik Kumenteng masih berkhasiat? Apabila digunakan?,"
Tanya Waluyo
" Kenapa Tuan mengatakan seperti itu?"
" Bukankah Akik Kumenteng sebelumnya benda yang berkhasiat?"
Ucap salah satu tetua Wilayah bagian kota Barat Alingkukoh yang di situ
berdiri bersama.
" Hanya saja ini sebuah akik, dan khasiatnya menjadi kuat apabila di gunakan,"
Kata salah satu tetua lainnya
"Kemungkinan, karena dijadikan hadiah pada sayembara kali ini yang membuat
pusat perhatian semua warga termasuk Solor"
" Lantas kenapa Solor berantusias terlihat khawatir tentang hal itu?,
bukankah suatu yang istimewa apabila sebuah Sayembara menghadiahkan Akik yang memiliki khasiat?"
Gumam tanya Waluyo kepada dirinya sendiri tetapi terdengar kepada tetua tetua
didepannya yang seraya bergegas duduk
"Apakah tuan Solor kemari tuan? memangnya apa yang telah di katakan oleh tuan Solor?"
Tanya tetua yang ada disitu berkumpul di tengah2 bangunan Joglo beralas karpet
" Saya sempat heran terhadap kedatangan Solor secara tiba tiba kesini"
" Dan dia hanya sempat menunjukan surat dari temannya yang bertulis tentang
Panggung di Lemah Angker "
Ucap Waluyo sambil menggerakan kakiknya berjalan menuju kursi melewati
beberapa orang yang disitu hingga sampai dia menduduki kursi terbuat dari kayu
yang berukir pada sandarannya.
" Tuan, memanglah Hadiah Sayembara kali ini membuat banyak orang berantusias
dan menjadi pusat perhatian"
"Baru kali ini hadiahnya sebuah benda yang memiliki khasiat, dan juga untuk
para pemuda"
" Sesatu yang hebat apabila bisa diturunkan kepada para pemuda untuk
melanjutkan Kekesatriaanya apabila memiliki akik tersebut, tuan"
Gumam salah satu tetua mengucapkan yang sembari semua tetua tetua duduk
bersila berhadapan di bawah depan kursi yang Waluyo duduki.
" Bukan masalah itu...."
Dengan menghela nafas, Waluyo mencoba mempertanyakan sesuatu yang sepertinya
berat untuk dikatakan.
" Bolehkah saya mengatakannya disini?"
Kata Waluyo Karman
Tampak tidak seperti biasanya Waluyo Karman mau berbincang bincang tetapi
musti harus meminta ijin dahulu membuat keempat tetua merasa bingung sebagian
canggung.
" Mengatakan apa tuan?
Kata salah satu tetua kota Barat Alingkukoh
" Apakah dari kalian mengetahui tentang Lingkaran Kegelapan?"
Tanya Waluyo merasa berat
" Maksud anda Batin Pangikrar??"
Jawab salah satu tetua
" Iya, Batin Pangikrar"
Tambah Waluyo Karman menjelaskan lagi
" Hmmm... itu sangat kuno tuan, tetapi entahlah apakah Lingkaran itu masih
dapat bekerja?"
Sahut tetua lainnya
" Batin Pangikrar itu selalu ada, dan masih bisa.."
" Tetapi sebaiknya kita segera melupakan itu"
Kata tetua lainnya
"Dan sekiranya itu tidaklah perlu terlalu dikhawatirkan"
" Akik Kumenteng bukanlah dari Lingkaran itu"Gumam tetua lainnya
" Aku juga sependapat dengan itu, Akiknya bukan dari Batin Pangikrar, karena
akik itu yang membawa dari kelima penambang Lawes"
" Mana mungkin seorang budak membawa pusaka?"
Kata tetua lainnya sambil sedikit mengejek
" Dan Akiknya sudah di garami, tentu saja bukan dari Lingkaran Kegelapan tuan"
Tambah tetua lainnya
" Hanya saja saya penasaran dengan Solor, kenapa dia kehilahatan khawatir
dengan berusaha mengetahui seluk beluk Akik Kumenteng?"
" Dan juga surat yang dibawanya, bertuliskan merujuk tentang bangunan Panggung di Lemah Angker, memangnya akan ada sesuatu yang akan dibangun??"
" Apakah kalian tahu hal ini?"
" Dari mana adanya sanggahan seperti itu tuan?"
" Saya kira tuan Solor mengada ada..."
Kata Tetua lainnya lagi
" Sepertinya ini serius, aku juga ingin mengetahui hal ini secepatnya..."
Kata Waluyo Karman
"Tuan, bukankah tidak perlu untuk dikhawatirkan kepada pemanang sayembara
apabila telah memiliki Akik itu?"
" Dan juga anda sepertinya sudah mengetahui untuk siapa saja peserta
sayembara ini? Kalau bukan untuk generasi pengelana kita?"
Ucap salah satu tetua
" Sungguh, karena pemberitahuan dari Solor tadi membuatku ikut kawatir
mengenai hadiah sayembara yang ada di Wijonayem"
Kata Waluyo Karman
" Apakah kalian sudah ada yang memiliki daftar informasi peserta ?"
Tanya Waluyo kepada semua tetua
" Tentu saja tuan, diperpustakaan kota Tengah telah mencatatnya perihal
Sayembara ini"
Ucap salah satu tetua
" Baguslah"
" Darmaji, anda segeralah pergi ke perpustakaan untuk mencari tahu dari mana
saja peserta sayembara ini"
"Saya kira hari ini sudah cukup tahu banyak siapa yang telah mengikuti
sayembaranya"
Ucap Waluyo kepada Darmaji salah satu Tetua bagian informasi wilayah kota
Barat Alingkukoh yang paling muda umurnya.
" Baiklah Tuan"
Ucap Darmaji
Tidak perlu mengambil banyak waktu tetua yang ditugaskan oleh Pemimpin kota
Barat Alingkukoh segera berdiri dari duduk silanya sembari mengucapkan salam
kepada semua anggota disitu.
" Saya hendak pergi mencari informasi Daftar Pesertanya, tuan"
Ucap Darmaji berpamitan
"Baiklah"
Ucap Waluyo
Darmaji berjalan meninggalkan kumpulan tetua dan juga pemimpin kota barat.
Didalam bangunan Joglo pusat pemerintahan kota barat Alingkukoh, Darmaji
berjalan melalui koridor menuju ruangan lainnya yang ada di sebelah timur ruang
dimana para tetua tadi berkumpul atau sebagai ruang utama.
Darmaji berjalan melewati dinding dinding koridor kayu berukir dan tidak lupa
beberapa lampu lilin juga telah dilewatinya menuju ruang berikutnya.
Ruangan ini disebut ruang pertahanan kota Barat Alingkukoh, setiba di ruangan
ini, ruang yang sedikit luas yang juga memiliki dinding kayu coklat gelap
berukiran daun dan beberapa lambang kota Alingkukoh dan juga beberapa slayer
kain dan juga benner.
Darmaji bertemu dengan lima orang penunggu Ruang pertahanan yang duduk dikursi meja tengah sembari mengajak dua orang untuk pergi ke kota Tengah Alingkukoh.
" Dua Orang hendak mengikuti saya ke kota tengah guna suruhan dari Tuan Waluyo"
Ucap Darmaji kepada kelima orang penjaga ruang pertahanan yang sedang duduk
di meja tengah ruangan.
Dengan begitu salah kedua orang berdiri seraya menghampiri Darmaji.
" Hendaklah membawa buku catatan juga untuk menyalin"
Ucap Darmaji
Bergerak membalikan badan Darmaji berjalan meninggalkan ruang Pertahanan dari bangunan Joglo pusat kota Barat Alingkukoh menuju keluar.
Salah satu orang penjaga tadi mengikuti Darmaji yang satunya mempersiapkan
peralatan buku catatan.