Chereads / Chandraklana : Pengembara Bulan Sabit / Chapter 9 - Bab 9 - Warung dan Pondok Kecot

Chapter 9 - Bab 9 - Warung dan Pondok Kecot

Hujan rintik-rintik mulai turun ketika Solor tiba di Warung dan Pondok Kecot, sebuah tempat peristirahatan yang cukup terkenal di kalangan para pengelana Sanajayan.Di puncak tebing setinggi lima belas meter, Warung dan Pondok Kecot berdiri megah, menyerupai cangkang keong raksasa yang menyatu dengan alam. Atap melengkungnya berwarna kuning kecokelatan, dihiasi tali lampu ublik yang memancarkan cahaya hangat menyebar sampai daratan. Dinding kayu berukir dan lapisan kulit pohon menambah nuansa tradisional.Pengunjung mencapai tempat ini melalui jalan spiral dari batu gamping, dikelilingi pemandangan lembah hijau bak lautan rumput yang menggelombang.Di puncak, aroma wedang kunir jahe dan angin sejuk menyapa, membuat tempat ini menjadi persinggahan sempurna bagi jiwa yang lelah.Warung itu tampak ramai. Para pengunjung, sebagian besar pengelana dan pedagang, duduk di bangku panjang yang mengelilingi meja-meja kayu besar. Suara obrolan bercampur dengan derai tawa dan denting piring. Aroma wedang kunir jahe dan sate ayam panggang tercium tajam di udara.Solor memacu kudanya, Wus-Wus, mendekati bangunan tersebut. Seekor semut besar berwarna kermerahan dengan tubuh mengilap melompat dari pelana belakang, mendarat di tanah dengan cekatan. Semut Angkrang itu, yang menjadi teman setia Solor, menarik perhatian beberapa anak kecil yang berlari mendekat untuk melihatnya lebih dekat.Di beranda depan, Koro—pemilik warung—tersenyum lebar dan melambai."Tuan Solor, akhirnya kau mampir juga! Sudah lama aku tak melihatmu," sapa Koro dengan suara hangatnya.Bersamanya, Gunadir, seorang pria paruh baya dengan perut buncitnya, dan Arindi, wanita muda yang membantu menjaga warung, berdiri menyambut Solor."Kau pasti lelah. Masuklah, dan biar kami siapkan makanan untukmu," kata Arindi sambil membukakan pintu.---Pertemuan dengan Tiga PemudaDi dalam warung, Solor duduk di salah satu sudut yang agak sepi. Tak lama, tiga pemuda yang tampak bersemangat mendekatinya. Mereka adalah Agniran, Anggoro, dan Joko—tiga calon peserta Sayembara Pengembara Bulan Sabit berikutnya."Benarkah ini tuan Solor Jayusman? Mantan Pengembara Bulan Sabit?" tanya Agniran dengan nada kagum."Benar, itu dia! Aku pernah mendengar tentang teknik jebakanmu yang terkenal membuat lawan roboh tak bergerak!" sambung Handoko.Solor tersenyum kecil, menggeleng pelan. "Itu hanya keberuntungan. Tidak ada yang perlu dibanggakan," jawabnya rendah hati.Namun, ketiga pemuda itu tak berhenti. Mereka terus mengajukan pertanyaan tentang teknik bertarung dan pengalaman Solor selama masa jabatannya sebagai Pengembara Bulan Sabit. Sambil menjawab beberapa pertanyaan, Solor sesekali melirik meja lain, di mana beberapa pengunjung tengah membahas sesuatu dengan nada serius.---Fenomena Tiang Cahaya"Tiang cahaya itu tadi luar biasa," ujar seorang pria tua di meja seberang."Iya, aku juga melihatnya. Apa itu semacam pertanda?" tambah seorang wanita."Entahlah. Tapi aku mendengar ada yang menyebut ini berkaitan dengan ramalan kuno," ujar pria lainnya.Solor mendengar percakapan itu, namun memilih untuk diam. Dia tahu fenomena tiang cahaya itu berkaitan dengan Batin Pangikrar, namun dia tak ingin membahasnya di tempat umum. Baginya, semakin sedikit orang yang tahu, semakin aman semuanya.---Pesan dari KoroSetelah menikmati makanan sederhana, Solor mendekati Koro untuk memesan kamar."Kamar nomor tiga di lantai dua sudah kusiapkan untukmu," kata Koro sambil menyerahkan kunci kayu. Namun sebelum Solor pergi, Koro mengeluarkan sebuah gulungan kertas dari balik meja."Ini untukmu. Kurir dari Aliansi menitipkannya padaku beberapa hari lalu," ujar Koro.Solor menerima gulungan itu dengan dahi berkerut. Sebelum pergi, Koro bertanya dengan nada pelan, "Solor, kau tahu sesuatu tentang tiang cahaya itu? Beberapa orang bilang ini pertanda Malapetaka Penutup. Apa itu benar?"Solor menatap Koro dengan wajah serius. "Malapetaka Penutup adalah sesuatu yang paling kutakutkan. Aku harap ini tidak ada hubungannya dengan itu.""Tapi kenapa tiang cahaya itu muncul?" desak Koro.Solor mendekat dan menjawab dengan suara nyaris berbisik, "Aku hanya tahu satu hal—aku menerima gulungan dari Aliansi yang memberitahu tentang Sayembara berikutnya. Hadiah utamanya adalah pusaka Akik Kumenteng."Koro terkejut. "Pusaka? Apa mereka sudah mulai mengangkat larangan itu?""Belum ada yang pasti," jawab Solor. "Tapi aku yakin ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi."---Lantai Dua: Tempat PeristirahatanSolor naik ke lantai dua. Suasana di sana terasa tenang. Interiornya khas Jawa, dengan dinding kayu yang dihiasi ukiran gebyok bermotif keong. Dinding-dinding itu dipoles mengilap, menciptakan nuansa hangat dari lampu ublik yang dipasang di beberapa sudut. Pot-pot tanah liat besar dengan tanaman hijau tertata rapi, menambah harmoni ruang yang terasa sejuk.Solor masuk ke kamarnya, yang dilengkapi ranjang kayu sederhana dan jendela kecil menghadap hamparan rumput seperti samudra. Sebelum tidur, dia membuka gulungan dari Koro. Di dalamnya tertulis undangan penting dari Aliansi, memintanya segera ke Wulansana untuk menghadiri sebuah pertemuan rahasia :Undangan Resmi dari Aliansi SanajayanKepada Yth.Solor JayusmanDi NawijemDengan hormat,Aliansi Sanajayan, sebagai lembaga yang menjaga keseimbangan dan kedamaian bagi seluruh warga Sanajayan, dengan ini mengundang para mantan Pengembara Bulan Sabit untuk hadir dalam pertemuan yang sangat penting. Pertemuan ini diselenggarakan untuk membahas isu-isu terkini yang berkaitan dengan masa depan Batin Pangikrar dan keselamatan dunia Chandraklana.Acara ini akan dilaksanakan pada:Hari, Tanggal: Dhesta ing sapar kawektu enjingTempat: Aula Utama, Kota Wulansana, Ruang Perundingan Aliansi (Graha Penyangga Langit)Pertemuan ini sangat penting, dan kami mohon kehadiran Anda, mengingat pengalaman dan pemahaman yang Anda miliki akan sangat berguna dalam menyelesaikan permasalahan yang kita hadapi bersama. Segala keputusan yang akan diambil memerlukan kehadiran dan partisipasi Anda.Kami menantikan kehadiran Anda yang penuh perhatian dan kerjasama demi masa depan yang lebih baik bagi kita semua.Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.Hormat Kami,Aliansi SanajayanSolor menatap gulungan itu lama, sebelum akhirnya memutuskan. "Aku tidak punya tujuan lain saat ini. Mungkin ini saatnya aku mencari jawaban."Dengan pikiran penuh pertanyaan, Solor merebahkan diri di ranjang, mempersiapkan dirinya untuk perjalanan ke Alingkukoh.---Bagian ini menggabungkan nuansa tempat yang kuat, interaksi karakter, dan menanamkan elemen misteri untuk bab selanjutnya. Apakah sesuai dengan yang kamu bayangkan?