Chereads / Chandraklana : Singularity Of The Grand Prize / Chapter 12 - Kota Alingkukoh Timur

Chapter 12 - Kota Alingkukoh Timur

Sore hari berawan putih lurus seperti goresan kuas berlangit biru ke oren dan 

sedikit kemerahan diatas langit kerajaan tebing Alingkukoh.

Sinar matahari yang menyorot dari barat di halangi beberapa awan lurus 

sehingga tampak garis garis cahaya kekuningan menabrak bangunan bangunan tinggi kota Alingkukoh yang membuat sebagian wilayah kota timur agak gelap.

Dilihat dari atas wilayah kota Timur ini tampak kotak kotak penataan kota yang 

tersusun rapi dengan dilengkapi ditengah tengah terdapat taman berbentuk kotak 

yang terbesar di kerajaan Alingkukoh mengelilingi bangunan joglo pusat kota 

Timur Alingkukoh.

Di pelataran bangunan pusat kota Timur Alingkukoh ini terlihat ada beberapa 

orang berkerumanan didepan kantor pusat kota Timur yang dipimpin oleh wanita 

bernama Sriyandi Warniyah.

Ada seorang ibu yang belum terlalu tua bersama dua anak berumur sepuluh tahun 

dan satunya tujuh tahun yang hendak mengantar jualannya ke desa dekat hutan 

Ronoasri sebelah barat dekat kota Alingkukoh.

" Tolong kami Nyai, kami takut untuk keluar kota lagi kalau begini, mereka 

kira saya hendak pergi ke Wijonayem, tetapi kami sekeluarga mau mengantarkan 

bawang ke Ronoasri"

" Para kelompok itu memaksa jari tangan kami mencelupkan ke tinta kalau tidak 

kami akan dibunuh!"

"Begitupun suami saya setelah itu disuruh mengikuti mereka" 

" sungguh kami tidak mengerti maksudnya"

Ucap Seorang ibu memperlihatkan bekas tinta hitam yang ada pada jarinya dan 

juga kedua anaknya.

" Apakah kalian tidak tahu kejadian ini?"

Tanya Sriyandi kepada salah satu kru pimpinan Wilayah kota Timur Alingkukoh.

" Tidak, Kami baru saja mengetahui hal ini" 

Kata Tugeni Luron panglima kota Timur Alingkukoh.

" Tuan, Nyai, saya kaget waktu itu didatangi oleh mereka, saya mengira mereka 

mau merampok kami, setelah itu suami saya diajak untuk mengikuti mereka tanpa 

bicara kepada saya "

" Sebagai gantinya kami dipaksa mencelupkan jari kami ke tinta " 

Ucap Ibu itu cemas

" Ada apa ini?"

Kata Sriyandi

" Saya juga hendak mencari bantuan, tetapi mereka bersikeras akan merusak 

cikar saya apabila tidak segera ke Timur"

Tambah ibu itu

" Kalian dimana saat itu?"

Ucap Sriyandi

" Kami di hutan Ronoasri Nyai"

Jawab Ibu itu

" Beraniya mereka melakukan itu diwilayah kita, Tug."

Ucap Sriyandi

Mengetahui dari tempat kejadian bahwa Ronoasri merupakan dekat kota Alingkukoh 

yang juga termasuk wilayah wawasan kota Alingkukoh.

" Kalian segera bantu bersihkan tinta yang ada pada jari dan kedua anak ini" 

Ucap Sriyandi kepada petugas lain yang ada di sampingnya

" Tugeni segeralah anda melapor kepada raja atas kejadian ini" tambah Sriyandi 

menugaskan

"Bu segeralah anda masuk kekantor untuk keterangannya serta pembersihan tinta 

pada jari anda dan anak anda silahkan"

" Baiklah" 

Ucap ibu itu sambil menggandeng kedua anaknya memasuki kantor pusat Kota Timur 

Alingkukoh

" Yang lain tolong bawa masuk cikar ibu itu serta tutupi" tambah Sriyandi 

kepada petugas lainnya yang ada di samping Sriyandi.

Berjalan menaiki tangga menuju masuk bangunan Joglo sembari petugas petugas 

kantor memasukkan cikar ke halaman kantor ada juga yang bubar melanjutkan tugas 

masing masing diselingi petugas yang sambil menyalakan lampu lampu ublik 

sekitaran bangunan ini.

Didalam kantor pusat Wilayah kota Timur Alingkukoh yang luas beralas karpet 

abu abu putih, dan ada empat tiang besar kotak berukir disetiap sudut persegi 

menyanggah atap Joglo. Banyak pot pot besar berwarna coklat gelap ditanami 

dedaunan Hijau di setiap sudut dan disetiap dekat tiang penyanggah atap. Di 

dinding yang menghadap keluar masuk pintu kantor terdapat kain benner besar 

khas Alingkukoh tertempel membentuk tirai yang bawahnya terdapat empat kursi 

dan beberapa pot berdaun hijau lebat.

Disitu Sriyandi duduk bersama petugas lain kepemimpinan wilayah Kota Timur 

Alingkukoh.

Menunggu Ibu penjual bawang datang menghadap untuk dimintai keterangan setelah dibersihkannya tinta pada jari dan kedua anaknya

Ruangan berdinding kayu warna coklat tua berskat, di sisi platform beberapa 

diukir garis geometris di setiap tengahnya ukiran tiga batu berbentuk ketupat. 

Setiap tengah dindingnya terdapat lampu lilin dan di bawahnya tergantung benner 

kecil khas Alingkukoh.

Cahaya terang berwarna orange menguasai ruang itu terdengar percikan dan 

goyangan air dalam suatu wadah.

" Sudah berapa lama anda berjualan keluar kota"

Tanya seorang petugas wanita kerajaan kota Timur Alingkukoh, yang sedang 

mencuci tangan seorang ibu yang terkena tinta menggunakan kain dan baskom 

berisi air serta beberapa obat penghapus tinta di meja sambil duduk dikursi 

bersama dua orang anak.

" Pekerjaan kami pedagang sayur, biasanya kami juga melayani pesanan dari luar 

kota, biasanya saya menyuruh keponakan laki laki saya untuk mengntarkan barang 

dagangan apabila ada pesanan dari luar kota"

" Waktu itu keponakan saya sudah tiga hari yang lalu ke Wijonayem,"

" Iya dia hendak mengikuti sayembara disana"

Kata ibu itu yang duduk bersebelahan dengan kedua anak perempuannya dengan 

merasa sedikit takut dan cemas

" Apakah suami anda baik baik saja Bu?"

Tanya pekerja wanita kerajaan sambil mengusap usap membersihkan tinta di jari .

" Saya tidak tahu kemana mereka membawa suami saya"

" Hanya saja saya heran, kenapa suami saya justru malah mengikuti mereka dan 

meninggalkan kami"

" Kebanyakan dari mereka berpakaian hitam hitam dan juga memakai topeng.

Kata Ibu pedagang sayur

" Lihat bu , tintanya sulit untuk di hapus"

" Sepertinya ini bukan dari tinta biasa, karena sulit untuk dikerik"

Ucap wanita petugas berlanjut mengngkat jari tangan ibu pedagang sayur 

mendekati hidung

" Aneh, tintanya berbau wangi...." 

Gumam wanita petugas

" Bagaimana, Nduk...." 

Kata Ibu pedagang sayur kepada wanita petugas yang masih muda mencoba 

mengidentifikasi tintanya.

" Bu... tintanya berbau wangi..dan sulit untuk dihapus,

Ini bukan tinta seperti biasa pada umumnya.."

" Saya kira ini berkaitan dengan guna guna..."

Sambil mengangguk ibu itu memiliki rasa cemas. Petugas wanita juga mencoba membersihkan tinta yang ada pada kedua anak itu sambil membersihkan dengan kain kering dan memberi sedikit hiburan kecil untuk mengurangi rasa tegang mereka.

" Sementara segini bu, karena anda sedang di tunggu Nyai Sriyandi di ruang 

tengah untuk di mintai keterangan...sembari saya coba ambilkan peralatan 

pembersih lainnya"

Ucap petugas 

" Silahkan"

Tambah wanita itu

" Baik, Terima kasih, Nduk" 

Jawab ibu itu seraya berdiri mengeluarkan kakinya dari kursi yang didudukinya, 

dan membantu anaknya keluar juga dari kursi menuju keluar ruangan.

Di ruang tengah kantor Pusat Kota Timur Alingkukoh, Sriyandi duduk bersama 

beberapa tetua lain, di depan tempat perdudukan telah siaga juga beberapa 

prajurit membawa tombak, ada juga seorang laki laki membawa catatan.

Tidak lama kemudian ibu serta kedua anaknya memasuki ruang tengah dari 

samping. Hari yang semakin gelap membuat cahaya ruangan tersebut berubah 

menjadi keorenan.

" Silahkan"

" Nyai, saya baru mengetahui tinta yang ada pada ibu ini, selain sulit saya bersihkan dengan menggunakan obat, tinta ini juga berbau wangi.

Kata petugas wanita yang membersihkan tinta diikuti ibu pedagang sayur dan 

kedua anaknya yang langsung bergerak menduduki tiga kursi di bawah Ketua 

pimpinan Kota Timur Alingkukoh didepannya untuk dimintai keterangan.

" Baiklah, bagaimana persaan ibu sekarang?

Kata Sriyandi pemimpin kota timur Alingkukoh yang disamping kanan kirinya ada orang yang juga sedang menduduki kursi

" Saya cemas, selain pada suami saya, apakah kami baik baik saja dengan adanya 

tinta ini?"

Ucap petugas wanita bergegas mundur dan pergi meninggalkan ruang tengah

" Kami akan melindungi anda bu.. dan segera mengusut kejadian ini" 

" Baiklah, Bu, Pertama kali apakah suami anda dan anda sebelumnya pernah 

berinteraksi dengan kelompok ini?

Tanya Sriyandi pemimpin kota timur Alingkukoh

" Saya kira tidak pernah"

" Suami saya juga seperti biasa sebelumnya.."

Jawab Ibu itu

" Ada berapa orang perompak itu"

Tanya Sriyandi

" Ada enam orang" 

Jawab Ibu itu

" Mohon ceritakan kejadian awal dari anda berangkat dari sini"

Tanya Sriyandi

" Baik, biasanya saya juga mengantarkan barang dagangan ke luar kota, tetapi 

sebelumnya keponakan saya yang mengantar"

" Saya juga hendak membuka dagangan beberapa hari di Ronoasri, karena itu 

keluarga kami kesana"

" Saya berangkat tadi pagi dari sini, dalam perjalanan kami baik baik saja 

tidak ada tanda apapun, begitupun dengan suami saya juga seperti biasanya, 

siangnya setiba di hutan Ronoasri, waktu itu pas jalanan sepi kami di hadang 

orang orang ini menunggangi delman berwarna hitam. 

Mereka menghampiri kami dan kami disuruh untuk turun dari cikar.

Mereka menanyakan kami hendak kemana, lalu saya jawab bahwa kami mau mengantar 

dagangan ke desa Ronoasri. Salah satu dari mereka mengatakan kalau tidak perlu 

khawatir atas mereka, Mereka mengatakan bahwa sebentar lagi semua orang akan 

mati dan mengatakan apabila menjadi kelompok mereka maka akan selamat dari 

bencana yang mereka sebut malapetaka penutup yang terjadi akan datang, lalu satu orang membawa wadah tinta dan juga beberapa kertas kain yang bergambar lingkaran, saya awalnya tidak memahami gambar di kertas yang mereka tunjukan, setelah saya coba terka gambar di kertas itu mengingatkan saya pada cerita mendiang orang tua saya tentang lingkaran kuno yang berbahaya di jaman dulu. Saya tidak tahu apa nama dari gambar tersebut.

Setelah itu kami disuruh untuk mencelupkan jari ketinta, saat itu Suami saya 

di ajak bicara terpisah dari saya dan kedua anak kami .

Saya mencoba untuk memberitahu pada mereka, bahwa saya akan mengantar dagangan pesanan dari Ronoasri. Tetapi mereka bersikeras mengancam kalau tidak 

mencelupkan jari kami ketinta mereka akan merusak cikar kami.

Diwaktu itu pun saya memanggil manggil suami saya, yang agak jauh diajak 

bicara oleh kelompok perompak ini.

Tetapi justru suami saya mengayunkan tangannya mengisaratkan untuk tenang.

Entah apa yang mereka bicarakan, saya sedikit cemas karena perihal pesanan 

saya segera sampai.

Tidak lama kemudian, Suami saya menghampiri saya, dan dia menyuruh saya untuk kembali kekota.

Saya sempat menanyakan keada suami saya, bagaimana perihal pesanan kami. 

Tetapi justru suami saya menjawab dengan keadaan seperti menolak untuk 

mengantarkan dagangan dan menyuruh kami segera kembali kekota.

Setelah itu suami saya mengatakan, dia akan ikut mereka beberapa saat, saya 

mencoba lagi mengatakan kepada kelompok itu apa yang mereka mau dan lakukan 

sehingga menghalangi jalan kami. Saya sedikit menggertak juga ke suami saya 

yang mau mengantarkan pesanan justru dia mau ikut dengan perompak itu.

Sungguh kami tidak mengerti, yang saya cemaskan lagi kenapa suami saya 

mengikuti mereka"

Kata ibu Itu bercerita kejadiannya dengan keadaan cemas dan sangat gugup"

" Apakah ibu melihat tangan suami anda juga tercelup tinta hitam?"

Tanya Sriyandi

" Iya, suami saya yang pertama kali mencelupkan tinta"

Ucap jawab ibu pedagang sayur

" Aneh sekali...., Ada apa ini?"

Gumam Sriyandi sambil mengalihkan pandangan ke tetua lain yang duduk 

disebelahnya

" Kertas yang ada gambar ditunjukan"

Kata tetua lain membalas pandangan Sriyandi

" Lingkaran kegelapan jaman dulu?"

Gumam Sriyandi masih belum mengerti tentang kaitannya dengan kelompok yang 

mengancam ibu pedagang sayur

" Yang perlu kita tahu sebelumnya adalah dari mana saja perompak itu"

Gumam Salah satu tetua disamping Sriyandi

" Saya tidak tahu dari mana mereka "

Ucap ibu Pedagang

" Anda tinggalnya dimana Bu?"

Tanya Sriyandi

" Kami tinggal di bawah Nyai,"

Jawab ibu itu

" Untuk amannya, sementara ibu bisa menginap di kantor sini bersama kedua 

putri ibu, malam ini kami akan bantu menyelesaikan masalah ibu"

Kata Sriyandi kepada Ibu pedagang

" Baiklah, terima kasih Nyai.."

Jawab ibu itu

Sambil berdiri dari duduknya Ibu pedagang itu mengajak kedua anaknya 

meninggalkan kursi yang berjarak tiga meteran menghadap Pemimpin kota Timur 

Alingkukoh. Sambil berjalan membelakangi Para petinggi Kota Timur Alingkukoh, 

Ibu itu di sambut petugas wanita menyerahkan obat penghapus tinta dan 

mengajaknya ke ruang lobi peristirahatan.

" Pasti tidak hanya ibu itu yang mengalami hal seperti ini" 

Ucap salah satu tetua kota Timur Alingkukoh sedang duduk dikursi sebelah 

Sriyandi

" Sebentar, Apakah anda tahu maksud perkataan ibu tadi tentang kelompok itu 

memberikan gambar yang katanya lingkaran kuno?"

" Apa yang dimaksud Lingkaran kegelapan?"

Kata salah satu tetua lainnya yang masih duduk di kursi diruang utama kantor.

" Aku juga berpikiran seperti itu"

" Mengerikan sekali..kalau orang itu melakukannya.."

" Aliansi harus segera mengetahui ini"

Gumam Sriyandi

" Saya kira lingkaran kegelapan itu sarana bunuh diri saja..."

Kata tetua lainnya

" Mereka pikir apa mudah, membayar upah dari Lingkaran kegelapan itu?"

Kata tetua lainnya

"Bagaimana kalau semua orang tahu tentang Lingkaran Kegelapan itu?

Kata Sriyandi balik

" Orang orang sebenarnya sudah tahu, hanya saja Lingkaran Kegelapan itu 

membuat mereka semakin terlilit untuk membayar upahnya apabila ada yang 

melakukannya"

Jelas Tetua lainnya

" Lantas apa tujuan kelompok yang mencelupkan tinta pada ibu tadi?

Tanya Sriyandi pemimpin kota Timur Alingkukoh

" Tintanya, dari informasi wewangi yang muncul saya kira itu tinta yang 

berhubungan dengan kemagisan"

" Ini yang harus kita selediki juga"

Kata salah satu tetua lainnya

" Sebelum Larut malam, Saya ingin kita membicarakan ini sehingga besok pagi 

segera ada yang menindak lanjuti kejadiannya"

" Sebaiknya kita menunggu Tugeni kembali dari istana, Nyai"

Ucap salah satu tetua lainnya yang disebelah Sriyandi

" Baiklah.."