Chereads / Chandraklana : Singularity Of The Grand Prize / Chapter 11 - Kota Alingkukoh Tengah

Chapter 11 - Kota Alingkukoh Tengah

Kota Alingkukoh merupakan kerajaan yang lokasinya di sebuah tebing sangat jauh di utara desa Wijonayem. 

Kota ini terkenal dengan pertahanan karena strategis di wilayah anti pengepungan. Hanya ada satu jalan masuk ke kota ini, yaitu jembatan "Watukukoh" 

yang menghubungkan dataran bibir tebing ke gerbang tebing kerajaan Alingkukoh.

Ada tiga bagian wilayah pada kota ini, yaitu kota Barat, kota Tengah dan kota 

Timur. 

Di bagian kota Tengah merupakan wilayah Administrasi kerajaan. Dimana 

wilayah itu berdiri sebuah bangunan Bank kerajaan . Selain itu, di bagian kota 

Tengah Alingkukoh terdapat juga bangunan barak berkumpul dan pelatihan prajurit 

kerajaan. Bangunan berbentuk atap Joglo yang besar, dikelilingi pagar yang 

membalut lapang pelatihan yang cukup luas. Di bagian wilayah kota tengah dari 

semua jalan berpusat mengarah ke bangunan barak ini, dan wilayah kota tengah 

ini sebagai pusat pertahanan kota Alingkukoh.

Dari lalu lalang jalanan, Darmaji seorang tetua dari pengurus kerajaan Barat 

Alingkukoh menaiki delman beserta dua prajurit yang duduk dibalakang Darmaji.

Mengenai suruhan Pujangga sekaligus  Pemimpin kerajaan Barat Alingkukoh, Darmaji hendak menuju 

perpustakaan yang letaknya berada di depan Barak wilayah kota tengah Alingkukoh.

Ramainya jalanan sore yang cahaya matahari juga kehilangan warna putih 

terangnya membuat panas di kota itu berkurang.

Terlihat dari kejauhan Perpustakaan kota Alingkukoh mulai nampak, bangunan 

lumayan tinggi beratap prisma segi empat dan beberapa tiang tiang besar 

menyanggah atap pelataran taman perpustakaan terlihat dari samping.

Semakin mendekat delmannya menuju gerbang perpustakaan itu, hingga nampak 

jelas bangunan yang megah terbuat dari susunan batu dan juga beberapa terdapat 

relief geometris menyambungkan dari tempat lampu api yang di bawahnya bendera 

Alingkukoh ke tempat lampu lainnya dan seterusnya.

" Terima kasih"

Ucap Darmaji kepada kusir Delman kerajaan

Segera mereka bertiga turun dari delman menuju gerbang perpustakaan.

Di pintu perpustakaan mereka melewati gawang pintu yang cukup besar yang 

pintunya terbuka. Didalamnya terdapat jalan lurus beralas karpet agak putih ke 

abu abuan hingga sampai terdapat pintu yang menghadap mereka bertiga.

Terlihat rak rak buku besar tersandar di dinding aula perpustakaan berderetan, 

Darmaji berjalan lurus dengan diikuti kedua prajurit melewati beberapa orang 

yang sedang duduk membaca dan beberapa orang berlalu lalang di sekitar itu.

Dengan pelan mereka bertiga berjalan, sedikit terdengar beberapa sautan 

percakapan pengunjung perpustakaan menandakan bahwa aula ini ramai dikunjungi 

warga

Hingga melewati kumpulan empat orang paruh baya yang duduk dimeja yang paling 

dekat jalan menuju pintu ruang penjaga perpustakaan. Ketika Darmaji mau 

melewati kumpulan empat orang itu, Darmaji mendengar salah satu orang yang 

duduk berempat itu berkata menggertak kepada yang lain.

" ....saja akan terjadi perang besar.."

Mendengar itu sambil melewati Darmaji memalingkan pandangannya ke empat orang 

yang sedang duduk itu sambil tetap berjalan.

"....Pengungsian..."

Suara orang tadi semakin mengecil karena jauh tertinggal dari langkahnya 

Darmaji menuju pintu ruang yang ada di perpustakaan.

Setiba dipintu ruangan, Darmaji mengetuk pintu dan mengucapkan salam 

Dukk..dukk..

" Saya dari kota barat, meminta ijin untuk masuk ruangan "

Ucap Darmaji

" Silahkan masuk"

Ucap suara sedikit serak dari dalam ruangan

Dibukalah gagang pembuka pintu ruangan oleh Darmaji dan masuk beberapa langkah 

terlihat ada dua orang duduk di meja menghadap satu orang duduk di meja juga 

yang di belakangnya ada balkon dan terdapat dua orang satunya membersihkan 

sangkar dan satunya sibuk mengelus elus burung Jambul di sebelah tangga 

melingkar yang sebelahnya

orang duduk di meja sendiri berambut gelung memakai sumping keemasan, orang 

ini adalah penjaga dan pengurus perpustakaan.

" Bagaimana kanda"

Ucap wanita itu

" Saya disuruh Waluyo untuk menulis kembali daftar peserta Sayembara di 

Wijonayem"

Kata Darmaji yang masih berdiri disamping wanita yang duduk sendiri di meja.

Mendengar itu Wanita penjaga perpustakaan segera menanyakan pada kedua pria 

didepannya

" Apakah ada surat kabar yang terbaru dari Wijonayem?"

Tanya Wanita itu kepada dua orang yang duduk dimeja sebelah sebrang depannya.

"Terakhir tiga hari yang lalu, burung yang terakhir belum juga kembali"

" Petugas kami belum ada yang kembali dari sana"

Ucap pemuda yang duduk dimeja yang menghadap meja Wanita itu.

"Lalu apakah ada daftar peserta sayembara?"

Ucap Darmaji kepada wanita 

" Terakhir yang kita dapat pesertanya lebih banyak dari pada sayembara yang 

lalu"

" Sebagian terbanyak dari Wulansana "

" yang lain dari Tantruno, Winihdibyo juga banyak, "

" Kemungkinan juga pendaftaran sayembara akan segera ditutup, perihal beberapa 

hari lagi diadakan"

Ucap Wanita itu sambil mencari gulungan daftar peserta yang ada di mejanya.

" Ini "

Ucap Wanita itu memberikan gulungan kepada Darmaji

Diterimanya gulungan itu oleh Darmaji. Seketika dia membuka dan melihat isi 

dari gulungan.

Didalam isi gulungan tersebut :

"URUTAN PERWAKILAN PESERTA SAYEMBARA DARI TERBANYAK"

Wulansana

Tantruno

Winihdibyo

Alingkukoh

Kaliwangi

Bensria

Wismojayan

Daturaman

Loralas

Maulsari

Gunaris

Lembah sungkem

Lawes

Tumpukkolu

Nawijem

Balen

Trunokhandar

Iyupan

Samigedhen

Witiniren

Dan masih banyak lagi

Berikut daftar peserta sayembara Trigaldituro 

" Banyak sekali"

Gumam Darmaji Sambil menggulung kembali, Darmaji menyerahkan 

gulungan itu kepada salah satu prajurit yang ikut dengannya untuk menyalin.

" Salinlah"Ucap Darmaji kepada Prajurit di belakangnya Mendengar itu, Segera wanita itu mempersilahkan tempat duduk bermeja yang kosong disebalahnya.

Segeralah prajurit bertindak menghampiri meja dan duduk untuk menulis apa yang 

ada pada gulungan pemberian Darmaji ke gulungan yang dia bawa sebelumnya.

Sambil menunggu menyalin tulisan Darmaji dan prajuit dibelakangnya berdiri 

disamping penjaga perpustakaan mengajaknya bicara tentang keributan di 

Ampringan.

" Banyak warga Ampringan menolak Trigaldituro, Ntah, sepertinya ada kelompok 

yang memicu keributan!" Ucap Wanita penjaga perpustakaan kepada Darmaji

" Benarkah?, sejak kapan ?"Kata Darmaji yang masih berdiri menunggu prajurit 

menyalin daftar peserta

" Saya kira sejak adanya woro woro sayembara"Jawab Wanita penjaga perpustakaan

" Mungkin ini berkaitan apa yang Tuan Waluyo cari tentang data Sayembara ini"

Jelas Waluyo menerangkan pada wanita penjaga perpustakaan

" Tuan Waluyo penasaran semenjak kedatangan Solor kesini secara tiba tiba, dan 

menanyakan tentang Grandprizenya"Kata Darmaji kepada Wanita penjaga perpustakan

" Tentu saja itu karena hadiahnya"Ucap Wanita penjaga perpustakaan

" Saya kira Solor lebih mengetahui dari pada raja kita"Sahut lagi wanita 

penjaga perpustakaan

"Alasan warga Ampringan kenapa menolak diadakannya sayembara?"Tanya Darmaji

"Saya tidak tahu apa yang akan terjadi, ini akibat dukun dukun yang berulah 

seakan mereka itu tahu apa yang akan terjadi"Gumam wanita penjaga perpustakaan

" Memangnya apa yang akan terjadi?"Tanya Darmaji serius

" Petugas kami baru mendapat berita bahwa kebanyakan warga Ampringan meminta 

kepada kepala desanya untuk menyuruh mengehentikan Sayembara dari Wijonayem"

Ucap wanita penjaga perpustakaan

"Jadi karena apa?"

" Apakah itu bersangkutan dengan apa yang tuan Solor Lakukan?"

Tanya Darmaji

" Sudah pasti karena hadiahnya, karena Sayembara diadakan 7 tahun sekali"

Tambah Wanita penjaga perpustakaan

"Jelas, kami baru saja membicarakan tentang akik bersama tuan Waluyo"

" Mereka mengatakan kalau akiknya terbuat dari apa yang telah dilarang"

Kata Darmaji

" Saya kira tidak ada pertikaian karena akik itu, karena akiknya ada lima 

puluh tahunan disini sebelum diberikan kepada Wandarimo, dan itu baik baik 

saja, tidak ada pertikaian apapun tentang akik itu" Kata Wanita penjaga perpustakaan

" Dan tentu saja semua orang yang tahu tentang Lingkaran Kegelapan itu 

menganggap Akiknya berasal dari Lingkaran tersebut karena ajaib" Tambah wanita penjaga perpustakaan

" Lantas, apa yang anda ketahui tentang Akik Kumenteng?"

Tanya Darmaji kepada Wanita yang sedang duduk di mejanya

" Dijadikan hadiah utama"

Jawabnya dengan seperti tidak terlalu memperhatikan pertanyaan yang 

dilontarkan oleh Darmaji

" Kenapa kejadian di Ampringan anda tidak memberi tahukan kepada Raja?"

Tanya Darmaji

" Petugas kami masih memastikan perkembangannya, kami juga tidak terburu 

memperkeruh acara Sayembara"

Ucap Wanita penjaga perpustakaan

" Segeralah anda memberitahu laporan apabila terjadi sesuatu tentang hadiah 

sayembara itu, apapun informasinya, saya kira tuan Waluyo sangat menunggu ini.

Kata Darmaji kepada Wanita itu

" Baiklah kanda"

Ucap wanita penjaga perpustakaan

Dengan begitu Darmaji segera berpamitan kepada petugas perpustakaan setelah 

melihat prajurit juga menunggu percakapannya dengan Wanita penjaga perpustakaan 

yang telah selesai menulis membuat salinan daftar peserta Sayembara 

Trigaldituro yang diadakan di desa Wijonayem sebelah selatan dari Alingkukoh.

" Baiklah, kami pergi dulu, terima kasih atas beritanya,

Kami akan sampaikan kepada tuan Waluyo dan juga perkembangannya kami tunggu"

Ucap Darmaji kepada Wanita penjaga perpustakaan

Mendengar pernyataan itu Wanita penjaga perpustakaan segera berdiri dari 

duduknya dan mempersilahkan untuk keluar ruangan

" Baiklah kanda kami mengerti"

Jawab wanita penjaga perpustakaan

Dengan begitu Darmaji segera keluar dari ruang penjaga perpustakaan dengan 

diikuti kedua prajurit yang satunya membawa gulungan meninggalkan hingga sampai 

menutup kembali pintu ruang penjaga perpustakaan.

Keluar dari ruangan penjaga perpustakaan, Darmaji dan kedua Prajurit berjalan 

lurus mengikuti karpet panjang yang panjangnya sampai ke pintu keluar 

Perpustakaan.

Dilihatnya para pengunjung perpustakaan seperti sudah berkurang, cahaya ruang 

aula baca pun berbeda lebih remang dari pada sebelumnya dia datang masuk ke 

ruang petugas perpustakaan.

Berjalan pelan dengan di ikuti dua prajurit mereka hingga sampai keluar 

gerbang pintu perpustakaan.

Tampak langit semburat orange diatas bangunan bangunan kota tengah Alinglukoh. 

Teruslah berjalan Darmaji keluar pagar perpustakaan sambil terlihat jelas 

bangunan barak yang megah di depan perpustakaan kota yang tersorot sinar 

matahari sore.

Menunggu di pinggir jalan Darmaji dan kedua prajurit menanti delman untuk 

mengantarkan mereka kembali ke wilayah Kota Barat Alingkukoh.