Kota Alingkukoh merupakan kerajaan yang lokasinya di sebuah tebing sangat jauh di utara desa Wijonayem.
Kota ini terkenal dengan pertahanan karena strategis di wilayah anti pengepungan. Hanya ada satu jalan masuk ke kota ini, yaitu jembatan "Watukukoh"
yang menghubungkan dataran bibir tebing ke gerbang tebing kerajaan Alingkukoh.
Ada tiga bagian wilayah pada kota ini, yaitu kota Barat, kota Tengah dan kota
Timur.
Di bagian kota Tengah merupakan wilayah Administrasi kerajaan. Dimana
wilayah itu berdiri sebuah bangunan Bank kerajaan . Selain itu, di bagian kota
Tengah Alingkukoh terdapat juga bangunan barak berkumpul dan pelatihan prajurit
kerajaan. Bangunan berbentuk atap Joglo yang besar, dikelilingi pagar yang
membalut lapang pelatihan yang cukup luas. Di bagian wilayah kota tengah dari
semua jalan berpusat mengarah ke bangunan barak ini, dan wilayah kota tengah
ini sebagai pusat pertahanan kota Alingkukoh.
Dari lalu lalang jalanan, Darmaji seorang tetua dari pengurus kerajaan Barat
Alingkukoh menaiki delman beserta dua prajurit yang duduk dibalakang Darmaji.
Mengenai suruhan Pujangga sekaligus Pemimpin kerajaan Barat Alingkukoh, Darmaji hendak menuju
perpustakaan yang letaknya berada di depan Barak wilayah kota tengah Alingkukoh.
Ramainya jalanan sore yang cahaya matahari juga kehilangan warna putih
terangnya membuat panas di kota itu berkurang.
Terlihat dari kejauhan Perpustakaan kota Alingkukoh mulai nampak, bangunan
lumayan tinggi beratap prisma segi empat dan beberapa tiang tiang besar
menyanggah atap pelataran taman perpustakaan terlihat dari samping.
Semakin mendekat delmannya menuju gerbang perpustakaan itu, hingga nampak
jelas bangunan yang megah terbuat dari susunan batu dan juga beberapa terdapat
relief geometris menyambungkan dari tempat lampu api yang di bawahnya bendera
Alingkukoh ke tempat lampu lainnya dan seterusnya.
" Terima kasih"
Ucap Darmaji kepada kusir Delman kerajaan
Segera mereka bertiga turun dari delman menuju gerbang perpustakaan.
Di pintu perpustakaan mereka melewati gawang pintu yang cukup besar yang
pintunya terbuka. Didalamnya terdapat jalan lurus beralas karpet agak putih ke
abu abuan hingga sampai terdapat pintu yang menghadap mereka bertiga.
Terlihat rak rak buku besar tersandar di dinding aula perpustakaan berderetan,
Darmaji berjalan lurus dengan diikuti kedua prajurit melewati beberapa orang
yang sedang duduk membaca dan beberapa orang berlalu lalang di sekitar itu.
Dengan pelan mereka bertiga berjalan, sedikit terdengar beberapa sautan
percakapan pengunjung perpustakaan menandakan bahwa aula ini ramai dikunjungi
warga
Hingga melewati kumpulan empat orang paruh baya yang duduk dimeja yang paling
dekat jalan menuju pintu ruang penjaga perpustakaan. Ketika Darmaji mau
melewati kumpulan empat orang itu, Darmaji mendengar salah satu orang yang
duduk berempat itu berkata menggertak kepada yang lain.
" ....saja akan terjadi perang besar.."
Mendengar itu sambil melewati Darmaji memalingkan pandangannya ke empat orang
yang sedang duduk itu sambil tetap berjalan.
"....Pengungsian..."
Suara orang tadi semakin mengecil karena jauh tertinggal dari langkahnya
Darmaji menuju pintu ruang yang ada di perpustakaan.
Setiba dipintu ruangan, Darmaji mengetuk pintu dan mengucapkan salam
Dukk..dukk..
" Saya dari kota barat, meminta ijin untuk masuk ruangan "
Ucap Darmaji
" Silahkan masuk"
Ucap suara sedikit serak dari dalam ruangan
Dibukalah gagang pembuka pintu ruangan oleh Darmaji dan masuk beberapa langkah
terlihat ada dua orang duduk di meja menghadap satu orang duduk di meja juga
yang di belakangnya ada balkon dan terdapat dua orang satunya membersihkan
sangkar dan satunya sibuk mengelus elus burung Jambul di sebelah tangga
melingkar yang sebelahnya
orang duduk di meja sendiri berambut gelung memakai sumping keemasan, orang
ini adalah penjaga dan pengurus perpustakaan.
" Bagaimana kanda"
Ucap wanita itu
" Saya disuruh Waluyo untuk menulis kembali daftar peserta Sayembara di
Wijonayem"
Kata Darmaji yang masih berdiri disamping wanita yang duduk sendiri di meja.
Mendengar itu Wanita penjaga perpustakaan segera menanyakan pada kedua pria
didepannya
" Apakah ada surat kabar yang terbaru dari Wijonayem?"
Tanya Wanita itu kepada dua orang yang duduk dimeja sebelah sebrang depannya.
"Terakhir tiga hari yang lalu, burung yang terakhir belum juga kembali"
" Petugas kami belum ada yang kembali dari sana"
Ucap pemuda yang duduk dimeja yang menghadap meja Wanita itu.
"Lalu apakah ada daftar peserta sayembara?"
Ucap Darmaji kepada wanita
" Terakhir yang kita dapat pesertanya lebih banyak dari pada sayembara yang
lalu"
" Sebagian terbanyak dari Wulansana "
" yang lain dari Tantruno, Winihdibyo juga banyak, "
" Kemungkinan juga pendaftaran sayembara akan segera ditutup, perihal beberapa
hari lagi diadakan"
Ucap Wanita itu sambil mencari gulungan daftar peserta yang ada di mejanya.
" Ini "
Ucap Wanita itu memberikan gulungan kepada Darmaji
Diterimanya gulungan itu oleh Darmaji. Seketika dia membuka dan melihat isi
dari gulungan.
Didalam isi gulungan tersebut :
"URUTAN PERWAKILAN PESERTA SAYEMBARA DARI TERBANYAK"
Wulansana
Tantruno
Winihdibyo
Alingkukoh
Kaliwangi
Bensria
Wismojayan
Daturaman
Loralas
Maulsari
Gunaris
Lembah sungkem
Lawes
Tumpukkolu
Nawijem
Balen
Trunokhandar
Iyupan
Samigedhen
Witiniren
Dan masih banyak lagi
Berikut daftar peserta sayembara Trigaldituro
" Banyak sekali"
Gumam Darmaji Sambil menggulung kembali, Darmaji menyerahkan
gulungan itu kepada salah satu prajurit yang ikut dengannya untuk menyalin.
" Salinlah"Ucap Darmaji kepada Prajurit di belakangnya Mendengar itu, Segera wanita itu mempersilahkan tempat duduk bermeja yang kosong disebalahnya.
Segeralah prajurit bertindak menghampiri meja dan duduk untuk menulis apa yang
ada pada gulungan pemberian Darmaji ke gulungan yang dia bawa sebelumnya.
Sambil menunggu menyalin tulisan Darmaji dan prajuit dibelakangnya berdiri
disamping penjaga perpustakaan mengajaknya bicara tentang keributan di
Ampringan.
" Banyak warga Ampringan menolak Trigaldituro, Ntah, sepertinya ada kelompok
yang memicu keributan!" Ucap Wanita penjaga perpustakaan kepada Darmaji
" Benarkah?, sejak kapan ?"Kata Darmaji yang masih berdiri menunggu prajurit
menyalin daftar peserta
" Saya kira sejak adanya woro woro sayembara"Jawab Wanita penjaga perpustakaan
" Mungkin ini berkaitan apa yang Tuan Waluyo cari tentang data Sayembara ini"
Jelas Waluyo menerangkan pada wanita penjaga perpustakaan
" Tuan Waluyo penasaran semenjak kedatangan Solor kesini secara tiba tiba, dan
menanyakan tentang Grandprizenya"Kata Darmaji kepada Wanita penjaga perpustakan
" Tentu saja itu karena hadiahnya"Ucap Wanita penjaga perpustakaan
" Saya kira Solor lebih mengetahui dari pada raja kita"Sahut lagi wanita
penjaga perpustakaan
"Alasan warga Ampringan kenapa menolak diadakannya sayembara?"Tanya Darmaji
"Saya tidak tahu apa yang akan terjadi, ini akibat dukun dukun yang berulah
seakan mereka itu tahu apa yang akan terjadi"Gumam wanita penjaga perpustakaan
" Memangnya apa yang akan terjadi?"Tanya Darmaji serius
" Petugas kami baru mendapat berita bahwa kebanyakan warga Ampringan meminta
kepada kepala desanya untuk menyuruh mengehentikan Sayembara dari Wijonayem"
Ucap wanita penjaga perpustakaan
"Jadi karena apa?"
" Apakah itu bersangkutan dengan apa yang tuan Solor Lakukan?"
Tanya Darmaji
" Sudah pasti karena hadiahnya, karena Sayembara diadakan 7 tahun sekali"
Tambah Wanita penjaga perpustakaan
"Jelas, kami baru saja membicarakan tentang akik bersama tuan Waluyo"
" Mereka mengatakan kalau akiknya terbuat dari apa yang telah dilarang"
Kata Darmaji
" Saya kira tidak ada pertikaian karena akik itu, karena akiknya ada lima
puluh tahunan disini sebelum diberikan kepada Wandarimo, dan itu baik baik
saja, tidak ada pertikaian apapun tentang akik itu" Kata Wanita penjaga perpustakaan
" Dan tentu saja semua orang yang tahu tentang Lingkaran Kegelapan itu
menganggap Akiknya berasal dari Lingkaran tersebut karena ajaib" Tambah wanita penjaga perpustakaan
" Lantas, apa yang anda ketahui tentang Akik Kumenteng?"
Tanya Darmaji kepada Wanita yang sedang duduk di mejanya
" Dijadikan hadiah utama"
Jawabnya dengan seperti tidak terlalu memperhatikan pertanyaan yang
dilontarkan oleh Darmaji
" Kenapa kejadian di Ampringan anda tidak memberi tahukan kepada Raja?"
Tanya Darmaji
" Petugas kami masih memastikan perkembangannya, kami juga tidak terburu
memperkeruh acara Sayembara"
Ucap Wanita penjaga perpustakaan
" Segeralah anda memberitahu laporan apabila terjadi sesuatu tentang hadiah
sayembara itu, apapun informasinya, saya kira tuan Waluyo sangat menunggu ini.
Kata Darmaji kepada Wanita itu
" Baiklah kanda"
Ucap wanita penjaga perpustakaan
Dengan begitu Darmaji segera berpamitan kepada petugas perpustakaan setelah
melihat prajurit juga menunggu percakapannya dengan Wanita penjaga perpustakaan
yang telah selesai menulis membuat salinan daftar peserta Sayembara
Trigaldituro yang diadakan di desa Wijonayem sebelah selatan dari Alingkukoh.
" Baiklah, kami pergi dulu, terima kasih atas beritanya,
Kami akan sampaikan kepada tuan Waluyo dan juga perkembangannya kami tunggu"
Ucap Darmaji kepada Wanita penjaga perpustakaan
Mendengar pernyataan itu Wanita penjaga perpustakaan segera berdiri dari
duduknya dan mempersilahkan untuk keluar ruangan
" Baiklah kanda kami mengerti"
Jawab wanita penjaga perpustakaan
Dengan begitu Darmaji segera keluar dari ruang penjaga perpustakaan dengan
diikuti kedua prajurit yang satunya membawa gulungan meninggalkan hingga sampai
menutup kembali pintu ruang penjaga perpustakaan.
Keluar dari ruangan penjaga perpustakaan, Darmaji dan kedua Prajurit berjalan
lurus mengikuti karpet panjang yang panjangnya sampai ke pintu keluar
Perpustakaan.
Dilihatnya para pengunjung perpustakaan seperti sudah berkurang, cahaya ruang
aula baca pun berbeda lebih remang dari pada sebelumnya dia datang masuk ke
ruang petugas perpustakaan.
Berjalan pelan dengan di ikuti dua prajurit mereka hingga sampai keluar
gerbang pintu perpustakaan.
Tampak langit semburat orange diatas bangunan bangunan kota tengah Alinglukoh.
Teruslah berjalan Darmaji keluar pagar perpustakaan sambil terlihat jelas
bangunan barak yang megah di depan perpustakaan kota yang tersorot sinar
matahari sore.
Menunggu di pinggir jalan Darmaji dan kedua prajurit menanti delman untuk
mengantarkan mereka kembali ke wilayah Kota Barat Alingkukoh.