Didalam Gua tambang yang gelap, hanya beberapa sinar cahaya kecil remang remang dari sinar ublik berbentuk kotak dari kaca dengan ikatan plat dari besi mengintari seluruh ublik di bagian atas dekat penutup ublik dan di bagian bawah dekat wadah isi batubara yang redup berwarna orange karena nyala api kecil hampir mau mati. Gua yang dalam berongga rongga tidak beraturan bekas galian, seluruh Gua terbungkus batu berwarna hitam agak keabu abuan, sedikit lembab dan bertekstur menonjol banyak seperti batu kristal. Dalam gua yang paling dalam semakin keras suara benturan beliung besi menghantam dinding gua, hingga bagian Rongga gua yang ter besar galiannya hingga membentuk seperti ruangan terdapat lima penambang sedang menggali. Di sekitaran dalam ruang rongga terdapat mayat tergeletak beralas kain goni, di sebelah lainnya di bagian dekat dinding Gua ada beberapa kotak kayu kecil berisi sisa sisa batu bara di sebelah tengah ruangan terdapat dua kreta berukuran panjang kedepan 1m dan menyamping setengah meter. Dan juga beberapa beliung besi tergeletak di sekitaran kreta dan beberapa sedikit tali. Tampak berjalan seseorang Separu baya, kurus tinggi berambut abu abu, dengan baju rompi kusam mau mengambil beliung besi dan memulai mencangkul menghampiri penambang lain yang sudah mengangkat beliungnya menghantam hantamkan dinding Gua.
Aryo berjalan menuju sisa penambang lainnya yang sebagian berpencar di sebelah kanan dan kirinya, dia berjalan lurus sambil menatap dua kreta hingga pandangannya sampai menatap isi yang ada pada kreta itu.
Berhentilah sejenak Aryo menatap isi yang ada pada kreta itu, terdapat beberapa cuilan dari bongkahan batu emas tergeletak di dalam kreta yang memiliki dalam setengah meter.
Aryo mengambil salah satu bongkahan batu emas itu dan dilihatnya memutar. Dibagian sisi batu ada bagian sisi lainnya tercampur emas murni. Dia segera meletakan batu bongkahan emas itu sambil mengambil lagi satu bongkahan batu emas yang lebih banyak kandungan emasnya. Dia pun melanjutkan berjalan sambil membawa batu emas itu menuju beliung besi yang tergeletak.
" Tunggu sebentar sodara sodara, bagaimana dengan batu emas ini? "
Tanya Aryo kepada Semua penambang yang sedang menggali kesusahan dn kepayahan sampai semua penambang berhenti menatap Aryo yang sedang menunjukan Batu emas yang di genggamnnya.
Penambang gemuk lngsung berjalan mendekati Aryo yang ada pada belakangnya.
Dan mengatakan.
" apakah Bisa? "
Tanya penambang gemuk kepada Aryo
" cincin ini bekerja dengan sesuatu yang berkaitan atau berhubungan, mungkin yang di maksud penjepit batu permatanya "
Kata Aryo berdiri berhadapan dengan penambang Gemuk Branas
" Saya kira sesuatu yang berhubungan itu mencakupi apa saja "
Tambah Aryo
" kalau begitu coba saja "
Kata Branas kepada Aryo
Seketika Aryo mengambil beliung yang ada pada samping sebelah kiri bawahnya dan berjalan menuju area yang agak luas di rongga ruang galian itu. Diletakannya Bongkahan batu emas ke tanah, dengan kuat tenaga Aryo mengangkat beliung besi keatas dan menghantamkannya dengan cepat ke arah bongkahan batu guna membelah dan menjadikan kecil seukuran penjepit akik.
DANGG
Hantaman beliung besi mengenai bongkahan emas, batu itu terbelah sebagian menjadi kecil kecil. Aryo langsung duduk memperhatikan bongkahan emas yang barusan dia pecah dengan beliung besi. Diletakannya beliung besi di sampingnya sembari tangan satunya mengulur menyentuh dan meratakan pecahan batu bongkahan emas.
" Bagaimana ?"
Tanya Branas berjalan mendekati pungģung Aryo yang sedang duduk didepannya
Jari Aryo meratakan pecahan batu bongkahan emas sembari mengambil pecahan kecil yang sekiranya pas di jepitkan di penjepit akik.
Diambilnya pecahan kecil itu lalu meletakannya di penjepit akik yang ada pada jari telunjuknya. Sedikit ditekan dan diputar Aryo memasang pecahan kecil bongkahan batu emas itu ke penjepit akik dengan permukaan yang sedikit ada emasnya. Sambil dilihatnya akik itu di tangan telunjuknya, dia merasa seperti ada yang komplit pada akik itu. Berdirilah Aryo dari duduknya sembari berbalik berhadapan Branas yang lebih pendek darinya.
" Lihatlah"
Kata Aryo kepada Branas
Para penambang sebagian ada yang berjalan mendekati Aryo dan Branas penasaran ingin melihat apa yang akan terjadi.
"Bagaimana? Apa kamu merasakan sesuatu?"
Tanya Branas kepada Aryo
" tidak"
" hanya saja aku merasa lebih lega melihat akik ini ada matanya, dari pada yang belum ada matanya tadi"
Ucap Aryo yang masih tangannya di depan dadanya ngambang menunjukan ke Branas
" Apa yang terjadi?"
Tanya salah satu penambang lain
" menurutmu apa yang terjadi?"
Jawab Aryo sambil mengarahkan mukanya ke Penambang yng bertanya
" Aku kira dengan akik itu akan membawa kita keluar"
Jawab penambang
" bagaimana reaksinya? Apakah kita melanjutkan menggali mencari permata?"
Tanya penambang lainnya lagi yang berada agak jauh dari ketiga orang ini
" belum ada yang tahu apa khasiatnya "
Sahut Aryo menatap penambang yang lain dari kejauhan.
Seketika itu Aryo menangkat tangan satunya dan tangan satunya mencopot akik yang ada pada jarinya, setelah terlepas akik itu diberikan ke Branas
" Cobalah pakai"
Pinta Aryo kepada Branas yang berdiri di depannya
Branas melangkahkan kakinya satu jangkah mendekati Aryo sambil meletakan beliung ketanah serta mengambil akik yang di ulurkan kedia. Diambilnya akik itu sambil memutar badannya lalu mengangkat tangannya yang sedang memegang akik keatas
" sekiranya ada yang mau mencoba??"
Tanya Branas kepada semua penambang di ruangan gua
Beberapa detik kemudian tidak ada yang mau dengan permintaan Branas untuk mencoba memakai akik yang di bawanya.Tetapi semua penambang hanya saja ada yng takut ada juga yang hanya pasrahkan ke Aryo dan Branas.
"Baiklah Aryo, bagaimana kalau akik ini aku yang pakai? Apabila terjadi apa apa biar aku yang menanggung dahulu, entah itu aku tiba tiba keluar dari gua ini meninggalkan kalian semua atau sebaliknya.."
Ucap Branas dengan sedikit tersenyum menghadap Aryo sambil tangan menyajikan akik yang di pegangnya memutar mengarah ke penambang lain.
" Pakai saja Nas .. nanti kalau kamu menghilang dan keluar dari sini jangan lupa segeralah menikah .."
Sahut salah satu Penambang lain yang berumuran lebih muda dari Aryo dan Branas dengan sedikit membuka mulut menahan sedikit tawa.
Serentak semua penambang di gua tersenyum, mendengar sahutan dan perkataan itu.
Branaspun langsung memakai akik itu di jari manis tangan kanannya, Sedikit berharap dan sedih akan nasib para penambang.
" Bagaimana Rasanya? "
Tanya Aryo ke Branas,
" Biasa saja"
" Perutku juga masih lapar "
Jawab Branas
" Yasudah, pakai saja akik itu siapa tau nanti akan terjadi sesuatu.."
Kata Aryo ke Branas
" oke "
Jawab Branas sambil mengangguk sedikit
Setelah itu para penambang kembali kepekerjaannya menggenggam beliung besi dan bersiap mencangkuli dinding Gua. Ada yang beberapa masih diam istirahat sambil bersandar pada dinding gua, Aryo berjalan pelan menghampiri mayat Hartoko, dan memilih duduk disebelahnya sebentar. Branas berjalan menghampiri tiga penambang lain yang masih belum melanjutkan galiannya yang sedang bersenderan di dinding gua.
Ketiga Penambang itu : Karto, Wiji, dan Sangeh
" coba kalian pukul aku dengan sekuat tenagamu "
Pinta Branas kepada salah satu penambang lain.
Sangeh maju menghentikan sandarannya yang ada pada dinding gua sambil mengambil tali kain diambil dari celananya lalu mengikatnya ke telapak tangannya hingga habis talinya dan sedikit menali mengencangkan.
" Mundurlah sedikit "
Pinta Sangeh kepada Branas
" tarik nafas dalam Nas"
Tambah Sangeh
Dengan sekuat tenaga siku tangan Sangeh diarahkan ke belakang bersiap menonjok perut Branas yang buncit.
Branas Pun melemaskan tubuhnya dan siap mendapat tonjokan
BAAKK
Dengan wajah nyungir Branas terasa kesakitan sambil sedikit membungkuk
" katanya sekuat tenaga?"
Ucap Sangeh kepada Branas yang sudah tahu bahwa Branas orangnya suka Humor sejak bersama didalam gua.
" Saya kira akik ini cindramata sepeninggalan Hartoko"
Gumam Branas sambil menahan nafas karena perut sdikit nyeri habis ditonjok.
" Mungkin kinerja Akiknya membuatmu Awet muda Nas, bukan menghilangkan rasa sakit karena ditonjok"
Kata Karto tersenyum dengan keadaan merasa laparnya.
Para penambang kembali merasa kehilangan harapan ketika harapan awalnya mekar datang dari sepeninggalan Hartoko. Para penambang hanya saja banyak yang menahan lapar dan haus lainnya kehabisan energy. Emaspun semakin sulit ditemukan, sudah lebih tiga bulan Digali para penambang ini hanya saja menemukan beberapa bongkahan emas yang lainnya dipecahkan untuk dijadikan mata akik tadi. Didalam wadah kreta pengangkut bongkahan emas hanya ada lima bongkahan, yang paling besar seukuran kepala bayi manusia yang lain seukuran batu batu biasanya.
Kreta satunya kosong. Rencana sebelumnya telah disusun oleh kelimabelas penambang tetapi, rencananya setelah mendapat satu kreta emas lima orang yang bisa keluar setelah menyerahkan kreta berisi emas penuh akan berusaha melarikan sampai salah satu melaporkan kejadian di tambang ke kota.Tetapi diluar dugaan rencana tambang ini seakan2 seperti sudah habis emasnya, karena sulit didapatkannya ketimbang dahulu sangat mudah, hampir hampir jarak dua meter sudah menemukan emas. Kini berpuluh meter digali jarang ditemukan emas. Dan karena inilah memicu terjadi perbudakan akibat kebengisan ketua desa Lawes yang haus akan kekayaan.
Kini tinggal lima belas penambang biasanya tiba tiba tiga atau lima bulan sekali ditambahkan dua atau tiga penambang. Yang tidak tahu sebenarnya bila masuk dalam gua tambang ini mereka diperbudak. Suara keras pukulan beliung kembali terdengar, mereka menggali dinding gua tidak datar, kebanyakan menggali lebih mengarah keatas, di dalam gua tambang banyak cabang lorongnya dari sisa galian penambang lain, dengan strategi menggali berpencar sehingga kebanyakan lorong2 gua. Semua juga mengarah lebih keatas apabila dilihat, hnya saja ke lims belas penambang ini sepakat lebih fokus menambang dalam satu jalur dan agak keatas.
Tambang Gua ini berada di perut gunung Lajejer, dalamnya gunung di gali habis habisan, para pemimpin Desa Lawes kurang memperhatikan keadaan dalam gua tambang. Dengan banyaknya pengurangan material dalam gunung akibat galian galian penambang bisa mengakibatkan gunung runtuh atau terjadi longsor, hanya saja pemimpin2 desa sering menyembunyikan apa yg terjadi pada gua ini.
Yang diraihnya hanya saja kekayaan hasil batu emasnya.
Di dalam ruang Galian terdengar lagi suara pukulan2 beliung milik penambang. Keempat penambang menggali termasuk Aryo juga, yang sebelumnya mereka sepakat menggali sampai mati membuat lorong dengan jalan yang agak keatas, dan sudah memberi tanda kepada penambang yang akan datang untuk menggali membentuk jalan keatas yang sudah di rencankan dan di tunjukan mealui tanda tanda yang dibuat Aryo dan Hartoko sebelumnya. Berkat benda sepeninggalan Hartoko sisa penambang awalnya seperti terbantu akan adanya harapan tetapi sampai saat inipun mereka masih mencari kinerja akik yang telah ditinggalkan Hartoko meninggal. Mereka menggali selain membuat jalan agak keatas, juga berharap sekali menemukan batu permata apa saja yng sekiranya cocok untuk Akik yng sekarang dipakai Branas. Penambang gemuk itu masih duduk bukan karena perutnya yg lapar tetapi karena penasaran. Berharap sekali Branas terbantu oleh akik itu.
Di sentuh sentuh akik itu oleh branas, sesekali di elus, diputar dan dilihat semendetail mungkin akik yang masih terpasang di jari manis tangan kanannya.
" Aryo.. Nama akik ini Apa ??"
Teriak Branas kepada Aryo yang sedang mencangkul didepannya sekitar lima meteran.
" Mana saya tahu, Sungguh pikirannku terganggu ketika Hartoko mau meninggalkan kita, Sya tidak sempat memikirkan tentang akik itu"
Jawab Aryo kembali membalikan mukanya dan mulai mencangkul lagi.
" Sepertinya sudah sangat kelaparan ya Nas .. "
Gumam canda Sangeh salah satu penambang agak muda.
" Bilang saja sebenarnya kamu juga ingin segera menikah kan?"
Jawab Branas ke penambang muda itu
" Haha.. aku mati disini Nas..sepertinya aku belum sempat untuk menemukan jodohku.."
Kata sangeh sambil mencangkul
" Begini saja Ngeh...cangkulkan bongkahan besar batunya dan nanti coba kuangkat"
Pinta Branas
" Ohhh tentu saja Nas.. mau di galikan berapa ton ? .." tantang Sangeh bercanda
" Galikan yang besar pokonya"
Ucap Branas sambil mengacungkan jempol ke Sangeh dan kepala mengangguk angguk
" seberapa Ngeh.." tanya Karto hendak bantu mencangkul Batu gua pintaan Branas
" Segini saja "
Jawab Sangeh sambil mengukir dengan beliungnya membentuk lingkaran menunjukan ke Karto
Seketika Karto dan Sangeh mncangkul Sebongkahan batu besar yang ada pada dinding gua. Dengan rasa capek dan lapar yang tertahan mereka mencangkul sekuat tenaga.
" coba saya ambilkan Palu dulu"
Ucap karto sambil membalikan badannya dan berjalan ke kotak peralatan yang ada di dekat Branas duduk.
" belum mencoba loncat atau jatuh Nas? Siapa tahu akiknya bekerja..."
Tanya sangeh mendekati kotak peralatan yang ada pada sebelah Branas yg masih duduk.
" apa nama Akik ini ?"
Ucap Branas
" mana saya tahu, Aryo juga tidak tahu.., pesannya sesuatu yg berhubungan kan. "
Jelas Karto sambil mengambil palu di kotak sebelah Branas
" iya sesuatu yang berhubungan,"
Gumam Branas pada diri sendiri sambil menatap melihat Karto berjalan kedepan membelakanginya menuju Sangeh yang sedang menunggu Karto membawa palu
" Paling tidak bukan harus menikah dahulu kan Ngeh??"
Ucap Barnas ke sangeh
" Haha kalau iya bagaimana ? Kita semua laki laki "
Jawab Sangeh
"Jangankan berharap Sri penjaga warung datang, Buah pisang saja tidak ada disini "
Ucap Branas dengan sedikit tertawa
Aryo dan penambang lain yng sedang mencangkulpun tersenyum bahkan sedikit membuka mulutnya.
Tidak lama kemudian Gempuran bongkahan batu yang besar segera terpisah dari dinding Gua, Branas pus segera berdiri sambil mengambil palu yang ada box di sebelahnya lalu berjalan menghampiri Sangeh dan Karto yang masih mencangkulkan bongkahan batu dinding gua pesanan Branas berniat untuk membantu mereka.
" Sisanya biar aku saja yang gempur"
Pinta Branas
"Kalian istirahatlah, atau mencari tahu kinerja Akiknya"
Ucap Branas ke Sangeh dan Karto sudah mau bantu Barnas.
" Tinggal sedikit Nas"
Jawab Karto
sambil mau ikutan menggempur Barnas sedikit mendorong menyamping badan Karto yg sedang memegang palu dengan badannya, sembari mengayunkan palu yang dipegangnya erat menghantam bongkahan Batu besar yang hampir terpisah dari dinding Gua.
BRugghhh...
Suara hantaman palu yang di hantamkan Branas memotong batu dinding gua. Lalu diayunkan lagi, dan juga lagi. Setelah terpotong bongkahan batu dinding kini sudah terpisah dari dinding gua yg besarnya seukuran badan Sapi
" cepat sekali Nas"
Ucap Sangeh ke Branas yg berhenti menggempur karena dorongan kesamping Branas tadi yg berdiri disebelahnya bersama Karto
" kini aku coba angkat "
Sareh dan Karto mundur sedikit kira kira sekitar satu setengah meter dari Branas yang mau mengangkat bongkahan batu.
Diletakannya palu yang dibawa Branas membungkuk sembari merentangkan tangan dan meletakannya di bongkahan batu besar yang didepannya hingga sampai terangkul.
" Ohh.. "
Gumam Branas kaget pelan, seketika dia berubah pikirian dan kembali berdiri membalikan badannya menghadap Sareh dan Karto
" Kamu ingin melihat kumbang mengangkat kotorannya yang besar ?"
Seketika Sareh mengerutkan dahinya serta wajah Karto yang tampak datar menunggu melihat reaksi Branas mengangkat bongkahan batu tiba tiba sedikit tersenyum mendengar clotehan Branas.
" Oke, Kalian Lihat ini "
Branas kembali membalikan badannya serta membungkuk dan menambil bongkahan batu besar yand tergeletak di depan bawahnya. Dengan cepat dia menangkat bongkahan batu besar itu dan mengangkatnya naik keatas melebihi kepalanya.
Seketika Sareh dan Karto heran dengan angkatan yang dilakukan oleh Branas membuat mereka menggerakan kakinya melangkah satu jangkah kebelakang menjauhi Branas yang sedang mengangkat bongkahan batu besar diatas kepalanya seperti dengan mudah.
" sepertinya bereaksi Akiknya"
Gumam Sareh kepada Branas
Mendengar Sareh mengatakan itu Aryo yang sedang mencangkul Dinding gua langsung menghentikan cangkulannya dibarengi menoleh kearah mereka bertiga dengan aliran keringat yang menetes di hidung
" Apakah bekerja ?"
Tanya Aryo kepada Mereka
" aku seperti mengangkat anak kambing"
Ucap Branas mengarah menatap Aryo kurang lebih tujuh meter dari posisi dia mengangkat Bongkahan batu besar itu.
Dengan begitu Aryo bergegas melangkah mengampiri Branas sambil meletakan beliungnya ketanah dibarengi Wiji mengikutinya
" Sepertinya kinerja akik ini mengurangi Beban batu "
Ucap Branas sambil menurunkan bongkahan batu besar yang diangkatnya
" Apa kamu mau mencoba?"
Tanya Branas ke Aryo
" Kenapa bisa ayah Hartoko memberikan susuk akik itu ke Hartoko ?"
Ucap Aryo menghampiri mendekat ke Branas
" Setahuku Akik bukanlah Susuk, apalagi di masukan kedalam tubuh"
Terang Branas
" Betul, bisa jadi karena susuk inilah Hartoko lebih cekatan dalam menambang dari pada kita"
Kata Aryo menjeskan
" Tapi sepertinya kekuatannya tidak seperti saat ini kan?"
Tanya Branas
"Iya.. saya juga penasaran dengan itu"
Ucap Aryo
" cobalah pakai "
Ucap Branas sambil melepaskan akik dari jarinya seraya mengulurkan ke Aryo.
" Tidak "
Jawab Aryo
" Bagaimana dengan kalian?"
Tanya Branas kepada tiga anak muda sambil mengulurkan tangannya memegang akik untuk memberikan
" coba sini apakah akiknya sudah bekerja sepenuhnya"
Kata Sareh dengan mengulurkan tangannya seraya membalikan telapak tangan kanannya untuk meminta
" Silahkan "
Diberikannya akik yang dibawanya ke Sareh
Dipakailah Akik pas pada jari manis sebelah tangan kanan Sareh seraya mengepal kepalkan guna menyamankan pemakaiannya, lalu bergegas mengambil beliung besi yang tergeletak dan mengangkatnya pada bahu sembari melangkah mendekati dinding gua.
DANG...
DANG...
DANG...
Sareh mencoba akik yang dia pakainya dengan cara mencangkulkan beliung ke Dinding batu goa, dia seketika mencangkul tiga kali pukulan karena merasa ringan beda dengan sebelum dia memakai akik.
" Oh...teresa beda aku mencangkulnya, seperti merobek kertas.."
Kata Sareh merasa senang penuh harap.
" Dengan ini akan mempermudah melawan prajurit penjaga di mulut gua!"
Tambah Sareh
" Benar sekali, apa yang telah di ucapkan Hartoko sebelumnya. Benda ini akan bekerja setelah dia meninggal"
Gumam Aryo sambil melihat Sareh terus mencoba mencangkul dinding batu goa dengan terasa ringan.
" maka dari itu Hartoko tidak bisa melakukan hal yang barusan kalian coba"
Terang Aryo kepada Branas dan kepada ketiga pemuda
" Sangat kebetulan sekali ya,"
Jelas Branas
" Begitulah, dan ternyata kinerja akik itu meringankan pemakai mengangkat beban "
Kata Aryo yang masih berdiri bersama tiga penambang lain seraya melihat Sareh ketagihan mencakul bongkahan batu dinding gua karena ajaib.
Tidak lama kemudian Aryo dan Branas merencanakan mengidentifikasi Akik itu dahulu ,hal ini dikarenakan pengetahuan mereka yang minimal tentang benda benda sakral. Bergegas Aryo memanggil Sareh
" Sareh ...kemarilah..ada rencana yang harus kita susun"
Kata Aryo mengajak Sareh menghampirinya