Chereads / Cahaya Terakhir Bulan / Chapter 6 - Pingsan

Chapter 6 - Pingsan

Bulan baru tersadar setelah beberapa jam kemudian. Ia sudah berada di atas ranjang, tangannya dalam keadaan di infus. Matanya masih agak kunang-kunang belum dapat melihat jelas ke arah sekitar. Barulah beberapa menit kemudian ia baru menyadari dirinya kembali berada di ruang UGD.

"Ibu sudah sadar? Bagaimana kondisinya, Ibu? Sudah merasa lebih baik," tanya perawat yang baru saja tiba mendapati Bulan yang sudah siuman dari pingsan.

"Kenapa saya kembali ke sini, sus? Bukannya sebelum ini saya berada di sebuah ruangan sedang bertemu dengan dokter. Apa yang terjadi pada saya? Sampai saya merasakan sakit di kepala saya sekarang. Saya ini sakit apa sebenarnya?" tanya Bulan.

"Ibu sebelumnya pingsan setelah mendengarkan vonis yang diberikan oleh dokter. Ibu harus banyak istirahat agar kondisi Ibu tak makin parah."

"Tapi saya sakit apa, Sus? Saya tidak ingat apa yang dikatakan dokter pada saya. Kenapa sebenarnya saya ini?"

"Saya tidak bisa mengatakan hal itu sekarang kepada ibu. Tim dokter yang menangani ibu melarang saya untuk mengatakannya. Karena khawatir ibu akan kembali syok dan pingsan. Lebih baik ibu sekarang beristirahat dulu sampai keadaannya benar-benar pulih. Baru nanti ibu boleh mencari tahu sebenarnya ibu sedang sakit apa."

Perawat itu bersikeras untuk tidak memberitahu kepada Bulan tentang penyakit yang dideritanya. Meski Bulan berusaha keras untuk mencari tahu. Tapi perawat itu lebih menganjurkan Bulan untuk mengistirahatkan dirinya. Sampai keadaannya benar-benar pulih barulah ia berhak tahu apa yang menimpa dirinya.

Selesai memastikan kondisi Bulan yang sudah siuman, perawat itu kemudian keluar dari ruangan. Membiarkan Bulan untuk beristirahat. Sementara Bulan berusaha untuk mengingat kejadian sebelum ia pingsan. Ia berusaha keras untuk mengingat apa yang dikatakan dokter tentang penyakitnya. Namun sayang, semakin ia berusaha justru kepalanya merasakan sakit.

Rasa sakit yang Ia rasakan semacam memberi tanda jika ia tak bisa memikirkan sesuatu terlalu keras. Keadaannya belum pulih, ia harus beristirahat dulu. Kesal karena dirinya tak mampu mengingat, ia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Ia memeriksa pukul berapa sekarang. Memeriksa beberapa pesan masuk dan panggilan masuk yang mungkin saja ada di ponselnya.

Panggilan dari pasangannya Deva yang mungkin saja khawatir akan keadaannya. Akan tetapi, dugaannya tak berbuah nyata. Tak ada pesan masuk atau panggilan masuk dari Deva. Ponselnya bahkan cenderung sunyi dari pemberitahuan yang masuk. Baik dari pesan singkat maupun dari panggilan tak terjawab.

Bulan lantas merebahkan tubuhnya dan meletakkan ponsel itu di dekat tubuhnya. Ia menatap ke arah lampu ruangan. Tepat di atas wajahnya lampu ini menyinari. Ia hanya seorang diri di ruangan tersebut. Para pasien yang lain sudah mendapatkan kamar mereka masing-masing. Ia hanya ditemani suara jam dinding yang berjalan juga suara samar-samar dari langkah kaki para suster yang mondar-mandir.

Rasa kantuk mulai menyerang matanya. Rasa sakit pada bagian kepalanya belum juga reda. Kantuk seolah membawanya memasuki alam mimpi. Dengan begitu ia bisa sedikit menghindar dari rasa sakit yang tengah menyerang kepalanya. Perlahan-lahan matanya mulai terpejam. Ia pun terlelap hingga waktu menunjukkan pagi hari.

"Selamat pagi, Bu. Bagaimana dengan kondisinya? Mimpi malam tadi cukup nyenyak?" tanya suster yang membangunkan Bulan di pagi hari.

"Kondisi saya lebih baik dari kemarin. Rasa sakit di kepala saya sudah reda. Apa itu tandanya saya sudah bisa pulang?" tanya Bulan.

"Kita tunggu keputusan dari dokter dulu, ya, Bu. Sebab yang menentukan ibu boleh pulang atau belum tergantung dari dokter yang menangani."

"Kenapa saya tidak di pindah ke ruangan, Sus? Kenapa saya masih di UGD sejak semalam? Apa ruangan nya penuh? Ruang rawat inap."

"Oh, Dokter yang meminta ibu untuk tetap ditempatkan di UGD rumah sakit. Sebab, Ibu hanya pingsan dan membutuhkan istirahat saja. Jadi, tidak perlu dipindahkan."

"Begitu, ya, Sus."

"Iya, Bu."

***

"Selamat pagi, Bu Bulan. Senang bisa melihat anda dalam keadaan lebih baik sekarang. Apa yang anda rasakan? Apa tubuh anda menunjukkan tanda-tanda?" tanya Dokter begitu tiba di tempat Bulan berbaring.

"Pagi juga, Dok. Kondisi saya sudah merasa lebih baik dari kemarin. Rasa sakit yang sempat terasa kemarin sekarang sudah mereda. Saya rasa sudah bisa pulang sekarang. Saya sudah merasa sudah enak kan."

"Baik kalau memang ibu mau pulang. Biar saya periksa dulu, ya. Untuk memastikan kondisi dari Bu Bulan sudah siap untuk pulang."

"Baik, Dok."

Sang Dokter kemudian melakukan pemeriksaan terakhir. Untuk memastikan kondisi Bulan dalam keadaan yang prima dan siap untuk meninggalkan rumah sakit.

"Bagaimana, Dok? Apa saya sudah boleh pulang?"

"Saya periksa keadaan ibu sudah stabil. Tensi dan suhu ibu sudah normal. Biar nanti saya rekomendasikan untuk pulang. Ada pertanyaan yang ibu tanyakan sebelum saya pergi?"

"Tentu, Dok. Perihal penyakit yang saya derita. Apa sebenarnya sakit yang saya derita? Kenapa saya tak bisa mengingat kejadian Ketika dokter memberikan diagnosa pada saya? Saya hanya ingat Ketika saya sadar. Apa saya mengalami gangguan ingatan untuk jangka pendek?" tanya Bulan kepada sang dokter. Ia mencecar Dokter tersebut karena rasa penasaran nya.

"Nanti ibu akan tahu. Penyakit apa yang ibu derita. Saya tak bisa bicara langsung khawatir kalau ibu akan pingsan kembali. Nanti saya akan beritahu penyakitnya dalam bentuk surat yang dimasukkan ke amplop. Dengan begitu ibu bisa membukanya di rumah dan dalam keadaan yang lebih tenang untuk menerima apapun hasil dari diagnosa."

"Ya sudah kalau memang begitu, Dok. Saya akan menunggu surat hasil CT Scan saya."

"Ada pertanyaan lagi, Bu?"

"Tidak ada, Dok."

"Kalau begitu saya permisi. Nanti kalau ada apa-apa silahkan panggil perawat dan minta bantuannya. Para perawat akan selalu siaga untuk membantu ibu."

"Iya, Dok."

Waktu terus berjalan hingga tibalah saat Bulan diizinkan untuk pulang. Perawat kemudian melepas jarum infus dari tangannya Bulan. Ia kemudian memberikan Bulan sebuah amplop yang berisi hasil CT Scan milik Bulan.

"Dibuka nanti jika sudah di rumah, ya, Bu. Sesuai dari pesan Dokter."

"Iya, Sus. Saya akan membukanya bila sudah sampai di rumah. Terima kasih banyak sudah mengingatkan.

Bulan kemudian menyelesaikan administrasi yang tersisa. Barulah ia bisa keluar dari rumah sakit. Jalannya agak sempoyongan, tapi ia berusaha untuk tetap melangkah keluar dari rumah sakit. Ia kemudian memesan taksi online untuk mengantar nya pulang ke rumah. Tak berselang lama setelah ia pesan, taksi online tersebut pun tiba.

Ia segera masuk ke dalam taksi tersebut. Taksi tersebut kemudian jalan. Bulan penasaran dengan hasil CT Scannya. Ia ingin segera membukanya tak peduli dengan apa yang dokter pesan padanya. Untuk membuka hasilnya di rumah. Meski sempat ragu, akhirnya Bulan tetap membuka amplopnya. Ia kemudian membaca hasil tersebut dan sangat amat terkejut. Ia sangat tercengang begitu membaca hasilnya.

Bersambung