Bulan merasa heran karena tidak biasanya Deva yang selalu ada waktu untuknya dan menyempatkan untuk menghabiskan waktu berdua di kala hari libur menolak ajakannya untuk pergi bersama. Padahal sebelumnya hubungan mereka sempat renggang dikarenakan kesibukan masing-masing ataupun karena beberapa masalah yang belakangan ini terjadi di antara mereka. Seharusnya pada hari ini Deva menerima ajakan dari Bulan agar mereka bisa kembali merekatkan hubungan yang sempat retak.
"Aneh sekali dengan sikap Deva. Tidak biasanya ia menolak ajakanku. Dia bukan tipikal orang yang seperti itu. Dia selalu mengusahakan apapun untukku meskipun keadaannya sedang tidak memungkinkan baginya. Tingkah lakunya biar mencurigakan Tapi biarlah Mungkin memang ia sedang sibuk hari ini. Ketimbang aku terus-terusan menaruh curiga padanya lebih baik aku mencari kesibukan yang lain untuk membunuh waktu pada hari ini," gumam Bulan yang merasa heran dengan sikap Deva pada hari ini.
Ketika Bulan hendak meletakkan ponsel dari genggamannya tiba-tiba sebuah pesan masuk. Pesan tersebut berasal dari dua kontak yang berbeda. Satu dari sang ayah dan satunya lagi dari Deva. Meski berasal dari dua orang yang berbeda tapi inti dari pesan tersebut adalah sama. Salah satunya adalah sama-sama meminta maaf kepada Bulan karena keduanya menolak permintaan Bulan untuk bertemu pada hari ini. Sisa dari pesan tersebut masing-masing memiliki tujuan yang berbeda. Bulan lebih fokus kepada pesan dari sang ayah.
Selain meminta maaf kepada Bulan sang ayah juga seperti memberikan alternatif kepada Bulan untuk menghabiskan waktunya pada hari ini. Sang ayah memerintahkan kepada Bulan untuk mengunjungi ibunya di pinggir kota dekat dengan pantai. Dikarenakan Bulan juga sudah lama tidak mengunjungi sang ibu dikarenakan kesibukannya. Bahkan terhitung sejak ia mulai bekerja ia sama sekali sudah tidak mengunjungi lagi sang ibu. Dia lebih sering untuk menghubungi dan berkomunikasi dengan sang ayah.
Awalnya Bulan merasa biasa saja dan cenderung enggan untuk menanggapi pesan dari sang ayah. Tapi kondisinya ia sudah dalam keadaan rapi dan siap untuk pergi. Menurutnya tidak ada salahnya untuk mencoba alternatif yang disarankan oleh sang ayah kepadanya. Ketimbang ya harus kembali mengganti pakaiannya lebih baik ia menuruti saja permintaan dari sang ayah untuk pergi mengunjungi sang ibu yang berada di pinggir kota. Tidak ada salahnya untuk menyambangi orang tua yang memang sudah lama tidak ia kunjungi dan sama sekali sudah terputus komunikasinya sejak lama.
Kini Bulan memiliki tujuan untuk pergi mengunjungi sang ibu yang berada di pinggir pantai. Segala persiapan sudah ia lakukan tinggal untuk memanaskan mobil dan berangkat menuju tempat sang ibu tinggal. Selepas mengunci pintu rumah dia memastikan tidak ada yang tertinggal atau meninggalkan rumah dalam keadaan yang aman agar selama perjalanan menuju tempat sang Ibu ia merasa tenang tidak ada yang ia khawatirkan pada rumah yang ia tinggali.
Matahari kian meninggi hampir tepat di atas kepala ketika Bulan sedang berangkat. Tempatnya tidak terlalu jauh juga tidak terlalu dekat. Cukup memakan waktu 2 jam untuk tiba di sana. Mungkin bisa jadi lebih cepat atau lebih lambat tergantung bagaimana keadaan di jalanan. Bulan tidak bisa membuang waktu lebih lama lagi karena ketika waktu sudah sore ia harus segera kembali pulang besok ya harus kembali bekerja.
Selama perjalanan Bulan menikmati lalu lalang kendaraan. Ia tidak terlalu memacu mobilnya dalam keadaan yang cepat. Ia mencoba untuk menikmati perjalanannya dengan memutar musik dan sesekali melihat ke arah luar. Sampailah Ia di tempat sang ibu. Segera ia memarkirkan kendaraannya tak jauh dari rumah sang ibu. Rumahnya tidak memiliki garasi tetap hanya sebidang tanah yang tersisa tidak cukup untuk mobil masuk. Sehingga ia harus memakaikan kendaraannya di pekarangan rumah milik orang lain yang sudah tidak digunakan.
Dari dalam mobil sebelumnya turun, ia melihat wanita dengan rambut yang dihiasi oleh uban. Wanita tersebut tampak sedang menyapu halaman rumahnya. Bulan dapat mengenali dengan pasti kalau itu adalah sosok sang ibu. Segera sebelum turun ia merapikan kondisi tubuhnya agar terlihat lebih pantas menemui sang ibu. Setelah dirasa persiapannya sudah matang ia kemudian turun dari mobilnya dan menghampiri sang ibu dengan perasaan ala kadarnya.
"Ibu aku datang!" seru Bulan dari kejauhan memanggil sang ibu.
Sang Ibu tak buru-buru mengenali siapa orang yang memanggil dirinya. Hingga Bulan terus berjalan mendekatnya barulah ia menyadari kalau wanita yang datang mengunjunginya adalah anaknya sendiri. Penampilan Bulan sudah banyak berubah layaknya anak-anak kota. Dengan berpakaian rapi ia menyalami sang ibu. Sang Ibu tampak senang meski agak keheranan ketika melihat anaknya tiba-tiba saja mengunjunginya.
"Eh, Bulan! Tumben sekali kamu datang ke sini. Ibu kira tadi siapa yang datang. Ibu kira kamu tidak akan lagi mengunjungi ibu atau kamu sudah benar-benar melupakan ibu. Sudah lama sekali sejak kita bertemu dan berkomunikasi," kata sang Ibu sembari mengusap kepala Bulan ketika sedang menyalaminya.
"Iya Bu. Maafkan Bulan karena baru sempat berkunjung sekarang. Bulan semenjak bekerja di kota menjadi sangat sibuk sehingga tidak memiliki waktu. Kadangkala saking sibuknya satu-satunya kesempatan untuk beristirahat hanya ketika hari libur. Sehingga tak jarang kalau misalnya hari Minggu seperti sekarang ini Bulan habiskan untuk beristirahat di rumah dan mengisi tenaga kembali sebelum di hari Senin harus kembali disibukkan dengan pekerjaan," ujar Bulan menjelaskan alasannya kenapa jarang sekali mengunjungi sang ibu.
"Iya udah, ndak apa-apa. Ibu bisa memaklumi kondisimu sekarang. Yang terpenting kamu masih sempat untuk mengunjungi ibu walau hanya sesekali. Ibu juga jadi bisa tahu keadaanmu sekarang apakah kamu dalam kondisi yang baik-baik saja atau tidak. Kamu pasti lelah sekarang ayo masuk biar Ibu siapkan minum untukmu," ujar sang Ibu mempersilakan Bulan untuk masuk bersamanya.
Bulan agak termenung sejenak melihat kondisi rumah sang Ibu dari luar. Terlihat berbeda sekali dengan rumah yang ia miliki di kota. Rumah milik sang Ibu cenderung lebih sederhana bahkan lebih terkesan seperti gubuk reot. Sangat berbanding terbalik dengan tempat tinggalnya yang sangat nyaman sehingga ia sulit untuk keluar dari rumahnya. Meski begitu hati Bulan tidak merasa tersentuh sama sekali. Ia merasa biasa saja mungkin dikarenakan kedekatannya dengan sang Ibu sangat berbeda.
Sejak perpisahan kedua orang tuanya terjadi beberapa tahun yang lalu. Bulan memang lebih dekat dengan sang ayah dan cenderung lebih dekat dengannya. Sehingga rasa simpati dan perasaan dekatnya tidak terlalu terasa ketika bersama sang ibu. Ini pun ketika mengunjungi sang Ibu karena saran dari sang ayah. Jika tidak disarankan olehnya dan kalau ia sedang tidak dalam keadaan bosan mungkin saja ia tidak akan ingat pada sang Ibu dan mengunjunginya.