Bulan menangis untuk beberapa saat karena biar bagaimanapun juga ketika ia sudah berharap tapi harapannya tidak sesuai dengan ekspektasi tentu saja ia merasakan hatinya sakit. Beberapa saat setelah ia menangis barulah ia berhenti. Dalam tangisnya ia sempat berpikir Kenapa juga ya harus menangis kalaupun memang kenyataannya tidak bisa sesuai dengan ekspektasinya untuk apa pula ia menangis bukankah memang seperti itu hal di dunia ini terjadi.
Bulan kemudian menyeka air mata yang tersisa di pipinya kemudian mencoba untuk memperbaiki dirinya dan menata kembali hatinya yang sempat kecewa. Ia kemudian mulai berdamai dengan dirinya sendiri dan mulai mencoba untuk menerima kenyataan kalau memang ayahnya tidak bisa diajak untuk bertemu pada hari ini karena lain hal yang memang tidak bisa ditinggalkan oleh sang ayah. Ketimbang terus menerus berlarut-larut dalam kesedihan dan kekecewaan lebih baik yang melakukan sesuatu yang lain yang bisa menenangkan dirinya dan membawa pikirannya menjadi lebih segar.
Ponsel masih di genggaman tangannya. Ia kemudian teringat pada sang pacar. Jika hari ini adalah hari libur seharusnya Deva bisa menemani Bulan paling tidak untuk berkeliling kota dan menyenangkan hatinya. Di samping pekerjaannya yang begitu menyibukkan dirinya keduanya juga jarang untuk menghabiskan waktu berdua belakangan ini. Terlebih ketika Bulan sudah mendapatkan promosi jabatan ia benar-benar sibuk. Bahkan ketika hari-hari yang ia lalui selama bekerja Ia habiskan sampai kadangkala ia harus lembur dan pulang ketika malam hari.
Praktis hubungan di antara keduanya tidak sedekat dulu dan komunikasi juga tidak seinten sebelumnya. Sesekali mereka berbincang ketika berpapasan di tempat kerja atau berbicara ketika sedang makan siang itu pun kalau Bulan keluar menuju kantin untuk mengisi perutnya yang kosong. Jika itu tidak dilakukan olehnya maka dapat dipastikan kalau dalam satu hari mereka tidak sama sekali bertemu dan berbincang sepatah dua patah kata. Bulan yang teringat pada Deva kemudian mencoba menghubunginya melalui sambungan telepon kembali dengan harapan yang sama seperti sebelumnya kalau diva bersedia untuk menemaninya pergi.
Bulan kemudian menghubungi Deva sambil terus menunggunya Bulan mencoba bersiap-siap agar jika Deva mau menemaninya Bulan sudah dalam keadaan yang siap dan tinggal berangkat. Tapi panggilannya kepada Deva tidak langsung begitu saja dijawab olehnya melainkan beberapa kali sambungannya tidak terhubung atau beberapa kali juga ditolak oleh Deva. Bulan dan tengah mempersiapkan dirinya mulai merasa curiga dan heran tidak biasanya dieva seperti ini kepadanya terlebih hal ini adalah hari Minggu. Seharusnya mereka menghabiskan waktu berdua seperti layaknya pasangan pada umumnya.
"Aneh sekali tidak biasanya Deva mengabaikan panggilan teleponku kecuali benar-benar dalam keadaan sibuk atau memang dalam keadaan yang tidak memungkinkan dia untuk menjawab panggilan dariku. Aneh sekali tidak biasanya Deva mengabaikan panggilan teleponku kecuali benar-benar dalam keadaan sibuk atau memang dalam keadaan yang tidak memungkinkan dia untuk menjawab panggilan dariku. Tapi biar bagaimanapun hari ini hari libur, seharusnya dia tidak memiliki kesibukan apapun di luar sana kecuali memang sudah ada janji sebelumnya," gumam bulat sambil terus bersiap-siap dan merapikan dirinya.
Setelah menunggu beberapa menit dan beberapa kali percobaan untuk menghubungi Deva. Usaha Bulan akhirnya membuahkan hasil Deva menjawab panggilannya. Segera Bulan mengambil ponselnya dan langsung berbicara kepada Deva tentang maksud dan tujuannya menghubungi Deva pada hari ini.
[Halo Deva kamu lagi di mana? Kenapa teleponku nggak kamu angkat dari tadi malah ada beberapa panggilan masuk dari ku yang kamu tolak Apakah kamu sedang sibuk saat ini?]
[Iya, halo sayang? Maaf aku tidak melihat ada panggilan masuk darimu kalau panggilan yang ketolak itu bukan niatku tapi ketika aku hendak menjawab aku salah pencet alhasil panggilannya bukannya kejawab malah ke tolak. Aku minta maaf ya,] ujar Deva menjelaskan alasannya kenapa tidak segera menjawab panggilan masuk dari Bulan dan kenapa Ia cenderung menolak panggilan masuk dari Bulan.
[Ya, udah nggak apa-apa lupain aja. Sekarang kamu lagi di mana? Ini hari Minggu dan kebetulan aku sedang bosan di rumah nggak ada kegiatan apapun yang kau kerjakan hari ini. Rumah dan aku bisa merasa senang nggak bosen. Terserah aja ke manapun kamu mau ajak aku aku akan ikut yang penting nggak di rumah dan dalam keadaan bosan seperti sekarang. Kamu mau kan ngajak aku pergi?] Bulan langsung menyampaikan maksud dan tujuannya menelpon Deva.
[Aduh gimana, ya, sayang bukannya aku mau menolak permintaanmu Tapi sekarang aku sedang tidak bisa. Aku kebetulan sedang ada urusan di luar Jadi tidak bisa untuk mengajakmu pergi hari ini. Soalnya aku juga ada janji sama orang yang memang sudah lebih dulu membuat janji kalau dibatalin tiba-tiba aku nggak enak sama orang tersebut. Aku minta maaf ya Mungkin lain kali aku janji bakalan aja kamu keluar dan kita bakalan jalan-jalan kayak dulu menikmati hari libur.]
[Yah, tapi aku mau perginya sekarang soalnya aku bosen bener-bener bosen. Kenapa tiba-tiba kamu punya janji sama orang nggak biasanya banget kamu kalau mau janjian ketemu sama orang hari minggu begini. Lagian juga kan kita ini jarang-jarang untuk keluar dan menghabiskan quality time secara bersama-sama kayak dulu. Sekarang ini kan kita sama-sama sibuk memangnya kamu nggak mau menghabiskan waktu berdua bersama-sama kayak dulu lagi?]
[Bukan begitu kamu jangan salah paham. Kalau posisinya aku bisa tentu saja aku tidak akan menolak permintaanmu. Kapan sih memangnya aku pernah nolak ketika kamu minta dianterin ke sini atau minta diajak jalan ke sana? Tapi memang sekarang kondisinya tidak memungkinkan untuk itu aku sudah memiliki janji lebih dulu dengan orang yang nggak mungkin aku membatalkannya secara tiba-tiba. Karena memang orang tersebut yang pertama penting dan yang kedua itu janji yang kami atur itu memang sudah lama dan ini memang ada urusannya sama kepentinganku yang tidak bisa aku tinggalkan. Aku tahu kamu kangen aku tahu kamu rindu dan sangat ingin untuk pergi berdua bersama seperti dulu aku pun merasakan hal yang sama. Tapi kondisinya tidak bisa seperti itu sekarang kamu aku minta untuk mengerti. Aku janji dengan kamu lain kali aku akan mengajakmu jalan-jalan ke tempat yang ingin kamu tuju kemanapun itu.]
Bulan hanya terdiam ketika mendengarkan penjelasan dari Deva yang menolak kembali ajakannya. Bulan kembali harus menerima kenyataan kalau dirinya tidak bisa pergi dari rumah untuk menikmati hari libur dan menenangkan pikirannya yang merasa jenuh dengan keadaan di rumah saat ini.
[Kumohon padamu untuk tidak marah kali ini. Aku benar-benar sudah tidak bisa untuk menemanimu sayang. Jika aku bisa tentu saja aja karena tidak akan pernah aku tolak. Malah dengan senang hati aku akan menemanimu kemanapun kamu ingin pergi tanpa kamu minta pun pasti aku lakuin. Tapi kondisinya sekarang berbeda. Aku cuma mengharap pengertian kamu agar paham kondisiku kalau sekarang aku memiliki janji sama orang lain. Aku benar-benar minta maaf.] Deva mengulangi permintaan maafnya kepada Bulan dikarenakan tidak mendapatkan jawaban dan respon dari Bulan selepas ia mengatakan semua penolakannya secara halus kepada Bulan.
Sambil mahalan nafas Bulan pun berkata, [ya sudah nggak apa-apa kalau memang begitu. Aku nggak akan maksa kamu toh kamu juga memang punya janji sama orang. Tapi kamu harus janji sama aku lain kali kita akan menghabiskan waktu berdua bersama-sama seperti dulu lagi. Memangnya kamu nggak mau nyenengin aku kayak dulu lagi terlebih kita sama-sama sedang sibuk sama pekerjaan. Ngobrol berdua pun jarang ketemu di kantor itu pun kalau senggang kalau nggak ya nggak ada komunikasi sama sekali. Pulang kantor sudah terlalu larut jadi nggak pernah kita chat-an lagi seperti dulu. Aku harap kamu juga mengerti perasaanku dan kamu nggak pernah mengecewakan aku.]
[Iya sayang terima kasih banyak kamu sudah mau ngerti keadaan aku pada saat ini. Aku janji nggak akan ngecewain kamu jika waktunya tepat dan semua momennya pas aku janji bakalan ngajak kamu buat jalan-jalan lagi kayak dulu. Yang merasa merindukan momen-momen seperti itu bukan cuma kamu seorang kok aku juga merasakan rindu yang sama seperti kamu.]
Ketika mereka sedang berbincang melalui sambungan telepon. Deva yang kebetulan sudah mengendarai mobil harus fokus dengan jalan raya. Sehingga tiba-tiba tanpa Deva sadari penumpang di sebelahnya yang merupakan seorang wanita menegur Deva karena terlalu lama dalam menelepon. Suara wanita tersebut tentu saja terdengar sampai ke telinga Bulan sehingga menimbulkan pertanyaan dan kecurigaan dari Bulan. Sedang sama siapa Deva saat ini dan hendak pergi ke mana.
[Kok ada suara perempuan di samping kamu? Kamu sedang sama siapa dan mau ke mana? Kayaknya kamu sedang di jalan ini sama seseorang. Katakan kamu sedang sama siapa dan ada urusan apa sampai-sampai kamu nggak mau nemenin aku sementara kamu justru pergi sama wanita yang lain!]
[Aku sedang pergi sama salah satu orang penting perusahaan. Nanti aku ceritakan semuanya kepadamu Sekarang aku sedang di jalan. Aku sedang bawa mobil nanti aku hubungi kamu lagi ya.] Segera Deva mematikan panggilan teleponnya untuk menghindari kecurigaan yang terus berlanjut dari Bulan.
"Kamu apa-apaan sih jelas-jelas aku lagi teleponan sama Bulan kenapa kamu malah ngomong. Nanti dia yang ada malah curiga sama kita. Aku sudah berhasil meyakinkan dia dan menolak ajakannya tapi kamu malah merusak itu semua," tegur Deva kepada wanita yang berada di sampingnya karena sudah mengacaukan semuanya.
"Ya lagian kamu sedang nyetir ngapain juga teleponan? Lagi pula mana aku tahu kalau kamu sedang teleponan sama Bulan. Emangnya kamu pikir di posisi aku seperti ini itu enak? Harus secara sembunyi-sembunyi pergi dengan kamu Dan berharap Bulan tidak mengetahui semuanya. Entah sampai kapan kita akan menjalani hubungan terus seperti ini. Aku butuh kepastian!"ujar wanita yang duduk di samping Deva yang ternyata itu adalah Dinda. Mereka berdua sedang melakukan perjalanan ke suatu tempat hanya berdua.