Aksa menghempas tubuhnya di atas kasur, ia benar-benar sangat kesal sekali hari ini. Dari banyak nya manusia yang ada di bumi ini kenapa harus Nata?
Dan juga, ia tak menyangkal bahwa Lisa akan lebih memilih bersama dengan Nata dibandingkan dirinya.
Ah! Ia benar-benar berharap apa yang terjadi hari ini adalah sebuah mimpi saja karena ada banyak hal yang ia sendiri itu terjadi di dunia nyata.
Tak ingin berpikir yang tidak-tidak seperti itu, ia langsung bangkit dari posisi berbaring nya itu dan kemudian langsung mengambil handuk untuk segera membersihkan dirinya.
Mungkin saja setelah membersihkan diri ia bisa sedikit lebih segar dan berpikir dengan sehat untuk hari ini.
Sementara itu ketika Aksa pergi ke kamar mandi, Lisa dengan ragu-ragu mengetuk pintu rumah Aksa.
Ia ingin meminta maaf dengan apa yang terjadi tentang tadi saat di kampus. Jika bukan karena Nata telah menyelamatkan hidupnya tadi pagi mungkin ia tak akan mau menerima tawaran Nata itu.
Ia yakin ini pasti telah menjadi kesalahpahaman bagi Aksa. Ah, bagaimana ia harus menjelaskan semuanya ini pada Aksa dan membuat laki-laki itu tak lagi marah.
Ia tahu, Aksa pasti marah besar dengan dirinya.
Klekk, pintu utama terbuka setelah beberapa saat ia menunggu di depan pintu itu. Terlihat Bi Darti yang merupakan pembantu rumah Aksa itu sedang mengembangkan senyum kepadanya.
"Non Lisa. Cari tuan Aksa ya?" Ucap pembantu Aksa itu.
Lisa menganggukkan kepalanya, "memangnya siapa lagi yang harus saya temui kalau bukan Aksa Bi?" Jawab Kara, sejak dulu setiap kali Bi Darti yang membuka kan ia pintu pasti akan bertanya pertanyaan seperti ini terus menerus.
Bi Darti tersenyum menampakkan deretan gigi putihnya itu.
"Ya mana tau aja gitu sesekali Jawaban nya cari tuan dan nyonya." Jawab Bi Darti.
Lisa menggelengkan kepalanya dan kemudian langsung masuk saja ke dalam rumah itu tanpa harus dipersilahkan lebih dulu oleh pembantu Aksa yang selalu akan membuat ia menjadi darah tinggi.
"Dimana Aksa?" Tanya Lisa ketika menyapu ke sekeliling nya tak mendapat kan sosok Aksa.
Ia melirik jam di dinding yang baru saja menunjuk kan pukul tujuh malam. Biasanya jam segini Aksa sudah berada di meja makan untuk makan malam.
"Tuan Aksa baru saja pulang Non, dan saat ini sedang berada di kamarnya."
"Baru pulang?" Gumam Lisa,
Ada sedikit rasa aneh ketika mendengar bahwa Aksa baru pulang. Bukankah jam kuliah mereka selesai jam tiga tadi? Lalu kemana aja Aksa hingga baru saja Pulang?
Detik kemudian ia langsung melebarkan matanya ketika mengingat bahwa hari ini mereka ada janji untuk bertemu di tempat biasa. Mungkinkah Aksa menunggu disana?
Tanpa banyak pikir lagi ia langsung berlari ke atas untuk menemui Aksa yang ada di kamarnya itu.
Keluar masuk rumah ini bahkan kamar Aksa sudah menjadi hal biasa untuknya. Bahkan kedua orang tua Aksa mengizinkan itu jadi ia begitu bebas di rumah ini.
"Aksa." Ucap Lisa ketika baru saja membuka pintu kamar Aksa.
Laki-laki itu sudah sering Kali ia peringat kan untuk mengunci pintu jika berada di dalam kamar. Tapi ia sama sekali tak pernah mendengar nya.
Matanya menyapu ke sekeliling dan setiap sudut kamar untuk mencari keberadaan Aksa.
Ia melangkah untuk masuk lebih dalam lagi ke dalam kamar Aksa itu, tas Aksa ada di atas kasur nya dan itu pertanda bahwa Aksa ada Disini.
Tiba-tiba terdengar suara air jatuh dari kamar mandi hingga membuat ia langsung menoleh ke arah kamar mandi.
Setelah itu ia berbaring di atas kasur Aksa sambil menunggu Aksa selesai mandi.
Ia sering sekali tidur di kasur ini, entah kenapa tidur di kasur Aksa terasa begitu nyaman sekali di banding kan dengan kasurnya yang di rumah.
Matanya menatap ke arah langit-langit kamar Aksa itu, masih ingat dengan jelas bahwa ketika mereka masih pacaran dulu, Aksa menempel kan foto mereka berdua di atas sana dengan ukuran besar. Alasan nya karena ingin mengingat diri bahwa dirinya sudah memiliki pacar jadi tidak berniat untuk mencari pacar yang lain lagi.
Percayalah, meskipun terdengar begitu menggelikan kata-kata itu tapi itu mampu membuat ia merasa sangat bahagia sekali.
Ah, masa itu adalah masa yang paling membahagiakan untuknya, rasanya jika di ingat kembali semua itu ia ingin kembali ke masa itu lagi.
Tapi itu adalah sesuatu yang sangat mustahil sekali untuk terulang. Ada banyak sekali pertimbangan yang harus mereka pikirkan untuk kembali menyatukan lagi cinta mereka itu.
Ketika ia baru saja ingin hanyut dalam buaian masa lalu bersama Aksa yang menyenangkan tiba-tiba ia langsung menggeleng kan kepalanya untuk menepis semuanya itu.
Tidak! Ia tak boleh untuk membuka semua kisah antara mereka dulu itu karena hal itu sama saja dengan menyakiti dirinya sendiri.
Luka itu masih ada, masih belum kering. Jika ia kembali mengingat itu maka itu sama saja dengan membuka luka lama dengan disiram air cuka.
Lebih lagi, ia mungkin tak akan bisa lagi menggerakkan kakinya untuk datang dan melakukan hal bebas di kamar aksa ini seperti yang ia lakukan saat ini. Bahan untuk bertemu dengan Aksa lagi rasanya ia tak akan sanggup.
Sudahlah, ia tak mau lagi mengingat itu. Semuanya yang telah ia lakukan selama ini akan sangat sia-sia. Tak ada yang tahu bagaimana ia bisa Sampai pada titiknya ini. Terlalu banyak sakit dan juga waktu menyendiri yang ia lakukan. Melawan canggung menutup rasa sakit untuk menenangkan gundah.
Sebelum berada di titik ini mereka adalah dua orang yang paling menyedihkan yang ada di muka bumi ini.
Lisa menarik nafasnya panjang dan kemudian mulai untuk menutup matanya, menunggu Aksa selesai mandi begitu lama. Entah apa yang dilakukan laki-laki itu di dalam sana hingga membutuhkan waktu yang begitu lama sekali jika mandi.
Baru saja ia ingin masuk ke dalam kenyamanan nya di dalam mimpi, telinganya mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka dan hal itu sontak membuat Lisa bangun dan duduk di atas kasur.
Ia merapikan Dirinya sebentar sebelum Aksa melihat dirinya. Ia takut Aksa akan tahu bahwa dirinya ini berbaring di tempat tidur nya itu.
Dengan cepat ia langsung mengambil beberapa buku dari dalam tas Aksa untuk mengalihkan perhatian Aksa saja.
"Jangan sok-sok baca, jika memang baru tiduran kenapa harus menutupi kebenaran itu?"
Ucapan sinis yang baru saja di dengar nya itu langsung membuat Lisa menaikkan alisnya.
"Kenapa kamu marah hm?"