Chereads / Cinta Kamu .... / Chapter 13 - Terabaikan

Chapter 13 - Terabaikan

"Rin ... Rina ... kamu mau kan jadi pacarku ...?" seru tanya Egi, dan pertanyaan itu pun langsung membuat Rina terkejut, lalu Rina berhenti sejenak menunggu Egi, dan begitu Egi sudah mendekat Rina pun berucap.

"Aku belum bisa Gi."

"Please jadikan aku pacarmu Rina ... please ...?" ucap Egi dengan menghiba.

"Duh kasian juga ya? Mmm ya udah deh, tapi pacar sementara ya?" ujar Rina menjawab.

"Lho kok gitu sih?" sahut Egi sedikit kecewa.

"Lha emang harus bagaimana? Orang aku belum bisa mencintaimu juga," balas Rina membela diri.

"Ya tapi kamu usahakan ya?" kejar Egi.

"Usahakan apa ...?" tanya balik Rina.

"Ya usahakan untuk bisa benar-benar mencintaiku gitu," terang Egi.

"Mmm ... gimana yah? Oke lah."

"Yes, yes, yes uhuuy ... ya udah kalo gitu ayo kita cari makan dulu?" ajak Egi dengan wajah ceria, dan Rina pun menyetujuinya.

Sementara itu di rumah Airis nampak sedang duduk santai sambil baca-baca buku, dan tiba-tiba ada orang yang datang.

"Assalamualaikum ..."

"Waalaikumsalam ..." jawab Airis sambil bergegas membukakan pintu.

"Oh kamu Winda, aku kira siapa, ayo masuk," sambut Airis.

"Lhoo kenapa sih sandalnya dilepas? Kaya di mushola aja, udah pake aja."

"Alah gak papa, rumah kamu bersih banget ya?"

"Alah ... kamu bisa aja," timpal Airis. Lalu mereka pun langsung duduk di sofa.

"Tadi itu aku sebenarnya mau ke rumah Rendy, tapi gak jadi." Airis tersenyum, kemudian Airis membuka bukunya.

"Buku apaan tuh?" tanya Winda nampak penasaran.

"Nih lihat." Airis memberikan bukunya itu ke Winda.

"Inikan buku tarian-tarian budaya?" ujar Winda.

"Hmmm aku memang suka dengan keanekaragaman budaya Win," ujar Airis sambil tersenyum.

"Oh iya, tadi kata Pak Dosen besok itu kita mau diajak piknik, ya katanya dengan pengalaman kita bisa mengambil pelajaran, dan harapannya dengan itu kita bisa memahami kehidupan, mengambil pengalaman dari keadaan," terang Winda dan Airis pun tersenyum.

"Besok kalau gitu aku ingin melukis," ujar Airis.

"Ya udah deh aku ikut, huuah ..." sahut Winda dengan diikuti menguap.

"Aku kok tiba-tiba mengantuk ya," ujar Winda sambil melirik jam dinding.

"Udah jam 11 aku pulang dulu ya?"

"Iya deh, ayo aku antar." Lalu mereka pun melangkah keluar, dan begitu tiba di teras nampak Winda clingak-clinguk.

"Cari apa Win?" tanya Airis.

"Sandalku mana ya? Duh aku kok pelupa gini sih," balas Winda.

"Masih muda kok pelupa, udah pake ini aja," ujar Airis sambil menyodorkan sepasang sandal high heels warna merah.

"Wah ... sandal siapa ini?" tanya Winda dengan perasaan kagum.

"Ya punyaku lah," timpal Airis.

"Ini bagus banget."

"Ya udah pake aja."

"Wah makasih ya Airis, ya udah aku pulang ya?" Winda pun langsung masuk mobil dan kemudian langsung melaju.

Bersamaan dengan perginya Winda tiba-tiba Rina datang.

"Siapa itu tadi Kak?" tanya Rina.

"Si Winda, oh iya sandalmu tadi aku kasihkan ke Winda," ujar Airis.

"Sandalku yang mana?"

"Tuh yang warna merah."

"High heels maksudnya?" tanya Rina memperjelas.

"Iya, habis mana lagi?"

"Ya ampun ... itu kan masih baru," protes Rina.

"Ya kamu tinggal minta lagi sama Ayah kan bisa, udah deh jangan bawel," ketus Airis sambil beranjak, lalu sambil melangkah Airis kembali berucap.

"Jangan harap aku mau ganti."

"Ya terserah, sandal imitasi juga," balas Rina lirih, dan tanpa diduga-duga tiba-tiba Airis melempar selembar uang seratus ribu yang digulung.

"Nih!" ucapnya sambil menghentikan langkahnya.

"Lho katanya gak mau ganti ... Kak aku sebenarnya gak minta Kakak ganti, aku itu cuma ingin Kak Airis mengakui aku, menganggap aku seperti Adik kandung Kakak, meski sebenarnya cuma tiri, aku tahu Kakak itu tidak suka dengan aku, tapi Kakak juga harus tahu kalau Adik tiri juga manusia, dan asal Kak Airis tahu meski walau aku ini cuma Adik tiri namun aku akan menyayangimu sepenuh hati, dari benci menjadi kagum," ujar Rina panjang lebar, lalu nampak Airis menoleh ke Rina dan kemudian berkata.

"Pantes gak ya model kaya kamu menjadi Adikku, yah aku pikir-pikir dulu deh," ujar Airis sambil tersenyum dan kemudian berlalu. Lalu keesokan harinya Airis terlihat mencari Rina dan menanyakannya pada bibi pembantu.

"Bik mana Rina?"

"Neng Rina belum bangun Neng ... tadi Bibi lihat dia seperti kedinginan," jawab bibi pembantu.

"Ya udah aku buatin teh madu nanti Bibi yang anter, tapi jangan bilang kalau aku yang buatin." Lalu Airis pun langsung membuatkan minuman untuk Airin dan tidak lama kemudian, "Nih Bik, udah ya aku berangkat dulu?"

"Iya Non, makasih."

"Oh iya Bik mungkin nanti aku pulangnya malam, ya udah Bik aku berangkat assalamualaikum ..." Seperti biasa Airis berangkat ke kampus dengan berlari dan sesampainya di sana nampak teman-temannya sudah tiba duluan dan nampak sudah siap untuk berangkat piknik.

"Gimana apakah kalian sudah siap?" tanya Pak Dosen.

"Sudah Pak," sahut mereka.

"Ya udah kalo gitu mari kita berangkat," ajak Pak Dosen.

"Lho Agus dan Egi mana?" tanya Winda.

"Mereka berdua gak ikut," jawab Pak Dosen. Kemudian mereka pun segera masuk mobil dan berangkat. Sementara itu di rumah Rina nampak sedang meminum teh madu bikinan Airis tadi.

"Enak Bik, ini Bibi yang buat?" tanya Rina dan nampak Bibi cuma tersenyum. Sementara di perjalanan Airis nampak SMS ke Egi.

"Gi, Rina sakit cepat kamu ke rumahku, jaga dia dan awas jangan macam-macam." Setelah membaca nampak Egi segera bergegas ke rumah Rina, sementara Airis dan teman-temannya telah sampai di tempat piknik yang mereka tuju, lalu mereka menuju ke sebuah tebing yang berdekatan dengan air terjun, Winda nampak duduk di sebuah batu besar sambil dengerin musik dengan headset lengkap dengan topinya, kemudian Anjar datang menghampiri sambil membawa jagung bakar dan kemudian langsung duduk di belakang Winda.

"Nih Win jagung bakar," ucap Anjar sambil menyodorkan satu buah jagung bakar.

"Maaf aku kurang suka makan jagung," jawab Winda.

"Lho kamu kan belum mencobanya," sambung Anjar, dan kemudian nampak Winda membalikkan badannya kemudian berucap.

"Udah deh Jar gak usah ngatur-ngatur aku, emang kamu mau aku mati?

"Ya udah sini," ujar Winda sambil meraih jagung bakar dari tangan Anjar dan kemudian langsung menggigitnya, begitu jagung masuk mulut dan mulai mengunyah dalam hati Winda nampak berucap, 'Kok enak ya?' namun begitu Winda masih bisa-bisanya berucap.

"Tuh kan badanku mulai merah-merah, dan kepalaku juga mulai berasa pusing, nanti kalau aku kecebur gimana coba? Iya kalau ada Agus pasti aku ditolong," ucap Winda seolah mengabaikan perasaan Anjar yang tengah berusaha pdkt. Lalu setelah itu Winda pun pergi sedangkan Anjar terlihat merenung, dan kemudian ia pun makan jagung bakarnya itu dengan agak terburu-buru.