Mata hitam menunduk takut, keringat mulai bercucuran, disertai darah menetes di dahi. Air mata, merembes keluar tidak bisa ditahan, tetapi mulut masih kokoh merapat. Tidak mengeluarkan suara.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi tipis, saking nyaris tidak memiliki daging. Dibalut kulit kecokelatan, menonjolkan tulang pipinya. Meski pipi tipis kurang gizi ditampar, gadis itu masih mendiam. Tampak, seorang gadis sedikit dewasa, mendekati gadis yang berlutut menerima tamparan.
Memasang ekspresi polos, akan halnya, sorot mata penuh keangkuhan. "Apa kamu yang mencuri jepit rambut Kakak?" nada selidik. Jauh di lubuk hati perempuan itu, menyimpan senyum. Mungkin, tawa menghiasi ruang hatinya. Terlihat lagi, ada seorang gadis lebih muda mendekat.
Mengangkat bibir kerucut, cukup sekali tarikan napas. "Kakak, tidak perlu bertanya lagi, sudah jelas dia yang mencuri! Siapa lagi kalau bukan dia?" kompor gadis ini. Dia memojokan gadis yang berlutut. Terlihat tangan itu begitu menonjolkan tulang belulang, terasa seperti lengan anak kecil, saking kurusnya. Sebenarnya, gadis itu berumur kurang lebih 16 tahun. Dibalut dengan bahan kain sederhana, apabila disandingkan para dayang di rumah ini. Kualitas dari bahan pakaiannya kalah jauh. Jikalau orang lain melihat gadis itu, pasti sudah dianggap budak.
Mendengar perkataan itu, bola mata bergulir, mencoba meludahkan kata. "A--ku, a--ku," ucap gagap. Penuh suara gemetar. Bola mata yang menggoyah, tidak berani menatap lawan bicara. Mendengar keributan ini, seorang pria paruh baya mendekati 3 gadis itu.
"Ada apa ini?" tanya seorang pria. Memiliki sedikit kumis di atas bibir. Semua orang yang ada di sini terkejut dan tersenyum ramah. Menghampiri pria itu, tidak lain ayah mereka. Tidak terkecuali gadis yang berlutut. Hanya menengadah, andaikan mau mendekat. Dilarang oleh ayahnya sendiri.
"Diam! Kamu bau, kamu hanya mempermalukan keluarga, lihat pakaianmu! Para dayang di sini, jauh lebih baik dari itu!" pekik ayahnya. Memegangi kedua putri dan malah jijik melihat, putri berbalut kain berwarna cokelat lusuh, kaku dan kasar. Serasa, bukan kain kapas atau sutera, yakni kain goni. Tanpa riasan di kepala sedikitpun. Bibirnya yang berbentuk hati, putih pucat tidak tersentuh pemerah bibir. Hanya tersentuh keringat dan darah. Para pelayan tertawa dalam diam. Memang nona keempat terkenal bodoh dan kurang dicintai oleh ayahnya.
"Ayah! Lihat Xiao li, mengambil jepit rambut Kakak!" adu gadis ini. Bisa dibilang seumuran dengannya. Gadis yang berlutut memulai bangkit berdiri. Netra sang ayah kian mengecil, mendengar aduan anak gadisnya. Merasa tak terima dituduh mencuri jepit rambut, Xiao li mencoba menjelaskan dirinya. Berusaha bangun dari berlutut, semakin mendekati mereka.
"Ayah it--tu tidak benar, aku …. "
"Adik! Asalkan kamu mau, kamu boleh memiliki jepit rambut ini. Kakak akan memberikannya semisal kamu meminta. Tidak dengan begini caranya (mencuri) kamu mengecewakan Kakak dan juga mempermalukan Ayah. Kita tidak dididik seperti ini," memotong ucapan Xiao li. Suara pelan dan menusuk di hati Xiao li serta sang ayah. Sudah pasti, ditangkap dengan makna berbeda, ucapan dari nona pertama. Mulut sang ayah kembali membujuh, mendengar laporan putri pertamanya.
Ekspresi memuram, kulit memerah, sangat siap menyembur nona keempat. "Kamu ini, dasar anak tidak berguna! Lihat Kakakmu, sudah berbaik hati memberimu. Misalkan kamu meminta, tapi kamu malah mencurinya. Pelayan!" lengkingan sang ayah memanggil pelayan.
Pupil Xiao li bergetar, dia mau menjelaskan lagi, tetapi tidak bisa. Bibirnya benar-benar kaku, sampai datanglah 2 orang pelayan. Memulai menyapa pria ini adalah Lu ming bai. Seorang pria yang memiliki 1 istri, 2 selir dan 5 anak. Kedudukannya sebagai salah satu seorang pejabat atas kelas 3 di istana. Bisa dibilang, sudah memakai jubah merah.
"Adik, Kakak tidak mau menolong, ini demi kebaikanmu, maafkan Kakak," lantunan suara lembut nan sedih. Mencoba mau menyelamatkan adiknya. Namun, dibalik kata itu, seperti menyiram bensin ke dalam api.
"Cukup! Lu an ran, tidak perlu mengasihani gadis bodoh yang tidak tahu malu! Pelayan, cepat kurung Nona Keempat. Jangan beri dia makan! Selama satu hari satu malam, kurung dia di belakang!" perintah Lu ming bai. Menyuruh Xiao li atau nona keempat dikurung.
Belum menjelaskan sudah dikurung, memang benar jepit rambut itu berada di kamar Xiao li. Gadis ini menurut saja, ketika diseret. Mau melakukan penolakan, kekuatan 2 dayang jauh lebih besar. Membuat kaki tak bergerak menjadi bergerak. Diseret paksa keluar, tanpa takut dan rasa hormat sedikitpun.
Untuk urusan dayang yang berani menyeret nona keempat keluarga Lu, cukup disayangkan. Bagaimanapun juga, dia anak dari istri sah keluarga Lu. Posisinya jauh lebih tinggi dibanding anak keluarga Lu di sini. Jangankan para kakak atau adiknya, bahkan para selir ayahnya harus memberi hormat. Sayangnya, nona keempat bodoh dan tidak bisa melawan. Malah kena olok-olokan keluarga dan para pelayan ikut tidak memperdulikannya. Hingga ke ibu kota, nona keempat terkenal akan kebodohan dan kelemahannya. Tidak sebanding dengan para saudara atau saudarinya.
…*
Di sebuah benua Yīnghuā, dibagi menjadi beberapa wilayah. Dipimpin menggunakan sistem Kekaisaran. Kenapa disebut benua Yīnghuā? Karena banyak menemukan bunga Sakura berada di benua ini. Selepas dari itu, dibagi menjadi 4 bagian; Utara, Barat, Selatan, Timur. Di hulu benua ini, tepatnya di Utara, yaitu negeri Pùbù berarti air terjun. Memang di negeri ini banyak menemukan air terjun. Aman dan tentram bila kamu memiliki 3 K; Kekuasaan. Kekuatan. Kekayaan. Andaikata tidak memiliki salah satu, siap-siap jadi bahan olok-olokan di seluruh ibu kota. Hingga, di seluruh penjuru negeri ini, dimana hukum rimba masih berlaku.
---
Xiao li merupakan nona keempat di keluarga Lu. Klan Lu salah satu klan populer di ibu kota. Sebagai bagian dari 3 klan teratas di negeri ini. Klan Lu dipimpin oleh Lu san tu, dia adalah ketua klan Lu. Termasuk kakek Xiao li. Lu san tu memiliki 2 orang putra. Lu ming bai sebagai anak bungsu memiliki 1 istri, 2 selir dan 5 anak.
Istri sahnya bernama Xiao meng, ibu dari Xiao li. Sebenarnya, Xiao li memiliki seorang kakak yang seumuran Lu an ran, tetapi kakaknya meninggal saat dilahirkan. Maka dari itu, Lu an ran menjadi anak pertama keluarga Lu, berasal dari selir Hua jin. Dia menjadi selir pertama Lu ming bai, memiliki 2 orang putri. Sebagai nona pertama(Lu an ran) dan nona kelima(Lu nian)
Selir kedua bernama Wen xia, mempunyai 2 orang anak. Dikarenakan istri sahnya, Xiao meng tidak memiliki putra malah anak pertama meninggal. Ming bai mengangkat Hua jin, yang dulunya seorang budak menjadi selir pertama. Memang Hua jin menggoda Ming bai, disaat Xiao meng hamil(ibunya Xiao li) maka dari itu, tak heran dia dijadikan selir. Malah memiliki nasib yang sama, seperti Xiao meng. Melahirkan anak pertama seorang putri, yakni nona pertama(Lu an ran) Ming bai tak terima, memutuskan mengangkat selir lagi. Berasal dari keluarga Sastrawan yaitu; Wen xia, memiliki 2 orang anak, laki-laki dan perempuan. Dia sebagai selir kedua Lu ming bai.
Total anak keluarga Lu ming bai, ada 5 anak. Nona pertama Lu an ran, dikenal lemah lembut, santun dan pandai menyulam. Yang terkenal hasil sulaman dan kaligrafinya di seluruh ibu kota. Serta kepiawaiannya dalam membuat puisi.
Tuan muda kedua keluarga Lu. Lu bing bin, anak pertama selir Wen xia, Lu bing bin dikenal akan ilmu bela diri yang mumpuni. Sudah mencapai kultivator tingkat 3 di usia 12 tahun dan sekarang berada di tingkat ke 5. Sedangkan sang adik kandungnya, menjadi nona ketiga. Merupakan, salah satu wanita kultivator tahap 3 akhir dan menjadi Summoner tingkat 4. Di ibu kota, namanya terkenal sepanjang jalan. Tak heran, Ming bai lah memberi nama untuk nona ketiga, yang dipanggil Lu Ming yi. Kakak adik ini, terkenal akan ilmu bela diri. Ditambah latar belakang keluarga, siapa yang berani membully mereka? Sudah jelas, hanya cari mati!
Nona keempat, satu-satunya yang masih hidup. Anak dari istri sah Ming bai, yaitu Xiao li. Kenapa namanya berbeda? Karena Xiao li mengikuti marga sang ibu, dia bermarga Xiao. Sudah jelas, yang paling terkenal dari nona keempat adalah kebodohan dan kelemahannya. Malahan, para anjing mengejek kebodohannya. Sampai menjadi bahan olok-olokan, semua orang di ibu kota. Tidak ada yang spesial dari Xiao li, wajah yang biasa, kemampuan di bawah rata-rata. Tidak pernah, menunjukkan tanda-tanda memiliki jiwa spiritual. Sampai-sampai, tidak memasuki tahap atau ranah apapun di dalam per-kultivasian. Hingga dia disebut sebagai 'sampah masyarakat' di seluruh negeri ini menertawakannya. Membuat keluarga Lu, malu memiliki seorang putri sepertinya.
Tidak seperti nona kelima, meski tidak pandai bela diri. Dia pandai bermain alat musik. Apalagi, permainan kecapinya dipuji orang-orang Istana. Sewaktu umur 12 tahun, disaat ikut menghadiri festival lampion. Ditambah kemampuan menarinya. Namun, yang paling menonjol dari Lu nian atau nona kelima. Parasnya begitu elok dan mempesona. Pantas saja, dari kecil banyak orang yang mau mengajak menikah, tentu saja itu ditolak.
---
Jadi, keluarga Lu Ming bai memiliki satu istri; Xiao meng(sang anak, Xiao li) memiliki 2 selir.
Selir pertama Hua jin(sang anak, Lu an ran dan Lu nian)
Selir kedua, Wen xia(sang anak, Lu bing bin dan Lu ming yi) jadi total anak Lu ming bai ada 5;
Nona pertama= Lu an ran (Hua jin)
Tuan muda kedua= Lu bing bin (Wen xia)
Nona ketiga= Lu ming yi (Wen xia)
Nona keempat= Xiao li (Xiao meng)
Nona kelima= Lu nian (Hua jin)
*..*