Pria ini menghunus pedang ke depan, disaat Li xiao di bawah. Tidak ada rasa kasihan atau bersalah. Pedang itu merobek Hanfu Li xiao, membuat sayatan di tengah Hanfu. Untung saja, dia bergerak cepat membelah kaki. Jika tidak, pedang itu mendarat di paha dan kaki. Tepat di belahan kaki Li xiao, dari paha ke pinggul. "Yaaah! Bajingan!" pekik Li xiao. Memelototi pedang yang merobek Hanfu di sela-sela kakinya.
"Boleh juga." Tarikan pedang, dibarengi desisan. Pria ini kembali mengangkat pedang, menyerang kedua kalinya. 'Tidak-tidak, aku tidak ingin mati, sial tubuh ini begitu lemah dan lambat!' rutuk hati Li xiao.
Swush.
"Etss, tidak kena," ledek Li xiao cepat memundur. Lelaki ini kembali mengeluarkan ringisan, ulah luka yang dideritanya. "Hehe, tahan dulu aku akan menyelamatkanmu," sambil maju. Mendekati pria yang meringiskan mata dan alis. Wajahnya menegang, satu tangan memegangi dada berisi ....
Li xiao mengeluarkan barang dari cincin ruang. Apapun bisa ditaruh di dalamnya. Cincin ruang memiliki tingkatan, paling mahal dan langka. Bisa menyimpan banyak barang, tetapi bila harganya beberapa tael perak. Hanya bisa menyimpan artefak saja.
Cincin ruang milik Li xiao sungguh berbeda, dia adalah artefak kuno. Hanya dia yang memiliki di dunia ini, tidak! Itu dari Xiao li, dia mendapatkan di kuil. Namun, dirinya tidak memiliki jiwa spiritual, maka tidak bisa menggunakan. Cuma menjadi cincin hias saja. Cincin ruang yang lain, hanya bisa menyimpan barang, tidak seperti cincin Li xiao yang bisa ….
Obat yang dibeli, terlihat begitu aneh dan 'tak pernah terlihat dari pandangan pria ini. "Benda apa itu? Jangan coba-coba membohongiku atau lehermu jadi taruhan!" Sama sekali tidak percaya kepada Li xiao.
"Lihat saja sampai akhir, kau akan tahu hasilnya," enteng Li xiao. Semakin membuat pria ini bingung. Terus mendekat, merangkak ke depan. Begitupun pedang di lehernya.
Rasa sakit di leher cukup mencengkam, tetapi mencoba menenangkan pria ini. "Singkirkan pedang ini! Aku belum mau mati. Andaikan ada apa-apa--- belum terlambat menebasku!" Tangannya memegang lengan kirinya. 'Lukanya begitu banyak, mengerikan. Apa dia berperang? Atau ah! Bodo amat, yang terpenting obati dulu. Hehe, tangan gesitku, mendapat hal yang menarik,' cicit kalbu Li xiao.
—
"Kemana perginya obat bius ini? Li xiao kau pencuri, dasar pencuri miskin!"omel Sistem.
---
Kain putih bercorak anggrek dan bambu, berubah menjadi merah. Lelehan darah kental merintis di dada, lengan tersayat-sayat. Terus terbuka dan melelehkan daging dan darah. Di dada tertancap kayu, menyumbat darah yang keluar, tetapi di sebelahnya tetap merembes. Dari celah-celah besi dan batu, yang menempel di badan. Dengan telaten, Li xiao melilitkan lengan bajunya, mulai meraih alkohol. "Pertama, aku harus membersihkan lukanya, baru mengobati. Jiu feng ambilkan aku air."
"Siap master."
"Mau apah?" kelit pria ini. Bagaimana tidak, Li xiao yang seorang wanita, meraba-raba tubuhnya. Membuat telinga dan pipi sedikit menimbulkan jejak kemerahan, merona.
Li xiao melepas tangan, memundur sedikit. "Hehhe, maaf aku lupa. Emm, kau punya alkohol?"
Pria ini menatap sekilas dan membuang wajah. Meski sekilas, dia memberi tekanan. "Huh! Di sana," tanpa melirik. Hanya mengedikkan dagu ke samping.
Li xiao mengambil, memang membeli alkohol, itu sedikit sekali. Melihat semua luka yang diderita, hanya menyapu setengah. 'Cepat semprot matanya pakai bubuk cabe atau obat tadi, mari kita kabur.' Li xiao memberhentikan tangan, yang hendak mengambil alkohol di kendi kecil. Berwarna hitam, berbentuk labu waluh. Setelah mendengar pikiran Xia yu, ditangkap mereka bertiga. Tersadar, kembali mengambil botol alkohol dan membentak Xia yu, 'Diam kau kucing bodoh! Sebelum lari, kakiku buntung duluan!'
"Ini, Master." Kedatangan Jiu feng mengakhiri obrolan mereka.
"Untuk apa itu?" suara serak sedikit tertahan, 'Gadis ini begitu lancang! Itu-it--tuu,' suara jantung hatinya. Pipi yang tadinya merah muda, kini memerah sempurna. Mengintip sayatan yang dibuat di Hanfu-nya. Memperlihatkan paha putihnya.
"Akhhh! Ssst, kamu!"
"Aku tidak melakukan apapun, baru hanya membersihkan darah dan pasir, pakai air biasa. Di sini, ada besi dan anak panah." Menerima penjelasannya. Pemuda ini menurut, Li xiao mulai beraksi lagi.
"Mau apa?" membidik dengan bola mata hitam. Gadis itu, mau mengambil serpihan panah dan pisau, serta beberapa kerikil. "Tentu saja mencabut dan mengeluarkan," wajah seriusnya terukir. Li xiao benar-benar menolong pria ini, tetapi dia mulai berhenti lagi.
''Ah! Tidak punya peralatan, untuk mengeluarkan serpihan pedang kecil-kecil, di dalam tubuhmu!" kebingungan. Tidak ada gunting atau pisau di sisinya.
"Ahha!"
Set.
"Aku pinjam bentar, Jiu feng pangggang ini," pinta Li xiao. Begitu cekatan mengambil tusuk rambutnya. Pupil pria itu, terbelalak 'tak percaya, akan tingkah laku gadis yang baru ditemui. 'Apa yang mau dia lakukan? Berani menyentuh bendaku?' lirih hati lelaki ini.
Namun, rasa sakit dan perih kian merasuki tubuhnya, hanya pasrah saja. Semisal, gadis itu mengeluarkan tanda-tanda aneh. Dia 'tak segan-segan memenggal kepalanya. Meski dirinya mati, gadis itu harus iku bersamanya.
"Aku harus memanaskannya dulu, jepit perak ini agar steril," gumam Li xiao. Bentuknya seperti satu sumpit, bagian atas dihias ukiran naga. Ujung bawah, begitu runcing seperti paku. Lagi-lagi, pria ini tidak mengerti kosa kata yang diucapkan Li xiao. 'Steril.'
"Ini, Master."
Jiu feng membawa jepit perak kembali, sedikit menghitam dan panas. Xia yu, mendiam dan kesal akan tingkah laku Li xiao. Apalagi Jiu feng, selalu menuruti perintahnya.
"Heh! Gadis kecil, hanya kau yang berani memanggang barangku!" Li xiao tidak menyahut, dia membuka baju besi yang dikenakan. Membuka bagian dada, menyibakkan kain sutra halus nan lembut. Tadi baru di lengan saja dan area atas.
Melepas tali di pinggang, terlihat dada yang memerah. Alis mengedut, netra fokus ke dada kiri. Terdapat, anak panah yang patah setengah. Tertancap di dada kiri, menyegel darah yang keluar, serta serpihan pedang. "Tidak mungkin aku mencabutnya, itu akan membuat luka baru. Darah pasti keluar begitu saja! Bila mati— kehilangan darah bagaimana?" merutuki dirinya. Mata ke kanan ke kiri, menyentuh! Ini kokoh, terpaksa harus merobek sedikit. Supaya bisa mengeluarkan, tanpa harus memaksa keluar! Menonton tingkahnya, pria ini sedikit ketakutan akan sakitnya."Jangan itu pasti sa--"
Presss.
Semburan butiran air kecil, menyerbak ke dada. Dingin.
Jatuhan besi, klak! Berbentuk segitiga yang awalnya tertancap di dada.
"Ahh! Apaan?" tanya Li xiao. Di cabutan panah dan serpihan pedang di dadanya. Pemuda itu masih mendiam bak mematung. 'Aku pikir itu sakit, tapi ini tidak? Em, ini terasa dingin apa yang dibubuhkan? Tidak, itu seperti disemprot,' berdebat pada pikirannya.
Sebelum mencongkel serpihan pedang dan mencabut anak panah. Li xiao menyemprotkan obat bius. Mengulangi membersihkan lagi, dengan alkohol sampai benar-benar bersih. Dia harus merobek sedikit baju Pria itu, untuk mengoleskan alkohol. Membersihkan luka yang dikerjakan. Karena tidak ada obat yang memadai, setidaknya ini harus bersih. Baru membubuhkan obat merah.
'Apalagi yang dia beri? Darah? Apa aku kekurangan darah?' suara hati pria ini penuh tanda tanya. Pedang yang menghunus di leher Li xiao, kian menjatuh. Tersisa sebuah pandangan dari pria ini. "Apa boleh begini?" celetuknya.
Li xiao memekik. "Bodoh, jangan banyak minta! Aku miskin tidak bisa membeli obat yang efisien."
Pria ini, lagi-lagi kebingungan, 'Miskin? Apa dia tunawisma?' ucap jiwanya, tetapi sedikit marah di saat disebut bodoh. Hanya gadis di depannya ini, berani menyebutnya begitu. Manik terus memandang Li xiao, di saat membalut luka. Perbannya, memang aneh makanya dicibir. "Kenapa kau menatapku?"
Sekilas memutar mata gelagapan, menarik bola mata. Cepat-cepat membela diri, sampai membuka mulut lebar agar didengar oleh Li xiao. "Sia--emmm."
''Eghm! Akh! Ap--apa yang kau beri? Egkhh! Ini pahit! Apa kau memberiku racun?" lanjut kata yang terputus. Di saat dia membuka bibir, untuk mengelak dari pertanyaan. Li xiao dengan kilat, memasukan pil antibiotik ke mulutnya.
Tidak tahu obat apa ini, segera mengambil pedang dan kembali menghunuskan pedang. Seketika menempel kembali di lehernya, Li xiao memundurkan leher. Terkaget lagi, tetapi sudah tahu tabiat pria ini, yang tidak percayaan. Jadi, ini tidak terlalu mengejutkan baginya. "Yoo! Sabar big brother, aku memberimu pil antibiotik. Aman, kau 'tak akan tetanus, itu tinggal telan saja, cepat dan beres," racu Li xiao. Sambil menepuk tangan, bak tugasnya beres.
Berbeda dengan pria ini, lagi-lagi kebingungan sendiri. 'Big, bader?(brother) antibiotik? Tetanus? Apa itu semua? Apa itu lagi tren di ibukota? Membuatku tinggal di perbatasan, saat perang ketinggalan kemajuan?' linglung pria ini di dalam pikiran. Pedang yang dipegang menurun, setelah penjelasan Li xiao. Indra penglihatan menuju pada luka. Di dada sedikit bersih, masih tersisa bercak-bercak luka yang dalam.
"Emm, tapi ada pedang yang menancap di dada, aku tidak berani mengambilnya. Terlalu beresiko dan juga tidak ada perlengkapan yang memadai. Serpihan itu, sangat menusuk ke dalam organ vital. Kalau kau mati, aku akan mati, estt begini. Tinggal kau semprot ini ke lukamu, yang tertancap benda tajam, kau akan tidak merasakan sakit. Seperti barusan 'kan? Maka, ini disebut obat bius. Nah, baru mencabut serpihan pedang kecil itu, mengerti!" penjelasan Li xiao sedikit meringankan tanda tanya di kepalanya. Terlalu gengsi untuk bertanya. Pedang yang dipegangi, sepenuhnya terlepas.
Mengamati gadis di depan, meskipun dia lusuh, kurus kering dan hitam jelek, tetapi kemampuannya boleh juga. "Siapa namamu?" tatapan penuh. Sudah melengkapi pertanyaannya. 'Emm, rasa sakitnya tidak terlalu menusuk, apa yang dia bilang, ada benarnya. Tubuhku tidak sakit dan dingin. Aku ingat dulu— pernah mendapat luka seperti ini, di saat perang ke selatan. Malah, semakin memburuk mendapat demam dan rasa sakit yang amat panjang. Apa aku akan merasakan rasa itu atau tidak?' pria ini masih memandang Li xiao dengan tebakan ini.
Li xiao ikutan melamun. 'Nama? Eee, dari pakaiannya terlihat bagus dan mahal, lembut juga. Ah, tidak bisa dibandingkan dengan baju goniku! Tapi aku malah membakar jepit rambutnya, tunggu! Jangan-jangan, dia penjahat yang aku selamatkan? Seandainya aku memberitahu namaku, pasti dia akan mencariku ke ibu kota, daaan bila orang lain tahu …. Aku dikurang, akibat menyelamatkan musuh, andaikata kasusnya parah. Ujung-ujungnya dieksekusi, seperti cerita-cerita yang kudengar. Haaah!'
Memperhatikan dia mematung, kembali berbicara, "Siapa na---"
"My name is, L girl, haha," jawab cepat Li xiao. Lamunannya tadi, dikagetkan suara beratnya.
Xia yu berteriak di dalam pikiran; 'Ah, yang benar saja!'
'Diam kau! Kalau kau mau kabur dari sini, mendekatlah kepadaku. Usahakan pegang itu,' sambil menunjuk pedang pakai mata di bawah.
'Master mau menyerang balik? Master memang hebat,' Jiu feng tidak kenal waktu memuji kegiatan apapun dari tuannya. Xia yu, perlahan-lahan mengikuti perintah, memegangi pedang di tanah. Pemilik pedang belum sadar, akibat memikirkan nama Li xiao, dia meninjau gadis itu gelisah, bergerak kekanan-kekiri. "Aaaah, L gel."
"Iya-iya, tapi bukan L gel, tapi girl, kau tidak perlu berterimakasih. Haah, aku belum mengajarimu menggunakan obat bius 'kan?" Obatnya berbentuk seperti spray rambut, kecil dan memanjang.
Sedikit bingung terhadap perkataannya, padahal tahu sendiri caranya. Dari apa yang dilakukan Li xiao barusan. Namun, benda itu sungguh aneh dan baru pertama kali dilihat. Mau memastikan lagi, "Bukannya tadi sudah?"
"Ha ha ha," Li xiao tertawa canggung, tidak mau membuat pria ini curiga lebih jauh, "hehe, ini lebih gampang lagi. Emm, caranya cukup semprotkan ke luka, yang terkena benda tajam atau tumpul. Maupun dijahit juga boleh, atau seperti tadi," suara berubah lembut. Mulai maju, menggerakkan obat bius, untuk memberi contoh dan.
"Begini,"
Presssss.
"Awwwsst!" raung bibir tipisnya. Mata terpejam, tersemprot obat bius, ulah akal licik Li xiao. Kelopak mata tertutup, mencoba membuka, tangan meraba guna mengambil pedang, tidak bisa! Li xiao sudah menggeser pedangnya, ditahan Xia yu sekuat tenaga.
"Meowww."
"What?" Dengkus Xia yu, terhempas akibat tarikan pedang dari pria itu. Lelaki ini bisa mendapatkan pedangnya kembali. Jangan salah, dia seorang kultivator tinggi. Meski mata 'tak melihat, masih memiliki insting yang tajam. Apalagi dia bukan orang sembarangan. Ketika Xia yu berbalik, pas terhempas, sudah tidak ada jejak Li xiao dan Jiu feng di sampingnya. Bahkan, di tengah goa ini— tidak ada bayangan mereka. ''Sialan! Kalian mengorbankanku? Meow!" betapa kesal dan takutnya Xia yu. Spontan, lari keluar terbirit-birit. Untung saja, penglihatan pria ini sedikit terganggu. Seumpama tidak, dia tidak bisa keluar dari goa. Pedang itu menyerang sembarang. Menghunus kanan-kiri, hingga ke belakang dirinya. Meruntuhkan dinding goa.
Swust, krenting! Swustt.
"Ah! Sialan kalian!"
---
"Hah, hah, haaah! Huuuuh. Tunggu sebentar, apa kita sudah jauh dari pria itu?" deru napas Li xiao. Masih membungkuk, tangan di kedua pinggang, akibat larian terlalu cepat. Sungguh tubuhnya begitu berat, cepat sekali kehabisan oksigen, ini pun lumayan bisa lari. Daripada pas awal sampai di sini. Tidak bisa bergerak!
"Meoeww."
Bughh!
"Akhhh, sialan minggir!" bentak Li xiao. Disundul dari belakang oleh Xia yu.
Sudah jelas, tatapan Xia yu bisa membakar Li xiao. "Huh! Berani sekali kau menjadikanku umpan!"
"Tapi, dari kita bertiga, kaulah larinya yang paling cepat!" bela dirinya, memajukan bibir hati pucat.
"Alasan! Kenapa tidak bilang? Huh, untung saja, aku tidak ditebas!"
"Jikalau aku bilang, apa kau mau?"
"Tapi, kenapa kupu-kupu itu tahu?"
"Yaah, bila aku memikirkan itu, bukankah kau juga tahu? Pikiran kita terhubung. Emm, itu karena Jiu feng selalu mengikutiku, tidak seperti orang sebelah tuh!"
"Kam--"
"Sudah-sudah, berkat kepintaran Master kita bisa lolos." Xia yu semakin jengkel, dia memilih diam. Karena kehilangan napas, serasa lari memejamkan mata, agar cepat pergi dari dalam goa. Untung seorang kucing, telapak kakinya tebal. Padang rumput yang tajam 'tak dirasakan, di saat kena tabrak kakinya.
Mendapat Li xiao panik, belum menemukan arah jalan pulang, Jiu feng dengan bangga menunjukkan kemampuannya. "Tenang Master, sekarang aku sudah level 1. Kini bisa tahu jalan pulang. Asalkan ada kupu-kupu lain di sekitar sini, aku bisa meminjam mata dan telinga mereka."
Netranya berbinar, seraya membidik. "Wahh, ada hal yang seperti itu? Emm, memang pantas dia jadi umpan," melirik Xia yu.
"Kamu! Grrrr."
Swusst. Jiu feng berubah menjadi benda mati, berbentuk hiasan di cincin ruang Li xiao, tubuhnya menyatu di batu Ruby. Sayapnya terlihat cantik. Li xiao tersentak lagi. Jiu feng bisa memberi arah bak kompas, dilihat di atas tubuhnya atau di batu Ruby. "Hehe, jangan bilang kau berlari sambil memejam?" goda Li xiao sambil berjalan.
"Mana ada!" elak Xia yu.
---
"Sst, Sial! Ke mana mereka perginya?"
Srat! Pedang dingin menempel di badan, menjelaskan. ''Tenang Pangeran, aku ini pengawalmu. Maaf, membuat menunggu lama. Hamba membawa seorang tabib," ucap pengawal. Ada seorang pria tua di sisinya. Tabib itu, segera maju memeriksa.
Bola matanya mulai membesar, "Ada apa ini, Pa--pangeran?" pengawal ini menyaksikan botol dan perban yang melilit lengan dan dada. Pria ini mencoba membuka mata, telah memurnikan penglihatan. "Ini? Menarik!" hanya kata itu yang keluar dari mulutnya. Memberikan senyum, yang 'tak terlihat dari 2 bulan.
'Tumben Pangeran tersenyum? Siapa yang menolongnya?' batin pengawal…*..*