Chereads / Bukan Bucin Biasa / Chapter 6 - Bagian 6

Chapter 6 - Bagian 6

Keluar dari toilet, seseorang menghadang langkahnya. Nisa memutar bola mata malas melihat senyum menjengkelkan dari orang itu. Karena ia tahu tidak ada niat baik saat pria itu mendekatinya dengan cara seperti ini.

"Elo lagi?" Nisa sudah ingin pergi saat Nathan menyeringai penuh arti. Namun itu tidak mudah. Laki-laki itu menghalangi kemana arah Nisa hendak pergi.

"Minggir!" ulang Nisa lagi.

Bukannya minggir, Nathan malah maju beberapa langkah. Membuat Nisa otomatis mundur. Namun langkahnya terhenti saat dirinya kepentok tembok. Kesempatan itu Nathan gunakan untuk mengurung Nisa dengan kedua lengannya.

"Mau apa Lo?"

Sorot mata Nathan berubah dingin. "Asal Lo tahu aja. Gue ngga pernah ditolak cewek sebelumnya. Malahan mereka yang selalu ngejar-ngejar gue. Dan Lo dengan ngga tau dirinya nolak gue?"

Nisa terkekeh. "Itu artinya Lo salah nembak cewek! Gue ngga pernah tertarik sama Lo!" ucapnya lugas.

Namun itu tidak semuanya benar. Nathan memiliki semua yang diidamkan para siswi di sekolahnya. Wajah tampan, tubuh atletis, anak dari keluarga kaya, bisa dibilang nyaris sempurna kalau saja otak sengkleknya tidak mendominasi. Tentu saja Nisa pernah mengaguminya sebelum tahu sifat asli dibalik wajah tampan itu.

"Ngga usah munafik! Gue tahu sebenarnya Lo suka sama gue. Kalo masalahnya karena Tari, gue bisa kok putusin dia sekarang juga." Nathan semakin mendekatkan wajahnya ke arah Nisa. Membuat Nisa mundur hingga membentur tembok.

"Jangan macem-macem! Atau gue bakalan teriak!" Dasar cowok sinting. Mutusin Tari karena dirinya? Nisa rasa Nathan memang sedikit tidak waras.

"Coba aja. Menurut Lo apa yang bakal mereka pikirkan? Lo godain gue atau gue yang godain Lo. Menurut Lo mereka bakal percaya yang mana?"

"Menurut gue mereka bakal percaya kalo gue ngelakuin ini!"

Bugg. Nisa mendengkul Nathan tepat di bawahnya. Membuat pria itu meringis dan mundur beberapa langkah sambil memegangi juniornya yang terasa nyeri. Hal itu dijadikan Nisa kesempatan untuk kabur dari Nathan.

"Dasar cewek sialan!"

Nisa masih bisa mendengar saat Nathan menyumpah serapah dirinya, tapi bodo amat yang penting ia bisa terbebas dari pria brengsek itu.

Tidak jauh dari tempat mereka bertengkar, ada seseorang yang tersenyum tipis menyaksikan pemandangan di depannya. Sejak tadi ia hanya mengamati dari kejauhan kalau-kalau Nathan bertindak diluar batas. Namun ia tidak menyangka Nisa justru bisa menjaga dirinya dan membuat orang yang menindasnya mendapatkan pelajaran berharga.

***

Begitu jam pelajaran dinyatakan usai, Nisa langsung bergegas meninggalkan kelas. Ia bahkan tidak menggubris ketika Dean mengerjai dirinya.

Saat ini ia ingin segera sampai ke rumah karena Ajiz -tetangga bibinya sekaligus teman main- barusan mengirim wa untuk mengajaknya Mabar ML. Sudah beberapa hari ini dirinya absen memainkan game tersebut karena sibuk membantu ibunya.

Setelah memberi makan Poci, Nisa duduk di ayunan panjang yang terbuat dari jaring yang terletak di taman belakang rumah Ameer. Kata Mira, dulu Ameer sering menghabiskan waktu disana. Tapi sekarang laki-laki itu bahkan nyaris tidak pernah keluar kamar setelah pulang sekolah.

Nisa mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan membuka aplikasi Mobile L*g*nd. Aplikasi e-sport yang saat ini tengah digandrungi tidak hanya anak muda, tapi semua kalangan. Mulai dari anak SD sampai yang sudah menjadi bapak-bapak sekalipun. Bahkan beberapa ibu-ibu juga ada yang memainkannya.

"Classic aja dulu, sekalian gue mau coba Hero baru nih!" ucapnya pada Ajiz melalui voice note di aplikasi ML.

"Oke-oke! Gue undang Kucrit dulu." sahut Ajiz dari seberang sana.

Dan akhirnya mereka berada dalam satu room dalam mode classic. Meskipun sedang mencoba Hero baru, Nisa cukup ahli memainkannya. Jika ada kelebihan yang dimilikinya, maka bermain game adalah jawabannya.

"Gila lu, Nis. Langsung triple kill aja. Padahal gue coba itu Hero koit mulu!"

"Elu mah beban doang, Jiz!" sahut Kucrit.

"Sialan dah lu!"

Dalam permainan lima vs lima itu, Nisa dan temannya lebih unggul dari pihak lawan. Semua itu berkat Nisa tentunya. Dengan menggunakan Hero Assassin, ia membunuh hero lawan dengan mudahnya.

"Support nya beban!" Ajiz mulai ngedumel teman setimnya yang sedari tadi di kill oleh pihak lawan. Ia sendiri menggunakan Hero marksman.

"Iya nih!" tambah Kucrit yang menggunakan mage.

Sedangkan Nisa, ia sejak tadi hanya diam saja tidak berkomentar sama sekali. Ia fokus dengan permainannya. Bisa di bilang hanya bidang inilah yang bisa membuatnya fokus dalam mengerjakan sesuatu.

"Nisaaaaa... Jangan main game aja! Sini cepetan bantu ibu!" teriak Mira dari arah dapur.

"Iyaaa buuu!!" sahutnya. "Sorry guys, gue afk dulu. Di panggil emak!"

"Yaaa Nis.. Nis jangan dong!!!" Ajiz berteriak dari seberang namun Nisa sudah keburu mematikan ponselnya. Dan akhirnya permainan berakhir dengan pihak mereka yang kalah.

Ameer mendesah saat menatap layar ponselnya. Ternyata permainan ini tidak semudah yang ia pikirkan. Lebih mudah baginya mengerjakan soal matematika ketimbang menaikkan level permainannya. Hanya saja akhir-akhir ini ia merasa sedikit bosan hingga mencoba melakukan sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya.

Namun sayangnya sejak bermain tadi, dirinya hanya menjadi korban bully karena tidak bisa memainkan Hero nya dengan baik. Padahal ia sudah memilih Hero yang paling mudah penggunaannya. Tapi tetap saja, ia bahkan mati lebih dari sepuluh kali. Mengenaskan bukan! Dia menambahkan beberapa akun yang menurutnya ahli di daftar friend list agar nanti bisa mengundangnya lagi. Dan sekarang ia memilih untuk melanjutkan membaca buku yang sempat tertunda.

Malam harinya, Ameer baru akan log out dari ML setelah mengalami kekalahan berkali-kali. Namun tiba-tiba saja undangan dari pemilik akun cewek_barbar19 muncul di berandanya. Seingatnya itu akun yang tadi siang bermain bersamanya namun di tengah pertandingan orang itu pergi begitu saja.

"Aktifin voice note nya!" ucap pemilik akun itu pada Ameer setelah menerima undangannya.

Mendengar suara orang itu Ameer merasa sepertinya tidak asing. Tapi ia tidak ingat pernah mendengarnya dimana. Ia pun menurut untuk mengaktifkan voice note agar bisa mendengarkan arahan dari teman setimnya.

"Nis, bantuin gue sini!" ujar Ajiz.

"Nah Lo mah beban doang Jiz!" Kucrit mulai mengejeknya.

"Suee... gue di keroyok, Crit! Mana Gege lagi lawannya!"

Nisa langsung menuju gold Lane dimana Ajiz berada. Dalam sekali serang ia meraih triple kill sekaligus.

"Wahh gila Lo Nis. Langsung rata!" Ajiz memujinya kagum.

"Nisaaa gitu lho!!!" imbuh Kucrit.

"Oh ya, ngomong-ngomong gimana sekolah Lo yang sekarang? temennya baik-baik kaga?" tanya Ajiz.

"Baik sih. Selagi mereka ngga tau keadaan gue yang sebenarnya."

"Mudah-mudahan aja mereka ngga kayak temen-temen Lo di sekolah yang lama."

"Iya Jiz. gue harap sih gitu. Sebenarnya gue juga capek ngaku-ngaku jadi orang kaya terus. Tertekan batin gue!"

"Kayak Lo punya hati aja!" ledek Ajiz.

"Suee... Lo!!"

"Terus tempat Lo tinggal sekarang gimana? enak kaga?" Kali ini Kucrit yang bertanya.

"Hmm enak sih. Cuma anak majikannya emak gue orangnya rada aneh. Kalo Uda di rumah ngga pernah keluar kamar." cerocos Nisa. "Udah gitu, sombongnya behh minta ampun! Nyebelinn pokoknya."

"Emangnya cewek apa cowok anak majikan nyokap Lo?"

"Cowok. Namanya Ameer!"

"Uhukk..uhukk.." Mendengar namanya disebut Ameer terkejut. Jika nama yang dimaksud memang dirinya, berarti cewek itu adalah... Ameer langsung bergegas keluar kamar dan menuju dapur. Hanya ada Mira yang sedang mencuci piring sisa makan malam.

"Bi, Nisa dimana?" tanyanya pada Mira. Namun sebelumnya ia mematikan fitur mikrofonnya agar tidak di dengar yang lain.

Mendengar Ameer menanyakan Nisa, cukup membuat Mira terkejut. Tidak biasanya. Apa anak itu membuat masalah lagi seperti waktu ia menumpahkan jus jeruk di buku Ameer?

"Itu Den, di taman belakang. Ada apa ya Den? Apa dia membuat masalah?" tanya Mira was-was.

"Ohh ngga Bi. Kalau gitu saya permisi!"

"Silahkan Den." Mira melanjutkan mencuci piring meskipun dalam hati ia merasa tidak tenang.

Ameer berjalan ke taman belakang dimana Nisa berada. Namun dengan menjaga jarak agar tidak ketahuan olehnya. Gadis itu masih fokus menatap layar ponselnya dengan jarinya yang bergerak lihai kesana kemari. Tanpa sadar sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis.

"Jadi orang yang dia maksud aneh dan sombong itu,,, diriku?" celetuknya pada diri sendiri.