Tok..tok..tokk.
Nisa mengetuk pintu kamar Ameer beberapa kali. Bukan untuk mengantarkan makan malam-- karena pria itu tadi sempat berpesan tidak ingin makan malam lagi-- tapi untuk memenuhi janjinya tadi siang. Ia berjanji akan mengajari Ameer bermain ML lagi, asal pria itu mau mengajari dirinya dan teman-temannya. Itulah kenapa Ameer berubah pikiran setelah sebelumnya menolak.
Tidak lama pintu terbuka. Menampilkan sosok Ameer yang sepertinya baru saja selesai membersihkan diri. Rambutnya yang berantakan dan basah ia keringkan dengan handuk kecil di tangannya. Nisa tertegun. Untuk sesaat ia merasa sosok di depannya... sedikit seksi.
"Nggak mau masuk?" tanya Ameer yang membuat Nisa mengerjap sadar.
"Eh? Hm.. iya," jawabnya salah tingkah. Lalu masuk dan duduk di karpet.
Ameer membiarkan pintu kamarnya terbuka. Bagaimana pun hanya ada mereka berdua di kamar. Ia tidak mau Mira salah paham.
"Gue undang Ajiz sama Kucrit dulu!" ujar Nisa saat mereka sudah login.
"Hmm."
Setelah beberapa saat, muncul nama akun Ajiz dan Kucrit bersamaan.
"Eh Nis, kok Lo undang dia deh? Bukannya dia payah ya?" tanya Kucrit tiba-tiba.
Nisa menggigit bibirnya. Dalam hati ia mengumpat Kucrit yang berbicara blak-blakan. Masalahnya, orang yang dia bicarakan kini sedang melotot ke arahnya.
"Ho'oh, beban doang!" Ajiz menambahkan.
Aduuh, apaan sih? Ajiz pakai ikut-ikutan segala lagi!
"Iya kayak Lo berdua!" jawab Nisa sengit. "Jadi mau maen kagak? Kalo nggak gue nge-room sendiri nih!" ancamnya.
"Eh, iya mau..mau!" Ajiz dan Kucrit menjawab bersamaan. "Lagian kok mendadak sewot, sih? Lo lagi dapet?" Ajiz menambahkan.
"Kagak!"
Ia melirik Ameer yang kini menatap ponselnya tanpa ekspresi. Setelahnya mematikan fitur mikrofon dan speaker agar teman-temannya tidak tahu ia sedang mengajari Ameer.
Pertandingan mereka cukup sengit. Beberapa kali Nisa terbunuh oleh lawan. Namun karena kompak, mereka bisa menghancurkan semua turret dan menuju base lawan. Setelah menghabiskan waktu hampir setengah jam, akhirnya-
~Victory~
"YESS!!" Nisa dan Ameer bertepuk tangan merayakan.
Melihat hasil pertandingan, kali ini Ameer lebih sedikit terbunuh dibandingkan sebelumnya. Ada gurat kepuasan di wajahnya. Rasanya melebihi mendapatkan peringkat kelas yang selama ini sudah biasa baginya. Nisa ikut tersenyum simpul melihat antusias Ameer.
Ia sudah ingin beranjak, namun tiba-tiba--
"Sekali lagi!" ujar laki-laki itu.
Eh? Akhirnya Nisa mendudukkan dirinya lagi.
Beberapa jam kemudian.
Nisa merasa matanya sudah mulai buram menatap layar ponsel di tangannya. Ini, entah sudah pertandingan yang ke-berapa kalinya mereka mainkan. Ia benar-benar mengantuk.
Pluk.
Ameer mengalihkan pandangannya saat melihat Hero Nisa tidak bergerak sama sekali. Namun ia terkejut saat mendapati Nisa sudah terlelap. Tanpa sadar, Nisa menjatuhkan ponselnya dan bersandar di tepi kasur. Ia benar-benar sudah tidak tahan.
Ameer berniat membangunkannya. Tapi saat melihat betapa pulasnya gadis itu, ia urungkan. Ameer mengangkat tubuh Nisa dan memindahkannya ke kasur. Lalu turun ke bawah untuk memberi tahu Mira, Nisa tidur di kamarnya. Ia sendiri akan tidur di kamar lainnya.
Keesokan paginya Nisa terkejut saat menyadari dirinya masih berada di kamar Ameer.
"Apa-apaan nih? Kenapa gue ada di kasur Ameer? Jangan-jangan..?" Nisa meraba seluruh tubuhnya. Lalu bernapas lega saat mendapati pakaiannya masih menempel dengan sempurna.
"Ahh syukurlah!"
"Memangnya apa yang kamu pikirkan?"
Nisa merasa jantungnya nyaris copot saat melihat Ameer yang sudah berdiri di ambang pintu.
"Eh? Bukan apa-apa!" jawabnya gelagapan. Lalu memandangi Ameer yang melangkah menuju kamar mandi. Namun tangannya berhenti saat memegang gagang pintu. Kening laki-laki itu berkerut.
"Kamu.. masih betah?"
Nisa langsung lompat dari kasur saat menyadari kebodohannya. Bisa-bisanya dia duduk termangu menatap Ameer yang hendak mandi.
"Sorry, gue permisi!" Ia langsung ngeloyor pergi dengan wajahnya yang memerah karena malu.
"Dasar bego!" rutuknya pada diri sendiri. Ia mengingat-ingat lagi bagaimana dirinya bisa tertidur di kamar Ameer. Seingatnya, dirinya sudah berkali-kali ingin beranjak, namun Ameer lagi-lagi mengajaknya bermain karena terlalu antusias dengan perkembangan permainannya sendiri.
Saat ia sampai di kamarnya, Mira baru saja selesai sholat shubuh. Ia langsung menjewer telinga Nisa hingga gadis itu meringis.
"Aduh Bu, sakit!"
Sebelah tangan Mira berkacak pinggang. "Lagian siapa suruh tidur di kamar Den Ameer? Kamu tuh anak perempuan, jangan seenaknya tidur di kamar cowok. Apalagi di kamar majikan!" Mira melepaskan jewerannya.
Nisa mengusap-usap telinganya yang berdenyut nyeri. "Iya maaf. Nisa nggak sengaja ketiduran, Bu! Lagian Nisa mau keluar, diajakin Mabar mulu sama Ameer!"
"Nggak usah ngeles!"
"Ihh beneran, Bu!" sungut Nisa.
"Ya sudah sana sholat shubuh dulu! Abis itu mandi."
Nisa mengiyakan perintah Mira dan menuju kamar mandi.
***
Saat jam pelajaran olahraga, murid kelas XII IPA 5 berkumpul di lapangan melakukan pemanasan. Materi pelajaran kali ini ialah bola voli. Guru membentuk dua tim dengan beranggotakan masing-masing enam orang, tiga perempuan dan tiga laki-laki.
Nisa berada satu tim dengan Rani, Diana, Novan, Angga dan... Dean. Lagi-lagi, ia dikelompokkan dengan laki-laki itu.
Sebelum bermain, setiap tim membagi posisi dan tugas setiap pemainnya. Nisa kebagian melakukan server pertama kali. Ia mengambil napas dalam sebelum memukul bola ke area lawan.
Bugg.
Semua murid kelas XII IPA 5 termasuk guru, tertawa saat bola yang ia pukul malah mengenai kepala Dean. Sementara Nisa hanya menahan tawanya. Walaupun sebenarnya ia tidak sengaja, tapi melihat Dean yang meringis memegangi kepalanya terasa lucu bagi Kian.
"DIAMM!!!"
Sontak semua orang yang menertawakan mengatupkan mulutnya rapat-rapat saat Dean berteriak emosi. Dia menghampiri Nisa yang masih berdiri di belakang.
"Lo pikir ini lucu?" Sorot matanya tajam mengintimidasi Nisa.
"Sorry...sorry.. gue nggak sengaja?"
Dean berdecih. "Ngga sengaja? Lo kira gue bakal percaya sama pembohong kayak Lo?"
Kali ini kesabarannya sudah habis. Sejak awal cewek di depannya ini selalu saja membuat masalah, tapi berkilah bahwa bukan dia pelakunya. Dan kemarin, bahkan mengerjainya dengan memesan bakso tanpa sepengetahuannya.
Nisa melotot tidak terima. "Apa Lo bilang?"
"Lo--" Dean menunjuk tepat di wajah Nisa. "PEM-BO-HONG!"
"Jaga mulut, Lo!" Nisa meradang dengan balas menunjuk wajah Dean.
Melihat pertengkaran itu, guru olahraga menghampiri mereka. "Sudah, sudah! Kalian ini, bukannya main yang bener malah berantem. Ayo lanjutkan!" Sontak semua murid yang ada, termasuk Nisa dan Dean melotot ke arahnya.
"Maksud Bapak lanjutkan main volinya bukan berantemnya!"
"Huuu.." Semua murid menyoraki.
"Sudah Dean, Nisa, lanjutkan main volinya!"
Dean masih terlihat tidak terima. Namun ia tetap menurut melanjutkan pelajaran olahraga yang sempat tertunda.
"Awas, Lo!" ancamnya pada Nisa.
Nisa hanya menjulurkan lidah mengejek Dean.
Permainan dilanjutkan dengan tim lawan yang men-serve bola.