Kali ini Indra benar-benar jadi semakin tidak mengerti dengan apa yang sedang dan akan terjadi di rumah itu. Karena tanpa dapat diduga sebelumnya, ia malah menemukan sebuah sifat yang benar-benar jauh berbeda pada kepribadian istrinya akhir-akhir ini.
Miranti yang lebih tua lima-enam tahun darinya, sekarang justru menampilkan sisi rapuh dari seorang wanita biasa. Sementara semenjak dulu, Indra sendiri sudahlah sangat paham dengan pribadi si wanita yang sedemikian dingin dan tegar dalam menghadapi apapun.
Tentu saja Indra sangat hapal sifat keseharian sang istri sebelum wanita tersebut melahirkan. Sebab setelah beberapa tahun menjadi karyawan di lingkungan perusahaan wanita itu, si pemuda jadi begitu sangat memahami bagaimana perangai sang big boss.
Miranti Ayunda, adalah sosok sedemikian sempurna untuk menggambarkan gabungan antara kecantikan fisik dan hati. Karena tubuh tinggi semampai dengan wajah berukir halus rupawan itu, dengan seketika saja pastilah akan membuat kagum siapapun memandang.
Seseorang yang sudah pernah melakukan interaksi ataupun bernegosiasi dengan wanita bernama Miranti itu, dapatlah dipastikan bila mereka akan tunduk pada karakternya yang tegas serta cerdas.
Sementara bagi yang hanya mencoba-coba untuk menggoda atau mendekati secara pribadi, kebanyakan malah akan merasa minder begitu mengetahui betapa tinggi tingkat intelegensinya. Karena Miranti yang memiliki tampilan layaknya model, ternyata juga dikaruniai dengan kecerdasan yang sangat mengagumkan.
Bagi Indra sendiri, ia bahkan masih ingat dengan jelas, sewaktu dirinya sampai hampir saja lupa menutup mulutnya yang menganga saat pertama kali melihat sosok cantik tersebut. Dimana kala itu, si pemuda masihlah menjadi seorang bocah pelonco yang baru saja menempuh pendidikan di bangku kuliah.
***
Setelah berhasil membujuk Miranti agar merelakan dirinya untuk sekedar pergi mandi, Indra pun segera tenggelam dalam guyuran air yang diharapkan mampu mencuci seluruh gairah yang masih saja membekas dalam jiwa.
Mengguyur tubuh dengan air hangat yang cukup panas, adalah solusi Indra untuk meredakan seluruh ketegangan syaraf yang baru saja menyerang sekujur pori di tubuhnya. Karena sejujurnya saja, pengalaman yang tadi ia alami adalah sebuah momen yang sedemikian luar biasa membekas dalam hatinya.
Namun selain mengguratkan sebuah sensasi manis menggetarkan yang begitu merasuk dalam jiwa, pengalaman tersebut justru malah semakin menambah berat pikirannya. Karena keadaan yang begitu berubah dengan drastis, pasti saja akan mempengaruhi apa yang harus ia katakan pada Vanessa nanti.
Ketika mengingat gadis cantik dan baik hati yang ia kenal saat hari pertama menginjakkan kaki di kampus itu, segera saja kegundahan meliputi hati Indra Perkasa. Karena hal cukup rumit yang sedang terjadi di luar urusan 'rumah-tangganya' kini, adalah terkait juga hadirnya sosok Vanessa yang seolah tak pernah berhenti menyerah untuk mendapatkan dirinya.
Beberapa saat setelah Indra menikah, gadis itu kembali datang padanya untuk menanyakan kebenaran selentingan berita yang ia dengar. Lalu disaat Indra mencoba untuk menjelaskan segala sesuatunya, mendadak saja Vanessa malah mengungkit cerita tentang cinta mereka yang selama ini terabaikan.
"Aku mencintaimu, Ndra … bahkan semenjak kita pertama bertemu, saat itulah aku sudah mulai menunggu datangnya pernyataan hatimu. Tapi … mengapa kau setega itu? Bahkan, rencana menikah pun tak pernah kau singgung di depanku. Tapi kini …" demikian ujarnya, saat tanpa basa-basi menyampaikan unek-uneknya pada Indra.
Dengan kekalapan yang meledak-ledak, gadis itu berteriak untuk melampiaskan kemarahannya. Lalu demi merayakan patah hatinya, Vanessa bahkan rela menangis tergugu di hadapan Indra Perkasa. Dan seolah tak cukup, matanya yang bening terus saja menatap si pemuda untuk menuntut sebuah penjelasan.
"Maafkan aku, Nes … tapi, mengapa tak kau katakan itu sebelumnya? Atau, bahkan sebelum aku menikah?" menyesali kebodohan diri yang buta hati untuk melihat kesungguhan si gadis, Indra malah menjawab dengan melemparkan kesalahan itu pada Vanessa.
"Tanpa perlu aku katakan, harusnya kamu sudah paham. Karena, buat apa juga kita pernah saling memeluk saat itu? Atau bahkan, malam-malam hujan saat aku memberanikan diri untuk mencium hingga sampai terhanyut dalam mesramu? Masih ingatkah dirimu dengan semua itu?" dengan mata berapi-api, si gadis cantik menampakkan kegusaran yang tak mampu ia tutupi lagi.
"Ah, maafkanlah …"
"Kau pikir, gadis macam apakah aku, hingga rela kau peluk dan cium jika tak memiliki rasa cinta? Bahkan … selama ini aku juga mau saja kau perlakukan layaknya seorang kekasih, meskipun tak pernah sekalipun kau ucap cinta padaku!" tak mau berhenti, terus saja Vanessa menghujat dengan mengungkit masa lalu mereka.
---
Mengetahui jika kali ini Vanessa benar-benar marah, Indra pun berusaha menahan diri untuk tidak larut dalam pertengkaran. Sebab ia sadar, bahwa dirinya merupakan pihak yang paling bersalah dalam kasus ini.
Tak hanya mengabaikan Vanessa saat memutuskan untuk menikahi Miranti, Indra pun jadi merasa sangat jahat ketika mengenang segala 'petualangan' yang pernah ia lakukan bersama gadis cantik yang sangat bersahabat itu.
Saking dekat dan tak mengenal batas, keduanya bahkan sempat beberapa kali terjebak dalam kemesraan yang sedemikian menghanyutkan jiwa. Dan meskipun Vanessa tak pernah menuntut sebuah kejelasan akan status mereka, Indra juga tak dapat memungkiri bila hal itu telah saja mengikat emosi keduanya kedalam sebuah hubungan yang lebih dekat.
Saking bodohnya, semula si pemuda berpikir jika Vanessa tidaklah akan menganggap dirinya menjadi sangat spesial seperti itu. Barulah setelah si gadis mengucapkannya secara terang-terangan, Indra pun jadi mengerti bila selama ini Vanessa mencintainya.
Karena menyesal dan merasa bersalah, saat itu juga Indra memutuskan untuk bercerita tentang hal yang sebenarnya terjadi. Dan demi meredakan kemarahan Vanessa, sang pemuda pun menceritakan kondisi sebenarnya terkait status pernikahan dengan Miranti.
Tapi setelah tahu akan hal itu, dunia Indra malah menjadi semakin ramai dengan riuh rendahnya bahasa cinta yang selalu saja dicurahkan oleh Venessa pada dirinya. Karena tak hanya kata, sikap mesranya pun malah semakin menjurus pada sebuah perbuatan nekad yang seperti disengaja.
Dan seiring badai rayu kemesraan yang tercurah pada diri Indra Perkasa, Vanessa pun akhirnya terus saja mendesak agar ia menceraikan Miranti. Tentu saja, sang pemuda Indra menolak. Dengan alasan telah terjadinya sebuah persetujuan dan kesepakatan, pemuda itu mengatakan bahwa dirinya tidaklah akan bersedia bertindak untuk menyalahi perjanjian tersebut.
Namun, ternyata Vanessa bersikukuh dan memaksa Indra agar tetap mau menjalin hubungan dengannya. Dalam keputusannya yang seperti itu, sang gadis menegaskan jika ia akan tetap selalu ingin dekat dengan Indra. Sehingga, ia tak mau melepaskan si pemuda dari pelukan sementara menunggu tibanya akhir perjanjian pernikahan tersebut berakhir.
---
Dan kini … dalam guyuran air yang membasahi sekujur tubuhnya, Indra Perkasa harus segera memikirkan sebuah solusi terbaik. Karena apalagi yang bisa ia upayakan selain mencoba mengatur sebuah siasat halus agar semua menjadi baik-baik saja hingga tiba waktunya ia untuk mengakhiri perjanjian.
Pemuda itu menginginkan agar hubungan antara dirinya dengan Vanessa tetap berjalan dengan baik. Karena setelah matanya dibukakan oleh kebesaran cinta gadis tersebut, ia jadi memiliki sebuah harapan yang indah pada masa depannya nanti.
Namun pada saat yang sama, Indra juga tak menghendaki perjanjian nikahnya dengan Miranti akan menjadi berantakan sebelum tibanya akhir kesepakatan. Dimana dengan melakukan itu hingga tuntas, ia akan tak memiliki lagi tanggungan hutang budi yang berupa apapun pada wanita tersebut.
Tengah asyik dalam lamunan di antara butir air hangat yang mengguyur tubuh, mendadak saja terdengar suara ketukan keras pada pintu kamar mandi. Dan, ketukan pintu itu langsung saja disusuli oleh sebuah teriakan manja.
"Mas Indra … kok lama banget, sih? Cepetan … aku takut kalau laba-laba itu balik lagi," begitulah rengek manja sang istri yang nampaknya sudah tidak sabar lagi untuk menunggu sang suami mandi.
"Eh, iya … udah selesai, kok." Dengan sedikit keras, Indra langsung saja menjawab sambil meraih handuk untuk mengeringkan tubuhnya.
"Lama banget sih, mandinya? Ngapain aja?" kini, teriakan sudah berubah menjadi gerutu.
"Maaf, tadi sekalian juga melakukan hal lain," jawab si pemuda yang sudah menongolkan kepala dari balik pintu.
"Ih, ngapain? Hayo, tadi habis nglakuian apa di dalam?" dalam tatapan nakal yang belum pernah sekalipun dijumpai Indra dalam diri si wanita, Miranti terlihat melirik penuh godaan untuk menyampaikan maksudnya.
"Uh, ya namanya juga di kamar mandi. Kan keperluannya banyak."
"Ihh … pasti habis anu, kan? Hayo ngaku!" tak mau melepaskan mangsa yang sudah sedemikian salah tingkah, langsung saja sang istri kembali menuduh.
"Ih, apaan … orang tadi buang air dulu …" langsung saja, Indra menjawab sambil tersinggung.
Tentu saja pemuda itu sangat paham, kemana arah Miranti yang langsung saja mengeluarkan kata-kata nakal bernada tuduhan. Dan seperti sifatnya dulu, si pemuda pendiam langsung saja bisa menyikapi godaan dengan gaya khas-nya yang sedemikian cuek.
"Hihihi … kirain anu, enak-enak sendiri nggak ngajak-ngajak." Sambil berkata demikian, si wanita langsung saja melengos dan membalikkan badan untuk pergi ke kamarnya sendiri.
Sepertinya, Miranti jadi malu sendiri dengan keberanian serta kenakalan yang belum pernah ia lakukan pada siapapun. Karena entah bagaimana, ia sungguh benar-benar tak mengerti tentang keadaan yang kini terus saja terjadi.
---
Sebagai seorang wanita mapan yang selalu dihormati berbagai kalangan bisnis, tentu saja Miranti merasa malu dengan kenyataan yang terjadi pada dirinya. Dimana kini, ia sadar bila sudah terus saja melakukan banyak sekali godaan serta tindakan yang begitu berani dan nakal pada suami belianya.
Lebih dari itu, Miranti pun mengakui bahwa dirinya memang merasa sedang kasmaran. Sehingga, ia pun tak akan mampu mengingkari jika dikatakan tengah jatuh cinta dan ingin menjadi budaknya dalam waktu yang sama. Sebab secara diluar nalarnya sendiri, sang wanita telah saja menjadi termehek-mehek dengan pesona si pemuda belia yang sangatlah membuatnya ingin dicintai.
Namun begitu, ia juga dapat merasakan adanya setitik kebahagiaan yang ditemukannya dari semua hal yang sudah ia lakukan secara sengaja itu. Karena dari hati kecilnya yang berbicara, Miranti dapat dengan jelas membaca bila Indra Perkasa sepertinya juga sudah mulai tergoyahkan kekerasan hatinya.
***