Sejak dua bulan terakhir, mereka menyiapkan segala sesuatu yang akan membuat mereka terpilih menjadi Ratu penjaga, Rachel tampak membuat api besar hingga meleburkan dinding pertahanan yang dibuat oleh koleganya. Elara memandang sekelilingnya, mereka tampak sangat antusias, selama dua bulan ini, Elara sama sekali tak mengasah kemampuannya.
"Tenanglah, tak usah gugup Elara" Nenek Tessa menepuk pundak Elara yang tampak termangu melihat keadaan sekitar.
Nenek Tessa tak tahu bahwa dia sedang tak memikirkan tentang kontes, lelaki bermata tajam di ujung sana yang menjadi titik fokusnya.
Elara berlalu dengan cepat, ia akan menghampiri Stuart sebelum semuanya dimulai.
Merasa ada yang mendekat, Stuart yang sedari tadi sibuk mengurus podium-podium berisi alat dan benda penunjang berbalik sebentar.
"Ada apa ?"
"Tak ada apa-apa, aku hanya merasa tak enak sebab tak membantumu"
"Bukannya kau salah satu kandidat, tak seharusnya kau disini, jangan seolah-olah kau sangat peduli pada pekerjaanmu, sedang kau beberapa kali membolos"
Ucapan Stuart membuat Elara tak bisa menjawab apapun, tak ada cara lain selain pergi meninggalkan tempat itu.
"Dimana Ergy ?" Nenek Tessa bertanya pada Howard yang sedari tadi mendampinginya.
"Kurasa dia masih di hutan" Howard menjawab singkat.
"Dia terlalu gila pekerjaan, hari ini adalah hari penting seharusnya dia telah duduk disini menanti kontes dimulai, bagaimanapun ini masalah pemilihan Ratu, serta mereka akan disandingkan setelah pemilihan selesai". Nenek Tessa menggerutu.
"Dia akan datang sebentar lagi, tak mungkin Ergy melewatkan acara seperti ini" Paman Howard membela.
"Ada banyak sekali calon kandidat tahun ini, apa mereka telah menyiapkannya selama bertahun-tahun ?" Nenek Tessa bergumam sendiri namun terdengar jelas oleh Howard.
"Tentu saja nek, mereka sangat antusias dengan adanya pemilihan ini, setelah bertahun-tahun tak dilaksanakan, kupikir para ketua klan telah menyiapkan kandidat yang kuat untuk calon Ratu selanjutnya".
"Kuharap tak ada lagi yang seperti Rin"
Nenek Tessa mengulang kenangannya bersama putrinya dahulu, putri yang dia besarkan dengan baik dan dilatih dengan sepenuh hati malah memilih manusia untuk menjadi pendampingnya, betapa nenek Tessa sangat kecewa.
"Apa putri Rin masih hidup ?" Howard berbisik pelan.
"Kuharap dia hidup, serta damai di dunia manusia.'' Nenek Tessa menerawang ke langit, ingatannya pada cucunya itu membuat hatinya sesak, dia harus mengangkat Elara sebagai pengganti keturunannya.
Howard mengangguk pertanda setuju, dia setuju akan ucapan nenek Tessa dan mengaminkan nya dalam hati.
"Kemana Elara ?"
Mata Nenek Tessa awas melihat semua gadis yang ramping yang mirip dengan Elara, meski bukan asli keturunannya, namun Elara sudah seperti cucunya sendiri.
Gadis itu sedikit pembangkang dan suka berbuat semaunya, namun dia bukanlah gadis yang jahat, dia hanya sibuk dengan buku-buku tebalnya dan tak ingin bergaul dengan dunia luar.
"Kau kemana saja"
Elara menghampiri nenek Tessa yang telah duduk bersama Howard paling depan stadion.
Tempat itu seperti arena banteng, disaat parfa gadis menunjukan kebolehannya para penonton akan melihatnya dari atas.
"Hanya menghilangkan gugup" Elara menjawab dengan malas.
"Kau tahu hari ini penting bagi penerus Coriane, jangan membuatku kecewa !'' Nenek Tessa mengingatkan sekali lagi.
"Iya"
Elara bersiap-siap mengambil posisi, para gadis kini sibuk dengan penampilan mereka, antara satu dan yang lain berhubungan baik serta saling membetulkan ikat rambut dan baju yang teman mereka gunakan, sedang Elara tampak kikuk dan canggung, tak sekalipun dia pernah berbicara dengan gadis lain di lingkungannya.
Ergy menatap wajah gadis disampingnya, Shanum benar-benar masih terlelap, dia juga tak bisa melewatkan kontes pemilihan Ratu hari ini, para petinggi klan akan memandangnya sebelah mata dan menjadi cibiran bagi Hilltop Castle.
"Maaf Shanum aku pergi dulu, aku akan datang menemuimu lagi" Ergy mencium kening gadis itu kemudian pergi dari tempat itu.
Semarak yang terdengar dari lonceng dan suara-suara orang Emerald yang berbaur menjadi satu membuat Elara pusing tak karuan, dia tak pernah berada diposisi yang ramai seperti ini.
"Kau ada minum ?" Elara memberanikan diri bertanya pada gadis berkepang satu di sebelahnya.
"Ada" Gadis itu dengan cepat mengeluarkan botol minum yang berada dalam tas selempangnya.
"Terimakasih". Elara mengambil dengan cepat, kemudian mengembalikannya lagi pada gadis itu.
Penampil pertama yaitu Noure dari klan Ralae, gadis mungil yang menghancurkan lantai dalam pusaran angin, mengubah tiang-tiang penyangga menjadi bubuk debu, dia tampak seperti makhluk kecil penghasil gempa bumi.
Kontes ini terlihat mengerikan dan beringas.
Orang-orang bertepuk tangan dengan sopan saat gadis Ralae itu mengakhiri pertunjukan kehancuran yang sudah diaturnya dan melangkah mundur menuju ruangan menurun dari tempat diadakannya kontes.
Berikutnya hadir gadis dari klan Helen, putri seorang penemu. Gadis yang tinggi dengan mata elangnya, dia dapat menyatukan kembali lantai yang hancur dengan alat yang diciptakannya. Orang-orang bersorak perlahan, gadis itu sangat berbakat.
Pemilihan Ratu terus berlanjut, hingga rasanya telah berjam-jam Elara menunggu giliran, masing-masing gadis tampil untuk menunjukan kemampuannya dan semuanya menampilkan dengan cara apik dan sangat berkelas.
Gadis dari klan Nature memberikan penyembuhnya dengan cepat pada pohon-pohon yang telah gosong akibat ledakan api dari salah satu kontestan, dengan wajah bersinar dan lembut gadis itu dengan pelan merapikan semua kekacauan yang terjadi.
Setelah menunggu sangat lama dan membosankan, kini giliran Elara dari klan Coriane.
Klan yang sangat ditakuti pada zaman dahulu, akan tetapi klan itu kini tinggal nama saja, karena hanya ada dua orang yang tersisa dari klan itu, yaitu nenek Tessa dan Elara.
Nenek Tessa berteriak sangat keras "Lakukan yang terbaik Elara"
Elara mengangguk.
Tiba-tiba platform bergoyang, bergerak menyamping, kemudian mengarah sebaliknya, semua orang merasa cemas, kekuatan pengendali pikiran yang dimiliki Elara membuncah keluar.
Seluruh rangka bergerak di bawah komando alam bawah sadarnya., Elara tak bisa menghentikannya, sampai pada akhirnya muncul air dari dalam lubang di tengah-tengah arena pertunjukan itu.
Tessa tersenyum sinis.
Namun, ketika semua orang berdiri, Elara terpental sangat jauh.
Jaring-jaring yang dibuat oleh klan Rhombus tampak mempertahankan mereka, agar posisinya tak terjatuh.
Semua orang tertegun, kekuatan tersembunyi oleh klan Coriane akhirnya muncul dipermukaan juga, bukan hanya itu, mereka tampak tunduk dan melangitkan Elara.
Para gadis berhamburan ketengah, memastikan bahwa Elara baik-baik saja, namun belum sempat para gadis itu menyentuh Elara, pusaran air mengelilingi mereka.
Mereka mempertahankan posisinya masing-masing, tampak seperti pertarungan antara Elara dan para gadis.
Elara bersumpah dalam hati, dia tak melakukan itu semua, namun kekuatannya keluar begitu saja, ia menyesal tak mengolahnya dengan baik.
Para gadis kewalahan, Elara menjatuhkan tubuhnya berpikir hal-hal manis, dia berharap dapat mengendalikan pikirannya dan menghentikan kekacauan ini.