Upaya yang dilakukan Shanum untuk menutupi semuanya, tampak tak berjalan sesuai dengan keinginannya.
"Kau akan memulai semuanya dan bertanya dari pangkal hingga akarnya. Lalu, kau akan tahu soal apa dahulu ?"
"Bukan aku yang mulai, seharusnya kau. Katakan apapun yang ingin kau katakan.''
Shanum mulai bercerita tentang mimpi-mimpinya, tentang wanita yang disebut Rin, serta tentang teleportasinya terakhir dirumah orang tuanya.
Ergy mendengarkan dengan seksama. Namun, dia tak tahu jika Shanum adalah anak dari ratu terakhir.
"Berarti, kau adalah keturunan Emerald dan manusia ?"
"Ya begitulah,"
"Tapi aku tak tahu apakah keluargaku di Emerald masih ada apa tidak, jika memang masih ada, belum tentu mereka akan menerimaku."
"Kau tak boleh berasumsi seperti itu."
"Nyatanya, aku adalah hasil dari pernikahan terlarang."
"Kau tak salah, cinta orang tuamu juga tak salah, hanya saja perasaan mereka yang tak bisa diatur sesukanya"
"Aku harus apa ?"
"Kau tak perlu menjadi apa-apa. Aku akan menjadi keluargamu disini"
"Tapi, aku ingin lebih !" Shanum melototkan matanya.
"Aku juga ingin lebih, lebih dari keluarga, teman, sahabat dan sesuatu yang lebih berharga untukmu" Ergy menjelaskan.
Shanum tersenyum lebar, ditautkan lengannya pada lengan kekar Ergy.
"Aku mencintaimu Ergy, apa aku salah ?"
"Aku juga mencintaimu, tak ada yang salah. Kita tak bisa mengatur perasaan."
"Oh iya, kau tahu nama klan keluargamu disini ?"
"Entahlah. Namun seorang wanita paruh baya yang kutemui pertama kali di tempat ini, mengatakan hal yang tidak kumengerti sama sekali."
"Tentang apa ?"
"Disaat, aku menyebutkan namaku"
"Memangnya dia mengatakan apa ?"
"Aku tak perlu malu mengungkapkan klan ku, karena itu bukan kesalahanku"
"Kau tahu klan mu ?"
"Tidak !, Aku hanya menyebutkan nama lengkapku. Shanum Coriane"
"Benarkah ?, aku pikir itu hanya sebuah kebetulan. Namamu sama persis dengan salah satu klan di kaum Emerald"
"oh ya ?'
"Klan itu sudah hampir punah, karena tak ada keturunan ataupun bakat dari anak-anak kaum Emerald yang dapat menuruni klan Coriane"
"Apa mereka klan hebat ?''
"Ya. Dulu saat usiaku lima tahun, Klan Coriane sangat kuat dan disanjung, tak heran jika beberapa tahun terakhir hingga Ratu terakhir terpilih. Dia pun berasal dari klan Coriane"
"Kekuatan seperti apa ?"
"Entahlah. Tapi, yang kutahu mereka dapat mengendalikan apapun lewat pikiran mereka"
"Oh ya ?, luar biasa sekali"
"Tahun ini satu-satunya penerus klan Coriane, terpilih menjadi Ratu lagi, setelah dua puluh satu tahun kosong"
"Dua puluh satu ?" Shanum menghentikan pertanyaannya, sebelum ia melanjutkan, Ergy telah menjawab nya terlebih dahulu.
"Iya, dikarenakan kejadian yang sangat memalukan, pemilihan Ratu tidak diadakan dalam waktu yang sangat lama."
"Aku tak ingin tahu. Tapi, mungkin saja itu berhubungan denganku"
"Hahah. Bilang saja, jika benar-benar penasaran" Ergy mengacak-ngacak rambut gadis itu.
"Jika tak ingin cerita, ya sudah !" Shanum mendengus kesal.
"Ya,ya.. Aku akan cerita. Ratu terakhir dari klan Coriane memilih melarikan diri ke dunia manusia bersama lelaki yang ditemuinya dihutan. Lelaki itu adalah seorang manusia, disaat hari pertunangannya diadakan dengan Raja Arthur. Seisi Emerald gempar. Namun, mereka tak ingin mengusik apapun, sebab Coriane masih berkuasa di setiap sisi kota. Begitupun dengan kepala kaum Emerald, hingga sekarang diduduki oleh klan Coriane."
"Apa mereka orang-orang jahat ?"
"Tidak, Klan Coriane sama sekali tak jahat, mereka sama seperti orang-orang Emerald biasanya, hangat dan ramah"
"Percintaan antara dua kaum apa itu adalah hal terlarang disini ?"
"Tentu saja !"
"Apa aku ada hubungannya dengan klan Coriane ?''
"Tak usah kau risaukan, Jika memang benar kau adalah keturunan Coriane, itu lebih baik bukan ?"
"Yah," Shanum menjawab lesu.
Ergy menyuruh Shanum untuk bersandar di dadanya dengan gerakan isyarat, masih banyak yang ingin ia tanyakan. Namun, ia tahu gadis itu sedang tak berselera menjawab semua pertanyaannya. Seiring waktu berjalan, dia akan tahu satu persatu tentang kehidupan gadis itu.
"Shanum. Apa boleh aku berharap lebih ?"
"Maksudnya ?"
"Aku ingin lebih dari ini, dan berharap kau bisa jadi milikku seutuhnya"
"Apa boleh ?"
"Aku bertanya, mengapa kau membalikkan pertanyaan nya lagi ?"
"Soalnya, aku juga tak tahu harus menjawab apa."
"Yah, kau benar. Kau dan aku belum bisa memastikan apapun,"
"Aku tak tahu sampai kapan berada disini, aku hidup di dua dunia sekaligus, aku tak tahu dimana akhir hidupku".
Ergy dan Shanum tak melanjutkan percakapan mereka, hening.
***
Elara tak dapat tidur semalaman, kejadian kemarin membuatnya merasa sangat bersalah pada Stuart dan hatinya. Dia tak ingin terpilih. Namun, tingkahnya malah membuat dia terjerumus sendiri.
"Selamat atas gelar barumu Elara" Howard memberi selamat pada Elara yang sedang duduk di beranda depan.
"Yah, Terimakasih" Elara tak bersemangat.
"Pelantikanmu akan diadakan minggu depan, kau pasti sudah tak sabar"
"Yah"
"Kuharap kau bisa mengemban tugas dengan baik"
"Yah"
Howard tampak canggung, Elara menjawab dengan didominasi satu kata saja, membuat dia tak tahu lagi harus mengatakan apa.
"Oh iya paman, kudengar ada kerusuhan yang terjadi kemarin"
"Yah, terjadi kerusuhan dimana-mana"
"Karena ulahku ?"
"Bukan, kupikir itu karena Aruna"
"Aruna ?"
"Yah, beberapa orang menganggap bahwa Aruna sedang menyaksikan pemilihanmu kemarin dan memberi pertanda bahwa dia juga ikut andil dalam pemilihan itu"
"Ikut andil ?"
"Setiap kekuatan yang kamu hasilkan, diturunkan oleh Aruna"
"Aku tak mengerti,"
"Suatu saat kau akan mengerti".
Elara menatap Paman Howard dengan kesal, bukan jawaban itu yang dia inginkan.
"Aku akan pergi" Paman Howard berpamitan setelah melihat Nenek Tessa dari kejauhan.
"Yah"
Percakapan singkat itu membuat Elara merasa ada yang sedang ditutupi oleh Howard. Ada banyak hal yang tidak diketahuinya saat ini. Namun, dia berharap suatu saat, dia akan mengetahui semua kebenarannya.
"Apa yang kau pikirkan " Nenek Tessa menghampiri Elara.
"Tak ada, hanya saja aku masih merasa tak pantas dengan gelar Ratu itu"
"Kau akan terbiasa nantinya, tak usah kau pikirkan"
"Tetap saja, aku benar-benar tak ingin menjadi Ratu"
"Apa yang kau katakan, Elara ?"
"Aku tak siap !"
"Semua orang melihatmu dan memilihmu menjadi Ratu selanjutnya, bagaimana mungkin kau bersikap kekanak-kanakan seperti ini."
Nenek Tessa berlalu dengan wajah yang sangat marah, sedang Elara tak tahu harus mengatakan apa lagi. Ketakutan terbesarnya adalah jika kelak dia akan dijodohkan dan dinikahkan dengan Raja penjaga. Sedangkan hatinya masih terpaut kepada Stuart.
Apa boleh dia merasakan jatuh cinta seperti itu.
Nenek Tessa melantunkan doa-doa pada Aruna, kali ini di setiap doanya terselip nama Elara, dia tak ingin gadis itu membangkang seperti yang dilakukan putrinya dahulu. Nenek Tessa memohon dan meneteskan air matanya berulang kali. Baginya Emerald adalah segalanya, dia akan melakukan apapun demi menjaga Emerald.
Keputusan yang diambil oleh orang-orang Emerald untuk memilih Elara sebagai Ratu, tampak ditolak mentah-mentah oleh Aruna. Kejadian kemarin, membuat Nenek Tessa bergidik.Namun, dia tak punya pilihan lain, tak ada calon kandidat lain yang dapat dia andalkan.