Kau tampak sangat berani dan menantang" Gery mencoba menggoda Elara dengan seringai kasarnya.
Elara berlalu tanpa mempedulikan lelaki itu, dia tak ingin membuat Stuart menilai buruk tentangnya.
Elara menarik napas dengan pelan, menghentikan pikiran buruknya, ia takut apabila diteruskan dia akan membuat seluruh distrik itu hancur.
"Stuart, sepertinya aku akan lebih cepat pulang hari ini"
"Ada apa ?" Stuart bertanya, meski tak ingin.
"Ada tugas yang harus kulakukan di pusat batas daerah"
"Kau bahkan belum dilantik secara resmi !"
"Ini, tugas dari nenekku"
"Baiklah, lakukan sesukamu !" Stuart semakin tak menyukai gadis itu, dia terlalu mementingkan urusan pribadinya dibanding pekerjaan di distrik.
Langkah kaki Elara terhenti, saat melihat Ergy dari kejauhan. Bukan tak ada alasan. Meski, tak menginginkan Ergy menjadi pendampingnya. Namun, takdir jodoh Ratu penjaga harus bersama Raja penjaga.
Ada apa lelaki itu datang kesini, Elara menutup wajahnya menggunakan tab pintarnya. Hingga dia tak sadar, Ergy menatapnya dengan tajam.
"Ada apa, kau sampai menutupi wajahmu seperti itu" Jarak antara Ergy dan Elara hanya tersisa tiga puluh senti saja.
"Ah, Tidak… tak apa-apa"
"Ada yang ingin kubicarakan"
"Kau sampai jauh-jauh datang kesini, hanya untuk menemuiku ?"
"Yah, hal penting harus ku bicarakan secepat mungkin.''
"Apa ?" Elara tampak penasaran.
Lima belas menit berselang, tiada percakapan yang terjadi antara mereka berdua, Elara mulai muak. "Jangan membuang waktuku !"
"Aku sedang memikirkan, kata-kata apa yang pantas aku utarakan padamu"
"Katakan saja, tak perlu bersikap formal seperti itu !"
"Dengarkan baik-baik. Satu, aku tak ingin menjadi tunanganmu apalagi menikah denganmu kelak. Dua, sebagai Ratu penjaga, kau punya peran besar dalam menjaga perdamaian hutan. Tiga, Kau harus menolak segala ucapan kepala kaum jika itu bersangkutan tentang aku dan kau"
"Itu saja ?"
"Yah, Kurasa itu cukup. Akan kukatakan jika masih ada tambahan nanti"
"Aku juga tak ingin menikah denganmu, kau pikir kau siapa ?"
"Yah, baguslah kalau begitu"
Perdebatan kecil yang terjadi antara Elara dan Ergy disaksikan oleh Stuart dari kejauhan. Mereka tampak sangat serasi dengan kontras kulit yang setara.
"Sudah cukup ?"
"Yah"
Elara berjalan meninggalkan Ergy yang senang dengan pernyataan nya barusan, dia sedikit lega mendengar Elara juga tak ingin menikah dengannya, dengan begitu dia dapat mempertahankan Shanum disisinya.
Lima belas jam berlalu, Shanum belum juga bangun dari tidurnya, Ergy merasa cemas. mungkin saja terjadi sesuatu pada gadis itu di dunia manusia. Bagaimana jika gadis itu tak menemukan cara untuk kembali ke Emerald.
"Shanum, apa kau mendengarku ?" Ergy mencoba berbisik pada telinga gadis itu. Sebelum, pada akhirnya dia ingat perkataan Shanum terakhir kali, bahwa dia tak ingin diganggu, ada hal yang harus diselesaikannya dengan tuntas di dunia manusia.
***
Udara meruar diantara air hujan yang mengaliri tanah-tanah yang kering di sepanjang jalan, Shanum terseok-seok mencari Ale yang meninggalkan jejak darah pada tas selempangnya di kamar Shanum.
"Ale, kau dimana ?" Shanum berteriak dalam derasnya hujan.
Gelap semakin mencekam, setiap jejak yang ditinggalkan Ale di sepanjang jalan, membuat Shanum merasa tak tenang. Sesuatu telah terjadi pada gadis itu. Shanum tak bisa berpikir waras lagi, dia sangat ketakutan.
"Ale, kuharap kau baik baik saja"
Kakinya yang dibiarkan bertelanjang, tak menggunakan alas apapun. Membuat, dia harus menahan rasa sakit akibat batu-batu kecil di jalanan yang menusuk kakinya.
Gelang yang biasa digunakan Ale, tergeletak di dekat gedung tua tak jauh dari lokasi kampusnya, Shanum memberanikan diri untuk masuk kedalam gedung. Meski, jantungnya berdebar tak karuan. Akan tetapi, dia harus memastikan bahwa Ale baik-baik saja.
"Katakan padaku, dimana anak itu !" Suara pria yang begitu menggelegar mengusik pendengaran Shanum dari depan pintu gedung.
"Aku tak tahu, aku telah memutuskan hubungan dengan Rin, serta tak tahu tentang keberadaannya anak nya"
"Bohong,! aku mendengar jelas percakapan antara kepala kaum, bahwa kaum Ruby lah yang bertanggung jawab menjaga putri dari Rin"
"Kau salah besar, begitu banyak kaum Ruby yang bertebaran di dunia ini, kenapa harus aku yang kau curigai ?"
"Karena kau putri Lrey ! sedang Lrey tak mungkin membiarkan orang lain yang menjaga putri Rin selain keluarganya !"
"Aku tak ada sangkut pautnya dengan itu, lepaskan aku ! Sebelum para kepala kaum akan murka''
"Kau pikir, mereka akan menemukanmu,? Aku tak sebodoh yang dulu. Kini, jejakku tak bisa diendus oleh siapapun !" Suara pria itu semakin menggelegar.
Shanum melihat dari kejauhan. Ale sedang di sandera oleh seorang pria berbadan besar dan menjijikkan.
"Lepaskan aku, ! Kau akan mendapat balasannya !"
"Aku tak takut, katakan dengan cepat. Dimana anak Rin !"
"Sudah kukatakan, aku tak tahu !"
Shanum mencoba mendekat, dengan sebatang balok di tangannya. Belum lima langkah dia bergerak, makhluk aneh itu merasakan hawa panas pada tubuhnya.
"Ada apa ini ?" Pria itu menahan rasa sakitnya.
"Lepaskan dia, sebelum kuhancurkan kau !" Shanum berteriak dengan keras.
"Hahah, ternyata kau masih hidup gadis kecil !" Lelaki itu mendekat, menahan rasa panas pada tubuhnya.
Shanum tak menjawab apapun, dia bergerak mundur dan bersiap dengan balok yang digenggamnya sedari tadi.
"Kau takut, bukan ?" Pria itu memperlihatkan taringnya yang begitu tajam, serta kulitnya yang berubah menjadi merah dan tubuhnya membesar dua kali lipat.
"Aku tak takut denganmu, kau akan mendapat ganjarannya. Cepat lepaskan dia"
"Huwaakkhhh…." Pria itu menyemburkan cairan yang berasal dari mulutnya, cairan yang berbau seperti kotoran manusia. Namun, aneh nya cairan itu sama sekali tak mengenai Shanum.
Pria itu merasa ada yang aneh pada diri Shanum, sebelum akhirnya dia memutuskan menyerangnya secara fisik.
"Kau akan menjadi budakku dan sumber kekuatanku gadis kecil" Pria itu mendekat, menjulurkan cakarnya yang siap-siap merobek kulit pada tubuh Shanum.
Shanum menjerit, tatakala cakar makhluk aneh itu mengenai tubuhnya, rasa perih dan panas yang begitu menyakitkan membuat dia tersungkur pada lantai gedung yang berdebu.
"Hentikan !" Ale berteriak dari belakang.
Pria itu tertawa dengan keras, sebentar lagi dia akan menguasai seluruh kaum.
"Kau, gadis berlianku !" Pria itu mendekat, menorehkan luka pada dagu Shanum.
"Jangan sentuh aku !" Shanum mempertahankan suaranya yang tercekat di tenggorokannya.
"Kau akan menyukainya, sayang !" Pria itu kembali menjulurkan lidahnya yang dipenuhi dengan duri berwarna hitam pekat dan tajam.
Darah yang keluar dari tubuh Shanum membuat iblis itu terhenyak, dia tak pernah berpikir bahwa gadis itu malah mengikuti dari para kaum Ruby.
"Kau, bukan dia !" Pria itu memalingkan wajahnya dari Shanum dan berbalik ke arah Ale.
"Katakan padaku, gadis sial. Dimana putri Rin ?"
Ale tersenyum picik, dia tahu Shanum memiliki keajaiban yang dia sendiri tak dapat menafsirkannya.
"Sudah kukatakan, aku tak tahu !"