Berharap kali ini benar-benar bisa hidup tenang. Shanum memandang sekali lagi kamarnya untuk memastikan bahwa tak ada rindu yang tersisa. Dia akan meninggalkan dunia ma
Aku akan pergi, kuharap kalian baik-baik saja disini. Shanum berbicara pada benda-benda kesayangan nya di dalam kamar kost itu.
"Shanum ?"
Shanum mengerjapkan matanya beberapa kali, kemudian tersenyum kepada lelaki dihadapannya.
"Ergy, apa aku tertidur sangat lama ?'
"Yah, aku sangat khawatir kau tak bisa kembali"
"Kali ini aku akan tetap disini, sampai waktu yang bisa aku tetapkan'
"Benarkah,? Tapi kenapa ?' Ergy penasaran.
"Banyak hal yang akan ku jelaskan padamu, kuharap kau mau mendengarkannya hingga selesai"
Sesaat setelah mengucapkan kata itu, Shanum kembali tertidur. Ergy tampak kebingungan. Namun dibiarkan gadis itu tidur dengan tenang. Ergy melangkah keluar kemudian berbalik dan tersenyum.
Sepertinya dia benar-benar lelah hidup di dua kehidupan seperti itu. Tidurlah yang nyenyak gadisku, aku tak akan mengganggumu.
Shanum berjalan menyusuri hutan yang tampak tak asing, dia pernah ke hutan itu bersama Ergy, Udara yang biasanya menusuk-nusuk kulitnya, kini tak terasa apa-apa. Shanum mendongak ke atas, langit sebentar lagi gelap, sedang dia masih saja berada di tengah hutan.
Kurasa aku pernah kesini, tapi kenapa rasanya aku hanya berputar-putar.
Jejak yang terlihat di atas tanah sedikit berlumpur, berada tepat di hadapannya. Shanum berpikir bahwa jejak itu, mungkin bekas jejak Ergy dan teman-temannya.
Shanum bergerak mengikuti jejak tersebut, yang pada akhirnya berhenti pada sebuah benteng berwarna merah darah, benteng itu di jaga oleh begitu banyak lelaki berseragam yang sama yaitu merah dibagian dadanya dan coklat lumpur di bagian bawahnya. Mereka tampak asing, tak ada hawa hangat yang terasa di sekitar mereka, Shanum mengendap-ngendap di balik pohon, mencoba mencari tahu apa dan siapa mereka.
"Mereka akan tertidur tepat setelah kita mengirimkan lalat-lalat pembius" seorang yang tampak seperti prajurit bergumam.
"Kurasa kali ini, kaum merah akan menguasai semesta"
Yah, ini adalah akhir dari penantian kita selama ini"
Shanum bergidik tak sengaja, bulu kuduknya tiba-tiba berdiri begitu saja, saat mendengar mereka menyebut diri sebagai Kaum Merah.
Langkah yang diatur mundur oleh Shanum, perlahan tapi pasti bergerak menjauh dari benteng tersebut.
Shanum harus segera pergi dan mengatakan semuanya pada Ergy, sebelum Kaum Merah mengirim lalat-lalat pembius itu. Larinya dipercepat, dia tak tahu harus mengarah kemana. Akan tetapi, tepat sebelum ia hampir menyerah, Shanum menemukan akar-akar kayu tempat ia dan Ergy pernah berhenti.
Jika tak salah, aku harus terus jalan dan sedikit mengarah ke kanan.
Shanum menyesali disaat bersama Ergy saat itu, dia harus tertidur pulas di pundak Ergy.
Aku hanya perlu yakin.
Setelah lima belas menit berjalan sesuai dengan kata hatinya, lampu-lampu kota terlihat jelas di bawah sana. Shanum tersenyum lebar, dia membanggakan firasatnya yang begitu kuat.
***
Ergy duduk menunggu Shanum yang tak kunjung sadar dari tidurnya, dia mulai tak sabar. Dilihatnya kembali gadis itu yang terpisah satu kamar dengan keberadaannya sekarang. Namun, gadis itu tak ada di posisi pertama dia tidur, Ergy ingat betul, satu jam sebelumnya Shanum masih tertidur ditempat itu.
Apa Shanum sudah bangun, lalu kemana dia pergi.
Ergy mencari dengan cemas, dia tak ingin Shanum terlibat masalah di Emerald, dia juga tak ingin gadis itu sampai kenapa-napa.
Dia berlari keluar, Shanum tak mungkin pergi jauh dari tempat itu, sedang matanya sibuk mencari Shanum, gadis itu tampak berlari dari kejauhan dengan penuh peluh dan menyedihkan.
"Ergy !" Pekik Shanum dari kejauhan, sesaat sebelum lelaki itu menaiki hoverboard terbangnya.
Ergy tersenyum setelah melihat gadis itu baik-baik saja, dia berlari mendekati Shanum yang juga berlari ke arahnya. Tampak seperti sepasang kekasih yang telah lama tak bertemu.
"Kau kemana saja ?"
"Banyak yang harus kujelaskan, tapi ada hal penting sebelum aku menjelaskan tentang keadaanku"
"Apa ?" Ergy mengernyitkan keningnya.
"Kaum merah, kaum merah berada tepat di tengah hutan".
Ergy terbelalak mendengar ucapan Shanum, dia tak menyangka kaum merah dapat menembus perbatasan tanpa diketahui olehnya.
"Apa yang kamu ketahui ?"
"Mereka akan menyerbu kota dengan lalat-lalat pembius, setelah membius seluruh warga kota, mereka akan turun menghabisi dan menyandera para penduduk"
"Bagaimana kau bisa tahu ?" ergy tampak sangat cemas.
"aku tak sengaja mendengarnya, saat mencari jalan untuk kembali kesini"
Ergy berpikir keras, kemudian dengan cepat melaju kearah titik pemberitahuan pusat kota.
"Pegangan dengan erat" Ergy mengencangkan laju hoverboardnya
Shanum mengangguk diikuti dengan mata yang terpejam. dia takut akan terjatuh dan menjadi puing-puing. Setelah melihat ke arah bawah.
Sirine pemberitahuan ancaman terdengar memekikkan telinga di seluruh penjuru kota, para penduduk kota tampak bersiap dengan segala perlengkapan perang, sedang para wanita tua dan anak-anak diungsikan di bawah tanah.
Seluruh penduduk kota menanti pemberitahuan selanjutnya, sebelum pada akhirnya Ergy memberi pengumuman khusus di depan mereka semua.
Kaum merah berada tepat di tengah hutan Emerald, mereka sedang merencanakan sabotase terhadap kaum Emerald, kuharap kalian bersiap. Jika dalam jangka 24 jam kaum merah tak juga menampakkan wajah, kuharap kalian tidak lengah. Serta hindari serangan lalat yang mencurigakan. Kaum merah akan menerbangkan lalat-lalat pembius, untuk melemahkan pertahanan kita.
Untuk seluruh sektor dan distrik, jangan mengeluarkan senjata apapun sebelum ada perintah dari ketua kalian masing-masing, senjata yang kalian luncurkan bisa saja melukai para wanita dan anak-anak.
Jika memang terdesak, kalian bisa mengeluarkannya. Tapi dengan catatan disaat area kalian aman dari wanita dan anak-anak.
Penduduk kota mengangguk setuju, para gadis yang mengikuti kontes pemilihan ratu turut andil dalam persiapan peperangan itu, mereka telah bersiap untuk hal-hal seperti ini.
"Shanum, kuharap kau ikut bersembunyi di bawah tanah bersama para wanita tua dan anak-anak itu" Ergy tampak memohon.
Permohonan Ergy ditolak mentah-mentah oleh Shanum, bagaimana mungkin dia bisa bersembunyi disaat keadaan genting dan melibatkan tanah kelahiran ibunya.
"Tidak Ergy, aku tak akan bersembunyi"
"Keadaan ini sangat berbahaya Shanum, aku tak ingin terjadi apa-apa padamu"
"Aku bukan anak kecil, bukan juga wanita tua yang harus dilindungi seperti itu, aku hanya ingin membantu sebisaku" Shanum begitu bersikeras.
Ergy tak dapat menolak permintaan gadis itu, bagaimanapun Shanum berhak menentukan pilihannya sendiri.
Setelah berjam-jam dalam keadaan siaga, malam telah larut para penduduk sedikit kelelahan dengan posisi siap yang sedari tadi mereka lakukan.
Dari kejauhan terdengar suara hewan yang tak asing, ribuan lalat menyerbu kota, mereka terlihat seperti para lalat yang sudah terlatih. Para penduduk kota, bersiap dengan cairan yang mereka genggam satu persatu. Kemudian menyemprotkan cairan tersebut pada lalat-lalat yang mendekat.
"Tak mempan !" Salah seorang penduduk memekik ke arah yang lain.