Chereads / Queen of Emerald / Chapter 15 - Aruna

Chapter 15 - Aruna

Orang-orang yang menyaksikannya berdecak kagum dan menerka-nerka hal apa lagi yang dapat dilakukan oleh klan Coriane.

Pemandangan menjijikan tiba tiba mengabur dalam pandangan para kaum Emerald, seribu merpati datang mengerubungi Elara, kemudian terbang menjauh dan terpecah menjadi tiga kelompok dan melemparkan masing-masing bulu mereka. Arena itu menjadi tempat bulu-bulu itu berserakan, di antara ketua klan, klan Ralae tampak tak setuju, baju zirahnya dipenuhi bulu-bulu merpati itu, dia bergegas berdiri dan memandang marah ke arah Elara.

Elara masih saja mempertahankan posisinya yang duduk bersimpuh, berharap kekuatannya dapat berhenti saat itu juga, Stuart memperhatikan gadis itu dari jauh, memberikan semangat yang hanya dicerna oleh Elara.

Pada kesempatan yang sama Ergy berdiri dari kursinya, pertunjukan itu telah selesai dan dia tahu pemenang kali ini lagi-lagi dimenangkan oleh klan Coriane.

"Gong besar dibunyikan, perisai-perisai serangan telah dilepas perlahan, kaum Emerald tampak kecewa, mereka masih ingin melihat kemampuan luar biasa dari Coriane.

Desas desus bahwa klan Coriane tak dapat bertahan dari kekuatan mereka ternyata benar, bakat dan kemampuan mereka menjadi boomerang besar kedepannya, pantas saja Klan Coriane tinggal dua orang saja, kekuatan itu tak dapat mereka olah dengan baik.

Nenek Tessa bersorak, pemilihan Ratu dimulai dengan adanya pemungutan suara dari masyarakat, barang tentu mereka mengelu-ngelukan Elara yang memiliki bakat luar biasa.

Nenek Tessa tersenyum, Elara adalah pemenangnya.

Dengan kebisingan yang mengguncang Emerald, pandangan kaum Emerald melihat ke arah Elara, Elara mengangkat tangannya pertanda dia tak melakukan apapun.

Petir menyambar tiba-tiba, dibalik petir itu tampak Ergy yang sedang membawa seorang gadis pergi dari tempat itu.

Kaum Emerald tak memedulikan itu, pandangan mereka masih tertuju pada Elara.

Elara memperagakan suatu simbol pertanda dia bersumpah tak melakukan apapun, para gadis tertunduk dan bersiap-siap meninggalkan arena.

Sorak-sorai kembali terdengar, menjadi pertanda acara pemilihan Ratu berjalan dengan sempurna.

Ergy bergerak cepat, diterjang petir yang saling menyambar.

"Kenapa kau disini" Ergy bersikap seolah pahlawan yang menutupi kepala Shanum dengan jaket nya agar gadis itu tak ketakutan.

"Aku melihat tempat ini sangat ramai dari atas taman"

"Kau tak boleh kesini, tempat ini sangat ramai dan berbahaya"

"Maaf"

Perisai tiba-tiba menghantam kepala Shanum dari belakang yang dilindungi oleh lengan Ergy, Ergy meringis terus di percepat langkahnya.

Ketua klan bisa saja ada di tempat itu dan mencoba menghalangi jalannya.

"Kau mau kemana Raja ?" Suara berat dari ketua klan Bega menghentikan langkah Ergy.

"Aku sedang menyelamatkan gadis ini"

"Gadis lemah seperti apa yang tak bisa melindungi dirinya sendiri pada keadaan seperti ini"

Angin bergemuruh dan langit semakin menghitam, para Emerald berlari menyelamatkan diri, kejadian langka ini terjadi lagi, entah Aruna sedang marah atau sedang menyaksikan pemilihan ratu kali ini.

Perasaan Ergy campur aduk, dia tak mungkin mengatakan bahwa gadis itu adalah seorang manusia.

"Dia adikku, dan belum mendapatkan kekuatan sampai detik ini" Ergy berbohong.

Suatu keadaan dimana seorang gadis tak mendapatkan kekuatan apapun hingga umurnya memasuki umur dua puluh tahunan adalah kutukan di tanah Emerald.

Lelaki itu berhenti bertanya, sebab dia tahu itu adalah kemalangan dan aib bagi suatu keluarga.

"Pergilah !" Pria itu melunak.

Dengan cepat Ergy menggandeng tangan Shanum dan berlari emnajuh tempat itu.

Nenek Tessa berkomat-kamit memohon perlindungan, ia ingat kejadian yang sama pernah terjadi saat anaknya Ruth membantah dan memilih menikah dengan lelaki manusia.

Apa saat ini Aruna kembali marah, karena tak setuju Elara yang terpilih ?

Perasaan nenek Tessa tak menentu, sebelum sebuah tongkat yang diterbangkan angin mengenai punggungnya, Howard dengan cepat menghilang dari belakang.

"Kita harus pergi dari tempat ini secepatnya" Howard mengingatkan.

Sekali lagi nenek Tessa bersimpuh dan berdoa, kemudian mengangkat kakinya dari arena itu.

Senyap angin dan petir perlahan meredup, para Emerald keluar dari persembunyian mereka, melihat keadaan yang sudah berbaik hati, mereka kembali pada rumah masing-masing.

Percakapan yang sedari tadi sibuk mengolah benak mereka masing-masing, mengabur perlahan, kejadian itu membuat nyali mereka ciut untuk melanjutkan percakapan panjang dan menerka-nerka.

Sepanjang perjalanan yang dilalui Ergy dan Shanum masih menyisakan petir yang tampak mengikuti mereka, Ergy merasa ada yang aneh pada tubuh gadis itu.

"Tubuhmu panas dan menyengat"

"Benarkah ?"

"Bagaimana mungkin, tubuhmu mengalirkan listrik seperti ini ?''

"Aku pun tak tahu"

Ergy melangkah mundur, sejenak mengambil jarak dari Shanum.

"Ada apa ?" Shanum bertanya, ia benar-benar tak mengerti.

"Tetap di posisimu, sebenarnya kau makhluk apa ?" Ergy kemudian mengeluarkan pedangnya lagi.

"Aku Shanum dan aku tak mengerti maksudmu apa ?"

Ergy melunak, dia berjalan mendekat, perasaan paniknya mengalahkan logikanya, gadis itu tampak ketakutan dan bersalah.

"Maaf"

"Aku tak mengerti atas ucapanmu tadi"

"Aku tak bermaksud apa-apa"

Upaya mengendalikan diri yang dilakukan Ergy menjadi pertanda dia masih bisa bertahan untuk menjadi seorang Raja yang baik, meski hatinya akan sakit mengetahui kebenaran tentang Shanum nantinya.

Shanum merasakan keganjilan pada tubuhnya, hawa panas mengelilingi pergelangan tangan dan rambutnya.

"Aku butuh air" Shanum merengek, rasa hausnya setelah berlarian membuat dia tak tahan lagi.

Ergy mengeluarkan sebotol minum dari saku bajunya, memberikan pada Shanum dan mengelus rambut gadis itu yang semakin lama semakin berubah menjadi perak.

Kali ini Ergy tak melangkah mundur atau menjauh, diperhatikan dengan seksama perubahan yang terjadi pada gadis yang dicintainya itu.

"Shanum, apa kau baik-baik saja ?" Ergy menerka dalam benaknya, seorang manusia tak memiliki kekuatan dan kecerdasan seperti mereka.

"Iya, apa yang terjadi ?" Shanum bertanya kembali, tak ada yang berbeda darinya selain rasa panas yang menyengat kulitnya.

"Kulitmu memerah begitu pun rambutmu yang berubah menjadi perak"

Shanum berpikir bahwa Ergy sedang melantur untuk menggodanya, namun tangannya dengan cepat mengambil beberapa helai rambutnya yang tergerai ke belakang.

Dia hanya mengerjapkan mata pada Ergy, kemudian berharap Ergy tak bertanya apapun lagi.

Ergy menghela napas panjang, banyak yang ingin diketahui tentang gadis itu, tapi tampaknya gadis itu menutupi semuanya.

Mereka berjalan menjauh dari kota, kemudian memilih mengambil posisi untuk meluruskan kaki mereka yang pegal karena terlalu banyak berlari.

Perlahan tapi pasti, perubahan pada Shanum kembali menjadi seperti semula, Ergy tak ingin bertanya lagi, dia bahkan tahu jawaban gadis itu sebelum dia bertanya, jawabannya akan didominasi dengan kata-kata "Aku tak tahu"

"Kau lelah ?"

"Tentu saja" Shanum menjawab cepat.

"Maaf jika aku lancang, tapi aku harus tahu semuanya"

"Maksudmu ?"

"Aku ingin tahu siapa kau sebenarnya, tanpa kau tutupi sedikitpun". Ergy memperbaiki posisi duduknya, sekarang lebih dekat ke arah Shanum.

"Aku tak tahu harus menjelaskan nya dari mana"

Ergy tak apa jika harus mendengar penjelasan panjang dari gadis itu.