Suasana semakin gelap dan rindang, Ergy melihat gadis dihadapannya pucat dan lemas, dia tak mengerti mengapa gadis itu mengalami hal tersebut.
"Apa yang kau rasakan ?" Ergy menyentuh wajah Shanum tiba-tiba, suhu tubuh Shanum yang semakin menurun membuat Ergy khawatir berlebihan.
"Dingin, dingin, aku kedinginan" Suara Shanum tertinggal di tenggorokan. Ergy sadar bahwa manusia tak memiliki sistem penghangat alami dalam tubuh mereka.
Ergy tak menggunakan baju tebal, baju yang digunakannya juga dirancang bukan untuk menahan dingin, Ergy sibuk mencari solusi, agar gadis itu tidak merasakan dingin lagi, tubuh Ergy yang hangat membuat Shanum memeluk tangan nya dengan erat.
"Jangan menjauh, tanganmu hangat" Shanum merintih, rasa dingin yang dirasakannya melewati batas yang pernah ia rasakan sebelumnya.
Ergy perlahan mendekatkan tubuhnya, agar hawa hangat pada tubuhnya menular pada Shanum.
"Bisa lebih dekat lagi, tubuhmu begitu hangat"
Shanum memeluk Ergy yang sedang berjongkok di sampingnya, lengannya penuh dengan tubuh lelaki itu, Ergy membiarkan hal itu terjadi. Keselamatan gadis itu adalah prioritas baginya sekarang.
"Sudah sedikit hangat" Shanum membuka matanya yang sedari tadi terpejam.
"Lebih baik kita ke kota, di sana lebih hangat dari tempat ini" Ergy mengubah rute perjalanan mereka.
Shanum mengangguk setuju.
"Kau bisa berjalan ?" Ergy menarik tangan Shanum agar dapat berdiri.
"Kakiku lemas, tapi akan kucoba"
"Jika tak bisa biar aku menggendongmu" Ergy kembali menawarkan bantuan, membuat Shanum menahan perasaan malu dan berdebarnya. "Percayalah, aku tak akan melakukan hal yang dapat merugikanmu" Ergy kembali meyakinkan Shanum.
Shanum meletakkan kepalanya di punggung Ergy dan sedikit menyentuh bagian leher Ergy yang sedikit terbuka, udara dingin yang keluar dari napas gadis itu membuat Ergy merasa bersalah dan tak seharusnya mengajak Shanum ke dalam hutan.
"Tidurlah, aku akan membangunkan jika sudah di tengah kota"
Shanum mengangguk pelan.
Bau tubuh Ergy tercium jelas di hidungnya, bau musim dingin yang menyejukkan, Shanum mengencangkan pelukannya pada leher Ergy.
Setelah tiga puluh menit berjalan, kota terlihat jelas di atas bukit. Ergy tak ingin membangunkan gadis itu, namun pelukan gadis itu begitu mencekiknya.
"Sebentar lagi kita sampai" Ergy bergumam pelan.
Shanum mengerjapkan matanya berulang kali memastikan bahwa dirinya telah sepenuhnya sadar.
"Turunkan aku, aku sudah tak lemas lagi"
Dengan cepat Ergy menurunkan Shanum dengan satu gerakan, membuat Shanum terkejut dan terjatuh di tanah.
"Maaf, aku tak sengaja"
"Aku tahu !" Shanum menahan marahnya, bagaimanapun lelaki itu telah menggendongnya sepanjang jalan.
Kesibukan robot-robot pencipta mesin sedari tadi memekakkan telinga, Elara membuka perlahan kotak yang diberikan oleh neneknya kemarin, kotak yang berisi baju tempur dan beberapa gelang keberuntungan katanya, namun Elara tak mempercayai hal-hal seperti itu, Elara kembali ke Hilltop Castle setelah berjaga hampir setengah hari di pintu masuk Emerald.
Jika bukan karena permintaan nenek Tessa, dia tak mungkin mau menghabiskan waktu di daerah itu, daerah itu terlalu bising dan penuh dengan robot, Elara tak dapat berbicara pada siapapun disana, Hoverboard miliknya berhenti tepat di depan kamar Hilltop Castle nomor 10890, halaman hilltop Castle dipenuhi oleh gadis-gadis berambisi, Elara tak ambil pusing segera ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar.
Klan Ralae dan Gwen sedang mempersiapkan kandidat calon Ratu yang akan berkompetisi besok, Lora dan Krystal mereka adalah calon kandidat tercerdas dan memiliki bakat yang hebat. Lora mengangkat pedangnya dilemparnya pada sebuah batang pohon dan terbelah menjadi dua, tatapan matanya yang tajam dan dingin tampak seperti seorang putri pembunuh, namun dia tidak sedingin yang terlihat, sesekali senyumnya tersimpul di wajah kecilnya. Sedang Krystal mengangkat pohon yang ditumbangkan Lora dengan kekuatan lengannya, meski tubuhnya yang kecil namun dia dapat mengolah kekuatannya dengan baik.
Elara tidak bersemangat melakukan apapun, dia tidak berlatih atau melakukan hal-hal yang dapat membuatnya menang, kepasrahan dan keinginannya untuk tidak mengikuti kompetisi itu semakin membesar setelah melihat Stuart pagi ini.
"Kau tak latihan ?" Nenek tessa mengagetkan Elara yang sedang tersenyum membayangkan Stuart.
"Ah, iya sebentar lagi"
"Kau menunggu apa ?, kontes sebentar lagi akan diadakan, kau tidak lupa itukan ?" Nenek Tessa mengingatkan dengan nada mengancam.
"Tentu tidak ! Besok aku akan mulai latihan, hari ini rasanya terlalu lelah."
"Seharian kau tak melakukan apapun Elara" amarah nenek Tessa memuncak.
Elara memasang wajah memohon, hari ini benar-benar melelahkan buatnya, meski tak melakukan apapun, Elara hanya tak ingin latihan.
Nenek Tessa keluar memandangi sekeliling Hilltop Castle yang dipenuhi gadis-gadis muda berbakat sedang menguji kekuatan dan kecerdasan mereka masing-masing, Nenek Tessa hanya menarik napas panjang, Elara tak bisa dipaksa.
Seiring langkah kaki mereka yang semakin mendekat pada kota, Ergy memperhatikan Shanum dari belakang, Gadis itu tak seperti manusia pada umumnya yang pernah ia temui, kulitnya bening dan sangat putih seperti kaum Emerald.
Hampir saja Ergy mengira jika Shanum adalah bagian dari kaumnya.
"Gunakan ini, lehermu tertutupi" Ergy memberi kain putih yang biasa digunakan menandai pohon di hutan.
"Untuk apa ?"
"Agar kau tak kedinginan lagi"
Ergy sebenarnya tak bermaksud memberi kain penutup leher untuk Shanum karena takut dia kedinginan lagi, akan tetapi urat leher gadis itu bisa jadi masalah jika ada yang melihatnya.
"Kenapa tak dari tadi saja ?, aku sudah tak merasakan dingin" Shanum menghardik namun pelan.
"Gunakan saja !"
Shanum menuruti permintaan Ergy, dia melilitkan kain putih itu di lehernya, meski terlihat konyol namun Shanum terlihat pantas menggunakan kain itu.
"Ada apa ?" Shanum menggertak Ergy yang memperhatikannya sedari tadi.
"Tak ada apa-apa, cepatlah jalan, hari akan semakin gelap !"
Perjalanan mereka dramatis dan penuh tatapan aneh dari penduduk kota, Ergy tak biasanya berjalan bersama perempuan, bahkan tak pernah terdengar desas-desus bahwa Ergy memiliki kekasih.
Ergy tak memperdulikan tatapan aneh mereka, langkahnya dipercepat yang sekarang diikuti oleh Shanum di belakang.
"Kita akan kemana ?"
"Ke Rumahku, setelah itu berganti pakaian lah, jika malam tiba mungkin saja udara akan semakin dingin"
"Aku tak mau !" Shanum menolak, pikirannya telah membayangkan hal-hal yang tidak senonoh yang mungkin saja akan dilakukan Ergy kepadanya.
"Aku tak tertarik padamu, jangan berpikir macam-macam" Ergy membentak, ia tahu pikiran gadis itu pasti mengarah ke hal-hal tidak baik.
"Kau pikir kau siapa ?, meski lelaki hanya satu di dunia, aku tak akan menyukaimu !" Shanum membentak balik, Ergy terlalu percaya diri dan angkuh.
Jika bukan karena lelaki itu telah menyelamatkan nyawanya dia tak akan mau ikut sampai kerumahnya, lelaki itu benar-benar membuat Shanum muak.
Ergy berjaga diluar sementara Shanum mengganti pakaiannya menggunakan pakaian adik Ergy yang sedang bekerja di distrik alam, hari semakin gelap, sebentar lagi keluarganya akan pulang. Ergy tak ingin keluarganya mengetahui keberadaan Shanum.
"Cepatlah, kita akan pergi ke kedai !"
shanum mempercepat geraknya, dia seperti sedang mencuri pakaian di rumah orang asing.
"Sudah, kenapa terburu-buru ?" Shanum melontarkan pertanyaan seperti ingin berlama-lama di rumah itu.
"Keluargaku sebentar lagi akan pulang, aku tak ingin mereka tahu aku membawa gadis asing ke rumah" Ergy menjelaskan dengan singkat, membuat Shanum mengangguk perlahan.