Chereads / Queen of Emerald / Chapter 10 - Emerald

Chapter 10 - Emerald

Pengumuman kandidat Ratu penjaga setelah Dua puluh satu tahun kosong akhirnya dibuka kembali, adanya nenek Tessa yang mengurus dan memberkati setiap acara membuat mereka tidak begitu membutuhkan Ratu penjaga, meskipun begitu nenek Tessa tidak selamanya dapat bekerja, mengingat usia nya yang semakin senja dan dia tak selamanya bisa menjadi kepala kaum di Emerald.

Udara hangat di antara bebatuan yang dialiri sungai, Elara menikmati setiap helaan napasnya, mencoba menetralkan segala pikiran dan kekesalannya akhir-akhir ini. Betapa dia tidak menyangka bahwa nenek Tessa benar-benar mencalonkannya menjadi Ratu penjaga, kekesalannya dia alirkan bersama air yang deras di hadapannya. Elara menengadah ke langit sebelum kakinya benar-benar dicelupkan ke dalam air. Kali ini dia sedang menikmati menjadi seseorang yang tak memiliki beban, bebas dan bahagia. layaknya anak kecil di percikannya air ke batu besar yang menghalangi sebagian air sungai.

"Aku ingin seperti ini dulu" Elara bergumam sendiri.

Sebelum kontes pemilihan Ratu diadakan, Elara mencari cara agar tidak menang dalam acara tersebut, namun kemampuan Coriane yang ada di tubuhnya tidak dapat di sangkal dan di ketahui oleh semua orang, pandangan nenek Tessa tak mungkin lepas darinya.

Kesenangannya berakhir disaat deheman keras milik Stuart mengagetkannya.

"Kau tak bekerja hari ini ? dan memilih bersenang-senang di tempat seperti ini ?" Stuart menyilangkan tangannya.

Elara tampak canggung dan tidak tahu akan berbuat apa, diraihnya cepat baju luarnya dan berjalan keluar dari air,

"Maaf aku tak bermaksud begitu" Elara menjawab dengan gamblang, meski dia tahu jawabannya tidak akan memuaskan Stuart tapi hanya itu yang dapat dia katakan.

"Pergi dari sini atau kau akan dikeluarkan dari distrik" Stuart mengancam dengan nada yang tertahan, gigi atas dan bawahnya menyatu terdengar seperti bisikan angin namun keras.

Elara pergi meninggalkan tempat menyenangkan itu, meninggalkan Stuart dan menyimpan rasa malunya dalam-dalam, betapa perasaannya tidak menentu saat berhadapan dengan Stuart, lelaki itu semakin dewasa, sejak terakhir kali mereka bermain bersama.

Stuart bukanlah orang yang keras, namun Stuart tidak menginginkan segala sesuatu berjalan tak semestinya, meski Elara adalah cucu dari kepala kaum namun dia tidak akan membiarkan siapapun membuat kekacauan meski nenek Tessa itu sendiri.

Langkah yang diambil Stuart untuk merasakan hangatnya air sungai itu terlihat jelas oleh Elara dari kejauhan, Stuart melakukan hal yang sama sepertinya. Senyumnya mengembang, jantungnya berdebar begitu cepat, dia tak dapat mengendalikan perasaannya.

Nenek Tessa membuka lembaran yang kembali dibawa oleh Howard, matanya yang tajam tak menangkap hal yang aneh terjadi pada kaumnya, nenek Tessa menepuk pundak Howard sebagai apresiasi atas kerja kerasnya, sedang Howard tertunduk malu tak dapat mangangkat kepalanya dan menatap wajah nenek Tessa.

"Kerja bagus" Nenek Tessa berkata sambil berlalu.

Howard kembali dengan rasa bangga atas pencapaian nya akhir-akhir ini. Perut bergelambirnya semakin mengempis sejak ultimatum pertama dari nenek Tessa dan rasanya itu berguna baginya.

Tatanan hutan yang telah dirancang ulang oleh Ergy membuat beberapa rekannya terkesima, lelaki itu bukan hanya berbakat namun dia memiliki kemampuan yang luar biasa dalam merencanakan, tak ayal jika dia terpilih menjadi raja penjaga di Emerald. Desas desus tentang pemilihan calon Ratu penjaga membuat beberapa rekannya menggoda Ergy dengan ejekan menjengkelkan.

"Sebentar lagi kau akan bertunangan" Giri menyenggol lengan Ergy dengan pelan, memperlihatkan senyum nakalnya dan wajah menjengkelkan. Ergy tak memusingkan hal-hal seperti itu, baginya tatanan Emerald yang tak berantakan itu lebih mengundang minatnya.

Ergy berlalu tanpa mengatakan apapun, membuat Giri kesal karena tidak ditanggapi oleh sahabatnya itu, Giri balik menyenggol Roka dan membuat suasana hati Roka panas sebab gadis pujaannya menjadi salah satu kandidat Ratu penjaga yang otomatis jika gadis itu terpilih, dia akan menjadi tunangan Ergy.

Roka tak tinggal diam, namun kejengkelan hatinya berubah menjadi lunak setelah mengetahui begitu banyak calon kandidat Ratu yang terpilih serta kemungkinan gadis yang disukainya akan menjadi ratu penjaga hanya sekian persen, Roka tersenyum kemudian juga pergi meninggalkan Giri yang menahan geram dalam diam.

Ergy menatap kedepan, melihat bayang-bayang yang tampak jelas seperti seseorang yang mengendap-ngendap.

Mata nya awas mendeteksi serangan dari kaum merah yang bisa terjadi kapan saja, Ergy mengikuti orang itu dengan berjalan mengendap-ngendap pula, seperti dua orang pencuri yang menyelesaikan sebuah misi.

"Siapa kau ?" Ergy membentak dari belakang, pedangnya siap dihunuskan jika orang di hadapannya melakukan tindakan yang membahayakan.

Gadis itu terbelalak, menghentikan langkahnya, seketika berdiri kaku mendengar suara keras lelaki di belakangnya.

"Maaf, aku tak bermaksud apa-apa" Shanum terbata-bata, tubuhnya berbalik cepat hingga menghadap seratus persen ke arah Ergy yang masih bersiap dengan pedangnya.

"Bohong !" Bentak Ergy yang tampak menahan amarahnya.

"Aku tersesat, aku tak tahu cara jalan pulang" Shanum berkata dengan nada sedikit memohon, air matanya sebentar lagi akan tumpah, rasa takut yang begitu hebat menjalari tubuhnya.

Ergy melihat leher Shanum, kemudian mengerti bahwa gadis itu adalah manusia, namun dia tak habis pikir bagaimana mungkin seorang manusia dapat terdampar ditempat ini.

"Kau datang dari mana ?" Ergy kembali bertanya, namun kali ini diturunkannya pedangnya agar tidak menakuti gadis itu.

"Tak bisa kujelaskan, aku tiba-tiba berada disini!" Shanum memberi jawaban yang menurut Ergy tidak logis sama sekali.

"Bagaimana mungkin ?"

"Aku juga tak mengerti dan sekarang aku ingin pulang tapi tak bisa" Shanum sedikit meratap.

Cahaya mentari yang merekah pertanda baik hari ini, Ergy dapat menyelesaikan rancangan hutannya tanpa ada kendala apapun, namun gadis itu bisa menjadi masalah jika dia membiarkannya berkeliaran di tanah Emerald.

"Ikutlah bersamaku, itu lebih baik di banding kau harus sendiri" Ergy memberi tawaran yang baik dan tampak membuat Shanum sedikit bergidik.

"Tidak, tidak perlu, aku bisa menunggu sampai aku menghilang dan kembali ke asalku" Shanum menolak, begitu banyak pertimbangan dalam kepalanya, lelaki asing yang baru saja ditemuinya mungkin saja adalah seseorang yang berbahaya.

"Aku tak akan menyakitimu, percayalah" Ergy mengulurkan tangannya sebagai tanda dia tak akan menyakiti siapapun dan bukanlah orang jahat.

"Kau akan membawaku kemana ?''

"Ikut saja"

Shanum mengikuti lelaki itu dengan jarak lima meter dari belakang.

"Jika kau takut aku akan melukaimu, pegang ini !" Ergy memberi pedangnya kepada Shanum yang tercengang tak percaya. "Jangan menatapku seperti itu !"

"Yah" Shanum pasrah.

Hutan lebat namun tertata rapi membentang luas sepanjang perjalanan Shanum mengikuti lelaki itu, bahkan Shanum tak tahu harus menyebutnya sebagai apa.

"Kita belum berkenalan" Shanum memberanikan diri menyatakan sesuatu yang seharusnya memang dilakukan sejak awal.

"Tidak perlu, kau tak mungkin kesini lagi dan aku tak ingin mengingatmu" Ergy berkata dengan dingin, dia tak peduli gadis dibelakangnya yang menahan rasa malu akibat ucapannya.

"Ya sudah, aku tak akan mengikutimu lagi !" Shanum mengerang, kekesalannya di keluarkan begitu saja pada lelaki itu.

"Sifat manusiamu benar-benar yah" Ergy menggeleng-gelengkan kepala.

"Kenapa dengan sifatku ? Jika aku manusia lalu kau apa ? Monster ? " Shanum mempertahankan egonya, dia benar-benar tak dapat menahan rasa kesalnya pada lelaki itu.

Ergy tak lantas menjawab, dia tak ingin gadis itu tahu jika mereka adalah berbeda kaum, meski terlihat begitu jelas dari pakaian dan juga postur serta rambut mereka, namun gadis itu tampak tak mengetahui apapun.

"Aku ya aku" Ergy menjawab dengan santai.

"Oh baiklah, tuan aku. sekarang saya tidak akan mengikuti anda lagi" Shanum berbicara formal sebagai bentuk penolakan.

Ergy tak tahu cara membujuk seorang gadis dari kaum manusia, pengalamannya tentang gadis sangat sedikit, jika gadis Emerald sangat menyukai jika diberi hadiah atau perhatian namun gadis manusia bisa saja berbeda.

"Kau ingin berdiam disini dan dimakan hewan buas ?" Ergy mencoba menakut-nakuti Shanum dengan ucapannya, namun gadis itu tak menampakkan rasa takut sedikitpun.

"Aku tak takut, pergilah !"

Ergy tak juga pergi, gadis itu membuatnya tak habis pikir, bukan salahnya jika meninggalkan gadis itu sendirian, namun jiwa seorang raja nya tak bisa terelak.

"Ergy, namaku Ergy"

"Apa ? Aku sudah tak ingin tahu" Shanum memasang wajah angkuh.

"Jika kau ingin, ikutlah bersamaku. jika kau bertemu dengan orang lain disini, bisa saja mereka memenjarakanmu sebab tingkah lakumu yang mencurigakan" Ergy berbicara dengan nada pelan dan lembut, mencoba membujuk gadis di hadapannya.

"Aku tak melakukan apapun, aku juga tak membuat kerusakan pada suku kalian" Shanum memberi pembelaan.

"Mereka tak akan seterbuka aku, mereka tak akan mengerti ! bagi mereka penyusup tetaplah penyusup"

Shanum melangkah duluan, meninggalkan Ergy yang masih ingin melanjutkan pembicaraannya, namun gadis terlihat setuju untuk mengikutinya.

"Kau belum memperkenalkan namamu" Ergy mencoba mencairkan suasana yang telah rumit dari awal mereka bertemu.

"Biar aku saja yang mengingatmu, kau tak perlu mengingatku kembali, bukankah itu yang kau inginkan ?" Shanum kembali membuka pertengkaran.

"Baiklah jika itu yang kau inginkan" Ergy tak ingin membuat keadaan semakin memanas, baginya gadis itu mau mengikutinya itu sudah jauh lebih baik.

Semakin masuk kedalam hutan semakin dingin hawa yang menusuk kulit Shanum, kaos tipis yang digunakannya tak dapat menghalau rasa dingin dari tempat itu.

"Sampai kapan kita akan berjalan,? Aku lelah" Shanum merengek, sebenarnya bukan rasa lelah yang dirasakan nya namun rasa dingin yang seakan mengulitinya pelan-pelan, wajahnya terlihat pucat dan lemas.

Bab 11 Peduli

Suasana semakin gelap dan rindang, Ergy melihat gadis dihadapannya pucat dan lemas, dia tak mengerti mengapa gadis itu mengalami hal itu.

"Apa yang kau rasakan ?" Ergy menyentuh wajah Shanum tiba-tiba, suhu tubuh Shanum yang semakin menurun membuat Ergy khawatir berlebihan.

"Dingin, dingin, aku kedinginan" Suara Shanum tertinggal ditenggorokannya. Ergy sadar bahwa manusia tak memiliki sistem penghangat alami dalam tubuh mereka.

Ergy tak menggunakan baju tebal, baju yang digunakannya juga dirancang bukan untuk menahan dingin, Ergy sibuk mencari solusi, agar gadis itu tidak merasakan dingin lagi, tubuh Ergy yang hangat membuat Shanum memeluk tangan nya dengan erat.

"Jangan menjauh, tanganmu hangat" Shanum merintih, rasa dingin yang dirasakannya melewati batas yang pernah ia rasakan sebelumnya.

Ergy perlahan mendekatkan tubuhnya, agar hawa hangat pada tubuhnya menular pada Shanum.

"Bisa lebih dekat lagi, tubuhmu begitu hangat"

Shanum memeluk Ergy yang sedang berjongkok disampingnya, lengannya penuh dengan tubuh lelaki itu, Ergy membiarkan hal itu terjadi. Keselamatan gadis itu adalah prioritas baginya sekarang.

"Sudah sedikit hangat" Shanum membuka matanya yang sedari tadi terpejam.

"Lebih baik kita ke kota, disana lebih hangat dari tempat ini" Ergy mengubah rute perjalanan mereka.