Kehampaan yang terasa di dalam kamar kost Shanum terasa oleh Ale, betapa dia sangat terpukul dengan kebenaran yang yang ada, Ale mengerti setiap jengkal dan jejak yang ditinggalkan buku itu membawa luka tersendiri bagi Shanum.
Diantara kantuk dan kesadaran yang meliputi Shanum. Shanum berada diambang dua dunia yang sama sekali tak dapat ia kontrol.
Shanum menyaksikan seorang lelaki muda sedang memerintah dan menerbangkan peralatan pertanian dengan cepat, kekaguman disertai rasa keingintahuan Shanum yang besar membuat dia mendekati lelaki itu, tak sempat menanyakan satu pertanyaan dia dibuat takut ketika melihat robot-robot pertanian melakukan pekerjaannya dengan beringas.
"Apa yang kau lihat" Lelaki itu bertanya terlebih dahulu melihat Shanum yang mendekat dan tercengang.
"Mereka siapa ?" Shanum menunjuk pada robot-robot yang bekerja dengan cepat.
"Mereka robot yang kuciptakan untuk memudahkan pekerjaan disini" Lelaki itu menjawab dengan tenang dan sekilas terlihat membanggakan diri.
"Maksudku, tempat seperti apa ini ? Ah tidak kau siapa ?" Shanum bimbang menimbang pertanyaan apa yang cocok diutarakan. Belum sempat lelaki itu menjawab guncangan keras pada tubuh Shanum menyentakkannya.
"Apa kau baik-baik saja ?" Ale memegang lengan Shanum yang tampak masih mempertahankan kesadarannya."Kau tampak pucat, sebaiknya kita tidur, tak biasanya kau tidak tidur hingga selarut ini" Ale membantu Shanum untuk berdiri dan memapahnya ke kasur yang cukup buat mereka berdua.
Perkataan Ale tentang kehidupan selain manusia terngiang-ngiang di kepalanya, kenyataan dan keadaan yang dia alami memperkuat dugaan Ale, dia tak dapat membantah ataupun memberi penjelasan yang logis bahkan pada dirinya sendiri, matanya tak dapat terpejam.
"Biarkan aku mencari jawabannya ibu, izinkan aku mengetahui semua kebenarannya" Shanum berbisik lirih.
"Tidurlah Shanum, besok kita lanjutkan" Ale menekan lembut lengan sahabatnya.
Pertama yang dapat disimpulkan adalah bahwa kedua orang tua Shanum memiliki dua kehidupan berbeda, ibunya dari kehidupan lain dan ayahnya seorang manusia, Ale masih tak percaya dapat menyimpulkan hal yang sangat krusial seperti itu, tapi keyakinannya pada keadaan makhluk selain manusia diperbesar dengan fakta yang baru dia temui pada Shanum. Ale mengkorelasikan segala tanda-tanda Shanum berbeda dengannya atau teman sekelasnya, perbedaan paling nyata adalah Shanum memiliki mata yang sangat pekat dan hitam serta tinggi yang tak biasa, dia juga dapat melihat jelas Shanum bisa mengerjakan proyek lapangan dengan benar dan tanpa kesalahan sedikitpun meski tanpa dijelaskan terlebih dahulu.
Sedang Ale sibuk dengan asumsinya Shanum telah tertidur pulas untuk kesekian kalinya, diperhatikannya Shanum dengan seksama dari ujung rambut hingga kakinya, tak ada perbedaan yang begitu mencolok selain kulit Shanum yang begitu pucat dan bening.
Ale mengambil sehelai rambut Shanum untuk memastikan sesuatu yang dia belum tahu caranya bagaimana, setidaknya Ale telah berusaha membantu Shanum memecahkan masalahnya.
Buku hijau yang mengusik Ale kembali dia ambil dan membaca kalimatnya satu persatu, meski dia mengerti dan paham semua yang dimaksud dalam buku itu tampak Ale menyembunyikan suatu kebenaran besar terhadap Shanum.
Shanum mengerjapkan matanya berulang kali memastikan bahwa dia sedang berada di kamarnya, namun keadaan sekitar bertolak belakang dengan apa yang dia lihat, keramaian dan kesibukan orang-orang dengan teknologi hebat mencengangkan Shanum, keadaan yang berubah drastis membuat Shanum terlihat seperti sedang berteleportasi pada dua dunia.
Guncangan hebat yang dirasakan tubuh Shanum tak ayal membuatnya robohm kakinya mengencang, dia bahkan telah merasakan keanehan ini lebih dari sepuluh kali dan barang tentu Shanum telah membiasakan dirinya.
Mereka tak tampak seperti manusia biasanya, tangan mereka menggenggam remote khusus yang dapat menerbangkan dan membuat mereka melaju dengan cepat, sebagian kecil berjalan pada jalanan normal akan tetapi keranjang dan tas tas mereka mengikuti pemiliknya, sedang terlihat robot-robot pelayan yang sigap melayani pengunjung pada sebuah cafe yang terbilang besar.
"Aku tak bisa mempercayai penglihatanku"
Sedang Elara mengencangkan sabuknya yang terhubung dengan hoverboard terbang yang digunakannya melaju ke distrik Teknologi, Shanum memandangi dengan ketakjuban dibawah sana, suatu pemandangan masa depan yang sangat luar biasa.
Elara tak pernah menjadi sumber inspirasi untuk apapun dan kepada siapapun, namun kali ini Shanum terinspirasi dengan apa yang dilakukan Elara, dia tampak seperti superhero dalam film-film kesukaannya.
Tersadar dari penglihatan yang baru saja dia lihat membuat Shanum tersenyum kecil pada Ale, "Tak buruk juga memiliki dua kehidupan, aku bisa bersenang-senang, lagi pula kehidupan keduaku tak sekolot yang kukira.
Ale menegangkan pundaknya, mempertahankan senyum getir yang ada pada wajahnya, betapa Shanum tak mengetahui ancaman di depan matanya.
Seminggu setelah kejadian pemecahan masalah rumit yang terjadi di kamar kost Shanum, Ale tampak kebingungan mencari jawaban yang pas dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan dilontarkan Shanum. Seorang Emerald datang padanya memohon agar bayinya bisa dalam pengawasannya, meski dia berasal dari kaum Ruby namun dia tidak mampu menolak permintaan wanita itu.
Ale bersikeras akan menjaga Shanum meski sesuatu yang buruk bisa saja terjadi padanya, akan tetapi kepala kaum memihak padanya, ayahnya Lrey mendukung segala keputusan Ale, baginya kaum Ruby adalah kaum pelindung, jadi melindungi dan menjaga kaum lain juga termasuk tugas dari kaum Ruby.
Tak ada yang dapat disangkal dari seluruh isi buku hijau milik Shanum, akan tetapi ketakutan Ale menjalar pada seluruh tubuhnya, tatkala membaca perintah Rin untuk mengambil dan meletakkan kembali jantung Emerald pada hutan gunung Emerald yang sembunyikannya sejak peperangan malam itu, membuat Ale berpikir keras, meski perintah itu bukanlah hal yang sulit bagi Shanum mengingat dia adalah anak dari Ratu penjaga Emerald terakhir, namun kebengisan dan ketamakan kaum merah bisa menjadi boomerang yang dahsyat jika mengetahui anak Ratu penjaga terakhir masih hidup, Lagi pula status yang dimiliki Shanum setengah manusia dan setengah Emerald akan lebih sulit meyakinkan kaum Emerald bahwa dia benar adanya anak dari Ratu Emerald.
Ale tak tahan dengan segala pikirannya, ketakutan demi ketakutan yang muncul terasa mencekiknya. Rin tidak meminta menjaga Shanum hingga kembali ke Emerald, Rin hanya meminta Ale menjaga Shanum di dunia manusia, jika dia telah tiada, sebab baginya dunia manusia lebih berbahaya daripada di Emerald, akan tetapi tetap saja perasaan gundah menyelimuti hati Ale, meski di Emerald sekalipun kaum merah tak bisa diremehkan, sejak kejadian peperangan besar antar kaum merah dan Emerald mengguncangkan seluruh kaum, bahkan kaum Ruby ikut turun tangan, ketamakan kaum merah terhadap jantung Emerald beserta kecerdasan kaum Emerald menjadi alasan kaum merah ingin memperbudak mereka agar dapat menguasai seluruh kaum.
Dua puluh satu tahun berlalu, tak ada tanda-tanda kaum merah akan mengacau, kaum merah hanya mengacau beberapa kali di dunia manusia, merasuki sebagian orang, mencelakai, bahkan melukai, namun itu hanya dilakukan oleh kaum merah rendahan, kaum Manusia bukanlah target utama mereka, sedang kepala kaum merah pasti sudah menyiapkan sesuatu yang lebih besar dan hebat untuk kembali mengacau pada Emerald.
Akan lebih rumit.
Sebagai tugas pertama yang harus dilakukan oleh Ale, dia harus memastikan tak ada yang isu kaum merah akan kembali mengacau selama Shanum menjalankan perintah Rin, akan tetapi tugas itu sungguh sulit, bagaimana dia dapat memperoleh informasi itu.
Ale mengernyitkan keningnya tampak beberapa kubangan bergaris-garis di dahinya, sedang otaknya berpikir keras. Shanum berjalan gontai kearahnya, langkahnya yang cepat dan panjang membuat dia lebih gesit meski sedang tak bersemangat.
"Aku sedang tak bersemangat, kelas geokimia benar-benar membuatku muak" Shanum meletakkan dagunya pada tangannya yang menumpu diatas meja, sedang Ale tak begitu memperhatikan keberadaan Shanum. "Kau sedang berpikir apa" Shanum menepuk keras lengan Ale hingga terdengar suara erangan kecil dari Ale.
"Sejak kapan ?"
"Apa yang sejak kapan ?, kau tertular penyakitku ya'' Shanum berkata dengan nada mengejek, rambut nya yang digerai kemudian diikat terlihat jelas urat pada lehernya yang memiliki lima warna. Ale terkesiap.
"Apa yang terjadi pada urat lehermu ?" Ale memastikan dengan memegang leher Shanum dan sedikit memiringkan kepala Shanum kekiri.
"Memangnya kenapa ?'' Shanum bertanya dengan perasaan tidak enak.
"Ada yang tak beres" Ale berhenti memegang leher Shanum dengan menyentakkan nya sekali seakan sesuatu yang buruk akan terjadi pada diri Shanum.
"Ada apa ?" Shanum semakin penasaran, diraihnya cermin kecil yang ada pada tas nya dan melirik pada pantulan yang dihasilkan cermin pada lehernya.
Shanum tersontak hingga membuat separuh badannya condong ke belakang, hal yang dirasakan Shanum sama dengan apa yang ditakutkan Ale. penjabaran tentang makhluk bernama Emerald terngiang-ngiang pada kepala Shanum.
"Pertanda apa ini Le ?" Shanum mendekatkan lehernya ke wajah Ale, membuat Ale meringis dalam diam.
"Aku juga tidak mengerti" Ale menggeleng pasti, sedang Shanum memasang wajah tak begitu suka, keganjilan yang terjadi hari demi hari membuat dia harus memikirkan hal-hal yang bisa saja menimpa dirinya.
Dilepasnya ikatan rambutnya dan mengubah bentuk belahannya yang menyamping kekiri kini menyamping ke kanan, dikaitkan di antara telinga sebagai penutup alami bagi urat lehernya.