"Mengapa kau masih di sini?"
Belleza menatap sinis pada pria tampan di hadapannya ini. "Dan seharusnya kau tak perlu menolongku tadi. Aku bisa kok mengatasi mereka sendiri!" ketusnya lagi.
Alex mendecak lidah. Tak peduli pada ucapan wanitanya yang terdengar sinis ini. Karena ia tahu Belleza sedang merajuk.
"Apa yang kau lakukan sehingga para Rogue itu mengganggumu?"
"Bukan urusanmu!" kukuh Belleza. Ia tak ingin goyah sedikitpun, meski sejujurnya saat ini ia sangat ingin memeluk Alex karena aksi Gamma itu benar-benar keren saat menyelamatkan dirinya tadi.
"Baiklah, jika kau tetap kukuh, akan kukembalikan tubuhmu ke hadapan mereka sekarang juga," ancam Alex.
"Terserah kau saja," ketus Belleza. Ia tentu tahu jika Alex tak akan pernah tega melakukan hal sebodoh itu.
Namun ternyata dugaannya salah. Alex malah kembali menyambar tubuh Belleza tanpa ragu. Bahkan Belleza dibuat tak bisa berkutik sama sekali. Cengkeraman kedua lengan kekarnya terlalu kuat. Namun ia tahu batas agar tak sampai menyakiti kekasihnya.
'Apa dia benar-benar akan setega ini padaku?' batin Belleza.
***
"Kita akan kemana? Ku yakin rumahku tak jauh dari tempat tadi," protes Belleza.
"Kau bisa diam tidak? Kalau tidak...."
"Kalau tidak apa?"
"Kucium!" seru Alex sembari menyembunyikan uluman senyum di pipi.
Belleza mendengkus. Kemudian membuang muka ke arah lain. Mereka masih berada di antara ranting-ranting pohon yang dilewati Alex dengan ringannya. Dan Belleza tak berani terlalu banyak berkutik di dalam bopongan Alex karena kecepatan pria itu.
"Tutup matamu, aku akan terjun bebas sebentar lagi!" seru Alex tanpa menatap Belleza.
Belleza mendecak lidah. Ingin sekali menolak perintah Alex, namun ia urung karena mengetahui kekuatannya takkan sepadan dengan kekuatan werewolf asli seperti Alex. Sementara kekuatan sihirnya tak bisa digunakan dalam keadaan ini. Setidaknya ia harus mengumpulkan konsentrasi penuh agak bisa mengeluarkan kekuatannya sendiri.
BAMMM.
Suara kaki Alex berdebam jatuh di atas lantai marmer istana Half Moon Pack. Iya, Alex membawa Belleza ke tempat yang tidak pernah ia inginkan sampai kapanpun. Begitulah ia berjanji pada diri sendiri. Alex sadar dengan hal itu. Namun semua Alex lakukan penuh dengan pertimbangan.
Alex menempatkan Belleza di sebuah ruangan besar yang merupakan ruangan pria itu. Juga pernah menjadi ruangan Belleza saat mereka tinggal bersama di dalamnya.
"Kau! Apa yang kau lakukan?" Belleza baru tersadar beberapa saat setelah Alex menurunkan tubuhnya.
"Aku harus melakukannya, Belleza. Ini satu-satunya cara untuk menaklukkan keras kepalamu. Aku tak bisa terus menerus membiarkanmu sendirian di tengah hutan. Apalagi sampai diserang seperti tadi!" Alex membela diri.
"Aku bisa mengatasinya sendiri!"
"Tidak! Kau tidak bisa!" sanggah Alex.
"Berhentilah bersikap sombong dan keras kepala!"
Belleza memasang ancang-ancang untuk mengeluarkan sihirnya. Namun yang terjadi malah di luar dugaan. Kekuatannya seolah tertahan di dalam tubuhnya sendiri.
"Apalagi yang kau lakukan sekarang? Aku tak akan mengganggumu. Aku akan pergi dengan caraku. Biarkan aku pergi dari sini, Alex!"
"Tidak! Tidak akan pernah lagi!" imbuh Alex tak mau kalah. Ia masih tetap kukuh mempertahankan kekasihnya agar bisa selalu berada di dekatnya.
Alex sudah menyiapkan semua kemungkinan yang akan terjadi. Sebelum kedatangannya ke tempat Belleza, Alex telah menanam ramuan yang bisa menahan kekuatan sihir Belleza di ruangan ini. Meski tidak selamanya, tapi setidaknya untuk beberapa waktu ke depan.
Sementara itu Belleza meringis menahan diri, menahan emosi yang ingin ia letupkan sekuat tenaga.
"Bukankah kau tahu jika aku tidak bisa tinggal di tempat ini lagi? Seharusnya kau mengerti. Jika kau mencintaiku seharusnya kau mengerti, Alex!" Belleza memukul dada bidang Alex sekuat yang ia bisa. Namun kesedihan di dalam hatinya membuat pukulannya menjadi lemah.
Alex meraih tubuh lemah Belleza ke dalam pelukannya. "Ada aku bersamamu. Kau tak perlu khawatir tentang rasa takut dan kesedihan itu," lirihnya.
"Kau tak mengerti Alex. Kau masih tak mengerti," gugu Belleza.
"Beginilah caraku mengerti, sayang. Mungkin saat ini kau belum bisa menerimanya, namun suatu hari aku yakin kau pasti menerimanya."
Belleza menggeleng lemah, ia masih tergugu. Hanya di depan pria ini lah ia bisa menunjukkan kelemahannya. Seorang mate sejati yang dikirimkan Moon Goddess padanya.
"Alpha Jordan Brown adalah pemimpin yang bijak. Ia takkan membiarkanmu berada dalam kesusahan dan penderitaan. Karena itu ia tak pernah mempermasalahkan kesalahan yang pernah kau buat," tutur Alex. Ia baru saja menyebut nama pemimpin Half Moon Pack.
"Ini bukan tentang Alpha Jordan, Alex. Ini tentang aku sendiri dan...."
"Ada apa?"
Belleza melepaskan pelukan Alex tiba-tiba. Ia baru saja teringat pada Eve yang ia tinggalkan di dalam sebuah guci tua di dalam rumahnya.
"Alex, aku harus kembali! Tolong. Tolong aku kali ini. Aku harus menyelamatkan seseorang." Belleza terlihat gusar sembari memegang pergelangan tangan Alex.
"Seseorang? Siapa maksudmu Belle?"
"Katakan dengan jelas."
Belleza melepaskan tangan Alex, lantas menyugar rambutnya yang panjang berwarna biru keunguan. 'Tidak. Alex tidak boleh tahu keberadaan Eve. Ini sungguh sangat berbahaya. Aku tak mungkin mengecewakan Robert dan Melissa,' batinnya.
"Belle!" tegur Alex karena Belleza seolah tak mendengar pertanyaannya.
Belleza berbalik, lantas memandangi matenya ini lumayan lama. 'Tapi tidak ada cara lain. Satu-satunya cara agar aku bisa keluar dari istana ini adalah mengatakan yang sebenarnya pada Alex.'
"Ada seseorang yang kusembunyikan di dalam rumah dan aku harus menyelamatkannya. Kalau dia tidak selamat, semua akan menjadi kacau!" terang Belleza.
"Seseorang? Katakan siapa dia Belleza!" Emosi Alex terlihat meluap kembali.
"Kau bermain dengan seseorang di belakangku hah?!"
Belleza menggeleng cepat. "Tidak. Sama sekali tidak, Alex. Dia seorang wanita. Aku tak menyukai sesama jenis, kau tahu?" bantahnya.
Tatapan Alex menyelidik. "Kau tidak sedang berbohong padaku kan?"
"Astaga Alex! Aku serius. Jika kau tak percaya, kau bisa ikut denganku ke rumah dan buktikan semua yang kukatakan adalah kejujuran!"
Alex masih tak bergeming. Ia belum sepenuhnya bisa mempercayai ucapan Belleza. Apalagi matenya ini ingin sekali keluar dari dalam istana. Bisa-bisa ini merupakan akal bulusnya agar bisa keluar dengan mudah.
"Come on, Alex... aku tidak bisa terus berada di sini!" rengek Belleza lagi.
"Baiklah jika begitu. Tapi apa jaminan yang akan kau berikan jika aku telah mengetahuinya?"
Belleza mengembuskan nafas perlahan. Dia tak punya cara lain. Kekuatannya tak berguna untuk melawan. Jadi ini adalah satu-satunya cara yang ia miliki.
"Jaminannya adalah... aku akan ikuti kemauanmu untuk tinggal di istana ini. Tapi...."
Alex baru saja senang dengan jaminan yang diutarakan Belleza, benar-benar sesuai dengan apa yang ia pikirkan. Namun....
"Tapi?"
"Tapi... biarkan aku melatihnya terlebih dahulu, sebelum aku benar-benar tinggal di sini," ucap Belleeza akhirnya.
"Melatih? Apalagi ini?" Alex mengangkat kedua tangan ke udara.
"Oke, tapi baiklah. Aku setuju!"
***
Bersambung.