Chereads / The Choosen Luna / Chapter 19 - Istana Kecil

Chapter 19 - Istana Kecil

'Apa yang ada di dalam pikirannya? Tidak. Jangan sampai hal buruk yang kupikirkan terjadi. Ya, aku yakin dia orang baik. Dia seorang Alpha yang baik. Mana mungkin akan tega menyakitiku!'

Pikiran Eve menjadi kacau karena kehadiran Jordan yang sangat tidak disangka-sangka. Seharusnya ia akan menenangkan diri di dalam air. Namun yang terjadi malah di luar dugaannya.

Jordan hampir kehilangan akal sehatnya dan tak memikirkan keadaan Magdalena yang sedang sakit. Sehingga sesuatu yang mengusik di dalam hatinya mencoba untuk menolak dan bergolak dengan hasratnya sendiri.

"Baiklah, Eve. Kau bisa menikmati ketenangan di dalam air sana. Maaf jika kedatanganku mengganggumu," ucapnya lantas berbalik tanpa melihat ke arah Eve lagi.

Eve menatap bingung dan tak dapat mengucap satu patah kata pun. Tapi di dalam hati ia merasa sangat lega karena Jordan ternyata tak seburuk yang sempat ia pikirkan.

"Sebagai seseorang yang paling berkuasa di sini, aku bisa saja menggunakan kekuasaanku untuk mengikat gadis cantik itu. Tapi mengapa aku malah membiarkannya?" gumam Jordan dalam langkahnya kembali menuju istana.

"Magdalena? Benarkah karena kekasihku? Tapi aku bisa saja menjadikannya selir seperti yang lain?"

Sementara itu Eve yang semula berniat untuk berlama-lama berendam di dalam air, mengurungkan niatnya. Ia berpikir untuk segera membersihkan tubuhnya cepat. Bisa saja selepas kedatangan Jordan, ada werewolf lain yang tiba-tiba menemukannya di sini dalam keadaan yang sangat berbahaya.

***

"Kau dari mana Belleza? Hampir seharian aku tak tahu harus melakukan apa di tempat ini tanpamu," sapa Eve pada Belleza yang sedang melepas pakaian resminya. Berganti dengan pakaian yang lebih santai.

Belleza mengembuskan nafas berat. "Sehabis kencan dengan Alex, aku dan dia harus menjenguk Magdalena."

"Magdalena?" Eve mendengar nama baru lagi.

Belleza mengangguk dengan malas, seraya meneguk air yang sempat ia tuang dari teko tembaga yang mengkilat di atas meja.

"Dia adalah mate Alpha Jordan yang sedang sakit," tukasnya.

"Sakit? S-sakit apa?" Eve tiba-tiba jadi mengingat pengalaman tidak nyaman antara ia dan Jordan siang tadi.

"Ia sempat ikut berperang beberapa waktu lalu. Asal kau tahu, dia seorang petarung yang tangguh. Namun sialnya salah satu panah beracun musuh mengenai perutnya. Dan ternyata racun itu bersaksi sangat cepat sehingga belum sepenuhnya bersih dari tubuh sang Luna. Meskipun seluruh tabib paling canggih pernah mengobatinya. Namun belum bisa membuat dirinya sepenuhnya sembuh."

Eve cukup kaget mendengar fakta itu. Mengingat seorang raja, seharusnya didampingi oleh seorang ratu. Namun yang ia lihat pada diri Jordan tidak begitu.

"Karena itu...."

"Ya?" Eve menunggu lanjutan kalimat yang sengaja dipotong Belleza.

"Magdalena mengizinkan Alpha Jordan menjadikan beberapa werewolf betina sebagai selirnya. Karena ia paham jika sang Alpha pasti sangat kesepian."

"Uhukkk."

"Kau kenapa, Eve?"

"T-tidak, Belle!" Eve dengan sigap menyambar gelas yang tak jauh dari tempat Belleza berdiri.

"Mengapa kau tiba-tiba terbatuk? Apa kau sakit juga? Kau belum makan? Ya ampun seharusnya kau bisa makan sendiri tanpa menungguku. Apakah kau sepenakut ini?" Belleza malah mengomel tak karuan.

Namun untungnya tak bisa menangkap kecanggungan yang terjadi pada Eve. Sebab ia masih teringat jelas bagaimana Jordan menatapnya dengan penuh hasrat, meski tiba-tiba berbalik begitu saja. Apalagi setelah mendengar jika sang alpha sedang kesepian, membuat Eve semakin terngiang-ngiang kembali.

"Bukan. Aku sudah makan," bantah Eve berbohong. Bagaimana ia akan makan sementara ia sendiri lupa letak dapur di dalam istana ini dimana. Ia pun merasa sungkan untuk bertemu para werewolf betina yang pagi tadi sempat melempat ucapan-ucapan iri pada mereka.

"Oh, kupikir. Baiklah kalau begitu aku ingin istirahat," ucapnya tak acuh lantas naik ke atas ranjang.

Sepertinya malam ini Eve lah yang akan tidur di sofa bulu di depan tungku perapian. Sehingga ia memutuskan beranjak meninggalkan kamar tersebut. Namun tiba-tiba Belleza memanggil.

"Ada yang terlupa, Eve," serunya sembari menyembulkan kepala dari balik selimut.

"Alpha Jordan telah menyiapkan ruangan untukmu. Jadi, kita tak perlu bersusah payah untuk berbagi ruangan yang sama."

"R-ruangan u-untukku?"

Belleza menganggukan kepala seraya tersenyum tipis, "kupikir sebentar lagi pelayan akan datang," katanya santai.

Benar saja. Belum satu detik setelah ucapan Belleza terakhir kali, pintu ruangan diketuk dari luar oleh seorang pelayan. Eve yang merasa ragu untuk membukakan pintu dan kalau bisa bernegosiasi dengan Belleza, ia masih ingin berbagi kamar bersamanya. Tidak apa-apa meski harus setiap malam tidur di depan tungku perapian. Namun Eve belum memiliki cukup keberanian untuk melakukannya. Dia benar-benar fresh di dalam dunia werewolf ini.

"Sudah, keluar saja. Aku baik-baik saja tanpamu," seru Belleza melambaikan tangan pada Eve yang menatap melas.

Karena tidak ada pilihan lain dan pelayan di luar terus mengetuk pintu, ia akhirnya keluar dan pasrah ditujukan ke ruangan yang lain.

'Oh Tuhan... mau dibawa kemana aku?' batin Eve. Ia dan sang pelayan telah berjalan cukup jauh dari ruangan Belleza.

"Silahkan, sudah sampai," ucap sang pelayan lantas beranjak menunjukkan Eve ruangan yang akan ia tempati untuk seterusnya.

Eve cukup tercengang sebab ruangan ini lumayan lebih luas dari ruangan milik Belleza. Letaknya pun agak jauh dari ruangan-ruangan lain. Karena sepanjang perjalanan yang mereka tempuh tadi, mereka melewati dua anak tangga menurun yang dibawa menerus melalui lorong-lorong panjang tanpa bangunan apapun selain taman yang sangat memanjakan mata.

Bahkan tempat ini tidak terlihat seperti sebuah ruangan istirahat. Melainkan sebuah istana kecil yang tersembunyi. Eve semakin tak menyangka ketika pelayan menunjukkan setiap detail ruangan itu. Ada kamar tidur, dapur, ruang untuk bersantai yang sangat luas dan sebuah kolam renang dengan pandangan yang langsung mengarah ke hutan.

"Maaf sebelumnya, apa kau tidak salah menunjukkan ruangan untukku?" Eve hanya ingin memastikan.

Pelayan itu menggeleng sembari tersenyum. "Alpha Jordan yang meminta saya untuk menunjukkan ruangan ini pada anda," ucapnya.

Eve menelengkan kepala tak mengerti. "Kau yakin? Tapi ini terlihat sangat berlebihan. Bahkan Belleza sang penyihir saja hanya memiliki dua ruangan," seru Eve masih tak percaya.

Si pelayan hampir ingin menjawab kegelisahan Eve. Namun suara langkah kaki yang tegap dan tenang tiba-tiba mengurungkannya.

"Kau boleh keluar. Biar aku yang menjelaskan padanya." Sang Alpha kini berdiri di hadapan Eve dan si pelayan bergegas keluar seraya menutup pintu.

Eve sontak menundukkan pandangan. Perasaannya campur aduk. Sementara seluruh tubuhnya tiba-tiba terasa begitu hangat. Ia kini mengutuk dirinya yang ceroboh mengapa harus tak mempercayai pelayan itu. Seharusnya ia terima saja sehingga Jordan tak perlu datang ke sini.

"Bukankah pagi tadi sudah kukatakan jika kau boleh melihat wajahku?" tanya Sang Alpha seraya mengulum senyum.

Entah mengapa Eve seolah memiliki magnet tersendiri yang bisa membuat ia tak bisa membiarkannya lepas begitu saja.

***

Bersambung.