Belleza mengeluarkan tubuh Eve yang berubah mungil dari dalam guci antik miliknya. Alex memperhatikan dengan tatapan penuh selidik. Selama ratusan tahun tinggal terpisah dari Belleza, baru kali wanita itu menyembunyikan sesuatu darinya.
Beberapa saat berselang... tubuh mungil Eve membesar seperti bentuk semula.
"Who is this?" Alex bertanya seraya mengangkat sebelah alis. Heran. Namun tidak lama kemudian ada sesuatu yang sangat mengganggu penciumannya. Sehingga Alex mati-matian menahan diri.
"Apa... a-apa kau sumber dari feromon yang sangat kuat ini?" tatap Alex tajam pada Eve yang memandanginya sedikit ketakutan.
"Eve, mundur lah. Kau bisa masuk ke kamar!" pinta Belleza setelah melihat kesulitan yang dialami kekasihnya.
"B-baik, Belleza!" seru Eve lantas berbalik, lalu sedikit berlari menuju kamar yang terletak di belakang.
Setelah Eve pergi, Alex mulai terlihat kembali bernafas dengan normal. "Siapa dia?" ulangnya.
"Namanya Eve, dia werewolf yang baru saja mengetahui jati dirinya sebagai manusia serigala. Selama ini ia diasuh oleh seorang manusia. Namun manusia itu telah meninggalkannya dari dunia," beber Belleza.
"Lalu mengapa kau bisa bersamanya?"
"Robert dan Melissa. Mereka yang membawanya kepadaku."
Alex mengernyitkan dahi. Tak seperti biasanya Belleza akan bersikap sebaik itu kepada seseorang yang baru ia kenal. Namun Robert dan Melissa tentu bukan orang asing baginya. Tapi Eve? Itu masih terkesan aneh bagi Alex. Dia tetap saja orang asing.
"Aku tahu apa yang memenuhi pikiranmu, Alex," celetuk Belleza.
"Iya, kalau begitu jelaskan. Kau tak biasanya seperti ini."
Belleza mengembuskan nafas dengan berat. "Setelah aku mengatakan semuanya, kau harus berjanji tak akan menceritakannya kepada siapapun. Termasuk Alpha Jordan. Jika tidak, kau akan tahu sendiri akibatnya," ucap Belleza tegas.
Alex pun membuang nafas dengan berat, "baik. Aku menyetujuinya!"
"Ah ya... dan juga... setelah kau mengetahui semuanya, kau harus berjanji akan menjadi pelatihnya!" pinta Belleza lagi. Dia ingin memainkan kekuasaannya saat ini.
"Pelatih? Buat apa Belleza?" Alex hampir putus asa mendengar permintaan Belleza yang membuatnya hampir kehilangan keinginan untuk mengetahui identitas Eve yang sebenarnya.
Belleza mengulum senyum menggoda. Merasa jika Alex telah masuk perangkapnya. Otomatis bukan hanya dia yang terikat perjanjian dari Alex. Namun ia juga akan mengikat kekasihnya itu dengan sebuah perjanjian.
"Kau tahu? Bahkan dia sama sekali tak pernah berubah menjadi seekor serigala! Dia benar-benar zero. Namun sepertinya Robert dan Melissa menganggap jika Eve cukup bisa diandalkan soal kekuatan."
"Oke. Aku mulai paham ke arah mana pembicaraanmu. Jadi sekarang lebih baik katakan saja semuanya," seru Alex tak sabaran.
Kini Belleza tersenyum lebar. Manik matanya berubah berbinar. Lebih bercahaya dari sebelumnya.
"Oke. Kita deal!" serunya seraya menjabat tangan Alex.
Sementara Alex menyambutnya dengan kesal. "Kau benar-benar tak pernah mau rugi ya, Belleza," sinisnya.
Belleza mengangkat kedua bahu tak peduli. Ia merasa telah memenangkan situasinya sendiri. Walau harus tetap tinggal di istana Half Moon Pack.
"Baiklah, sebenarnya...."
"The choosen Luna? Kau yakin?" tanya Alex tak percaya setelah Belleza menceritakan semua hal tentang Eve.
Belleza mengangguk takzim. "Apakah sebelumnya kau pernah mencium feromon werewolf lain selain matemu sendiri?"
Alex berpikir sejenak pada ucapan Belleza. Ya, dan memang benar. Selama ini ia tak pernah tertarik pada werewolf betina lain setelah menemukan Belleza.
"Kau tahu... bukankah kehadirannya juga bisa menjadi pertanda buruk bagi keberlangsungan kehidupan manusia serigala?!" kata Alex menatap serius ke arah Belleza.
"Maksudmu?" Belleza sungguh baru mendengar tentang hal ini dari Alex.
"Bagaimana bisa Alex? Kupikir ia hanya seorang werewolf yang harus bertahan hingga tak ada yang bisa menaklukkannya?!"
Alex mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ia mulai was was jika obrolan mereka bisa saja didengar oleh para Rogue atau serigala dari pack lain.
"Keputusanku untuk menempatkanmu di istana Half Moon Pack sepertinya tepat, Belleza. Kita harus cepat kembali. Mengenai Eve, aku bisa mengatakan pada Alpha Jordan jika dia adalah kerabat jauhmu."
"Mengapa secepat ini? Kau belum menjawab pertanyaanku!" seru Belleza mulai keras kepala.
"Aku tidak punya waktu untuk berdebat denganmu, Belle. Cepat lah. Aku pasti akan memberitahumu semuanya. Tapi tidak sekarang. Sebaiknya kita segera kembali, sebelum terjadi hal-hal buruk yang mengancam keselamatan Eve dan tentu dirimu," ucap Alex bersikap bijak.
Belleza mengembuskan napas dengan berat. Lantas mengangkat kedua bahu. Menyerah. Selintas saja bayangan bagaimana para Rogue tadi menyerangnya membuatnya tersadar akan kebenaran ucapan Alex. Ia sangat kewalahan menghadapi mereka sendirian, di tengah kondisi Eve yang bisa membahayakan.
"Eve, ikut lah!" seru Belleza ketika menemui Eve di dalam ruangannya.
Eve hampir saja menanyakan kemana mereka akan pergi, namun keburu tertahan karena ucapan Belleza, "aku tidak punya waktu menjelaskan. Tugasmu saat ini hanya ikut denganku, karena kau sudah murni menjadi tanggungjawabku."
"B-baik, Belleza," lirih Eve pasrah.
Belleza pun mengangguk dengan kepatuhan Eve. Ia lantas memberikan ramuan penghilang feromon padanya sebelum mereka berangkat.
***
Alpha Jordan Brown terlihat berjalan-jalan di sekitar pelataran koridor istana. Malam ini ia tak ditemani siapapun, termasuk sang mate, Luna Magdalena. Wanita paling cantik di negeri itu sedang tak enak badan. Tabib istana belum sempat memeriksa keadaannya karena sang tabib telah lebih dulu pergi memenuhi panggilan Beta Harley yang sedang berperang mempertahankan wilayah kekuasaan Half Moon Pack. Banyak pasukan yang terluka, sehingga ia sangat memerlukan bantuan sang tabib.
Di saat seperti itu, Alex memberanikan diri untuk datang menyapa sang pemimpin. Sekaligus mengabarkan tentang kembalinya Belleza ke istana mereka.
"Wah... benarkah Alex? Aku sangat senang mendengar kabar baik ini," seru Jordan seraya menepuk pundak Alex yang sedikit membungkuk.
"Terimakasih atas kemurahan hati, tuan," tukas Alex penuh penghormatan.
"Namun saya memohon ampun karena Belleza belum bisa mendatangi tuan malam ini."
"Oh ya? Ada apa? Apakah Belleza sakit?"
Alex menggeleng cepat. "Tidak, tuan. Hanya saja... ia membawa kerabat jauhnya untuk tinggal di sini, tuan. Saya datang memohonkan ampun pada mereka," ucap Alex masih dalam posisi tadi.
Jordan terlihat berpikir sebentar, menimbang alasan Alex yang lumayan rancu. Namun ia memutuskan untuk mengambil langkah bijak.
"Oh baiklah. Lantas kapan dia dan kerabatnya bisa menemuiku?"
"Secepatnya besok pagi-pagi sekali, tuan," ucap Alex berusaha bersikap sebaik dan sesopan mungkin.
Jordan mengangguk-angguk menyetujui. "Baiklah. Lagipula sekarang sudah sangat malam. Kau dan Belleza sebaiknya memang beristirahat," ucapnya lantas mengembangkan senyuman.
"Terimakasih atas kebaikan tuan Jordan," ucap Alex lantas unsur diri dari hadapan sang Alpha.
Selama ini Jordan dikenal sebagai seorang alpha yang bijak dan baik hati. Ia bukan seperti alpha kebanyakan pack lain yang kejam dan dingin. Hatinya bahkan selembut kapas yang digunakan untuk menyumbat luka. Karena itu semakin hari Half Moon Pack yang ia pimpin semakin terdepan menggerakkan wilayah kekuasaan. Meskipun tak seluas pack-pack besar pendahulu.
Jordan kembali melanjutkan langkah yang tadi sempat terhenti karena kehadiran Alex. Ia merasakan ada sesuatu yang aneh menyita perhatiannya. Sebuah cahaya bersinar dari lantai tertinggi istana.
"Ada apa di atas sana? Bukankah tempat itu adalah ruangan milik Belleza si penyihir?"
***
Bersambung.