Eve terkesima dengan pemandangan yang terhampar di hadapannya. Ia kini berdiri di atas menara tertinggi, di balkon luas yang ditempati Belleza. Untuk sementara ia akan sekamar dengan penyihir itu, sebelum mendengar keputusan Alpha Jordan atas kedatangannya.
Alexander baru saja datang menemui Belleza, itu lah alasannya berada di balkon sekarang. Pendar cahaya bulan setengah yang menggantung di atas langit istana membuat seluruh tubuh Eve ikut berkilau. Membuatnya nampak seperti seorang putri bulan yang turun ke bumi.
Eve tak menyadari itu, namun seseorang yang sedang memperhatikannya dari bawah sana baru saja mengagumi kecantikan yang terlihat bercahaya dari sang Luna terpilih.
"Eve, masuklah. Kau harus beristirahat sebelum besok kita akan bertemu alpha Jordan," panggil Belleza.
Eve lantas menurut dan melangkah ke dalam ruangan. "Apakah Alex telah kembali?" tanya Eve saat sudah berpapasan dengan Belleza.
Belleza mengangguk lemah. Ia terlihat tak bersemangat.
"Tidurlah terlebih dahulu. Ada sesuatu yang harus kulakukan di luar," ucapnya.
Eve mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Hanya ada satu ranjang di sana. Meski sangat lebar dan besar, Eve tak yakin Belleza akan bersedia satu ranjang dengannya.
"A-aku... harus tidur dimana?"
Belleza menoleh, sebelum beranjak keluar. "Terserah kau saja. Aku bisa tidur dimana pun," imbuhnya lantas berlalu.
Eve mengembuskan napas berat. Seberat dirinya menghadapi sikap Belleza yang ternyata jauh lebih kekanakan daripada dirinya. Semangat dan mood-nya berubah-ubah setiap waktu.
***
"Dia semakin dekat."
Adam mengigau dengan kata-kata yang sama selama beberapa hari terakhir. Igauannya terdengar semakin jelas oleh Sammy. Karena hampir setiap kali berkunjung, ia pasti akan mendengarnya.
"Tuan Adam tenang saja, aku telah memerintahkan pasukan khusus untuk mencari Luna yang tuan maksud," ucap Sammy.
Adam tak membalas ucapan Sammy, ia lantas melenguh menahan sakit. Kedua netranya masih terpejam. Meski sebenarnya ia ingin sekali membuka mata secepat mungkin, namun efek ramuan itu masih terlalu kuat, walau Sammy telah memerintahkan pelayan untuk mengehentikan pemberiannya.
Sammy lantas mohon undur diri keluar. Batinnya masih bergolak tentang sang Luna yang harus segera ia temukan.
"Cirinya pun aku tak tahu. Bagaimana mungkin aku bisa menemukannya?" gumamnya seraya melangkah melintasi altar di depan ruangan Adam.
Bukan hanya dia, pasukan yang ia perintahkan untuk mencari sang Luna pun kebingungan harus mencari werewolf wanita yang seperti apa. Mereka hanya melangkah ke arah barat hutan forks, dimana semua jenis werewolf bisa tinggal dengan aman dan bebas. Beberapa jenis pack kecil juga tinggal di daerah tersebut.
***
Sebelum bertemu Alpha Jordan, Belleza telah meminta Eve untuk meminum ramuan penghilang feromon. Hal tersebut tentu bertujuan agar Jordan tak dapat mengendus feromon Eve.
"Siapa namamu?" tanya Jordan dari atas singgasananya.
"Eve, tuan." Eve duduk sembari membungkuk. Sementara Belleza hanya duduk seraya menundukkan kepala di sampingnya, dan Alex berdiri di sebelah kanan altar singgasana.
"Mengapa kau berniat untuk tinggal di istana ini bersama Belleza?" Menurut Jordan, sesuai apa yang dijelaskan Alex sebelumnya, Eve hanya lah serigala biasa. Otomatis ia tak bisa memberikan kontribusi apapun bagi The Half Moon Pack.
Eve tercekat. 'Apa yang harus kukatakan?' batinnya.
Belleza bisa merasakan kesulitan yang dirasakan Eve. Dia ingin segera membantu, namun ia juga masih ingin memastikan apakah Eve bisa menjawab pertanyaan Jordan atau tidak.
"S-saya...," ucap Eve terbata. Sementara Jordan memiringkan kepala menunggu jawabannya.
Eve tak bisa menjawab. Bibirnya terasa kelu. Sementara ia tak mungkin akan menjawab jujur.
"Maafkan atas kelancangan saya Alpha Jordan Brown." Belleza ikut membungkuk di samping Eve.
"Eve awalnya hanya mengetahui dirinya hanya manusia biasa. Namun baru-baru ini ia menyadari dirinya sebagai seorang manusia serigala. Karena itu ia tak memiliki kekuatan apapun. Dan saya membawanya kesini adalah untuk melatih kekuatan yang bisa jadi tersembunyi di dalam dirinya," tutur Belleza.
"Oh... jadi itulah alasan mengapa kau kembali Belleza?"
"B-bukan, tuan. Tentu saja bukan karena hal itu. Saya ingin kembali karena memang saya merasa bersalah telah meninggalkan istana ini. Dan saya kembali untuk menjadi bagian dari Half Moon Pack. Berjuang untuk kejayaan pack ini," sangkal Belleza.
Alex mengulum senyum di ujung sana. 'Ckck kau memang pandai mengarang, Belle,' batinnya.
Jordan terlihat mengangguk-anggukkan kepala di atas singgasana. Itu pertanda ia menerima penjelasan Belleza tentang Eve dan alasan mengapa ia kembali ke tempat ini sekarang.
'Huftt... awas kau Alex. Karena ulahmu aku kembali terperangkap ke dalam situasi membosankan ini,' batin Belleza seraya melirik kesal ke arah matenya sendiri.
"Baiklah, kau boleh tinggal di tempat ini Eve. Namun selama tinggal di sini, kau harus mematuhi semua aturan istana. Biar nanti Belleza yang mejelaskan, apa hukuman bagi seseorang yang berani melanggar aturan," imbuh Jordan. Ia baru saja menyindir Belleza.
"Bagaimana Belleza?"
"I-iya, tuan. Saya akan bertanggungjawab dengan keberadaan Eve!" serunya lantas mengangguk.
Jordan mengulum senyum. Bukan karena merasa puas telah menyindir Belleza, melainkan karena half quarter itu akhirnya bersedia untuk kembali ke istana ini setelah sekian lama ia meminta bantuan Alex untuk membawanya kembali. Bagaimanapun, Belleza adalah salah satu petarung handal yang Half Moon Pack miliki. Walau ia pernah melakukan sebuah kesalahan fatal.
'Sial! Bodohnya aku yang telah menyeret diriku kembali ke dalam neraka ini!' rutuk Belleza dalam hati.
"Eve," ucap Jordan tiba-tiba. Membuat Alex dan Belleza bergumam heran. Mengapa sang alpha memanggil Eve yang notabenenya hanya lah seorang manusia serigala biasa.
"Angkat wajahmu, tegak menghadapku," perintahnya.
Eve merasa ragu untuk beberapa saat. Namun karena ini adalah perintah dari seorang Alpha, maka ia lantas melakukannya.
Jordan terdiam beberapa saat setelah wajah Eve terlihat jelas di hadapannya. Ia penasaran apakah wanita yang semalam ia lihat di bawah pantulan cahaya bulan adalah Eve atau bukan. Dan ternyata... benar. Cahaya yang menyilaukan matanya itu adalah Eve.
"Cukup. Kau bisa kembali bersama Belleza," ucap Jordan setelah memastikan.
Eve dan Belleza pun memohon untuk undur diri. Sementara Alex diam di tempatnya. Sebentar lagi ia dan para petinggi di half moon pack lainnya akan mengadakan sebuah rapat bulanan yang biasa digelar.
'Dia terlihat berbeda. Seolah bukan sekedar manusia serigala biasa,' batin Jordan sembari terus memperhatikan kepergian Eve. Baru kali ini ia merasakan sebuah gejolak aneh ketika menyaksikan werewolf betina, selain matenya sendiri, Magdalena. Meski berusaha menyembunyikan, daya tarik Eve sepertinya telah memikatnya.
***
Tanpa membuang-buang waktu, sebelum resmi dilatih oleh Alex, Belleza mengambil inisiatif untuk melatih Eve dengan tangannya sendiri. Ada sebuah keberuntungan saat mereka berlatih di istana, dimana semua perlengkapan bertarung telah tersedia. Bahkan tempat latihan khusus di dalam istana sengaja disetting seperti alam terbuka oleh Jordan.
"Enak sekali ya. Seorang pengkhianat bisa kembali ke tempat ini dengan mudah."
"Tentu saja. Bukankah matenya berada di sini juga? Menjadi salah satu kaki tangan Alpha Jordan."
"Itu terdengar tidak adil bukan? Seharusnya dia tetap tinggal di pedalaman hutan sana. Terasing dan sendirian."
"Bukan hanya terasing. Seharusnya dia dihukum mati. Digantung atau menjadi tumbal buyutnya sendiri. Hahaha."
Suara-suara sumbang dari sekelompok werewolf betina yang baru saja didengar Belleza dan Eve itu kompak mengeluarkan derai tawa riuh. Persis ketika mereka berpapasan dengan keduanya.
"Mereka membicarakan siapa?" tanya Eve dengan polosnya.
"Menurutmu?" ketus Belleza.
Eve mengernyitkan dahi. Namun sesaat kemudian lebih memilih untuk melupakan siapa yang mereka maksud. Karena ia juga tak paham apa yang sebenarnya Belleza alami saat tinggal di istana ini.
***
Bersambung.