Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Sang Demihuman Revolusioner 'Cigin'

🇮🇩KobenG
--
chs / week
--
NOT RATINGS
12.6k
Views
Synopsis
Cigin, seekor anjing polisi dengan ras Kangal yang telah mendapatkan banyak penghargaan karena kehebatan menangkap penjahat. Pada suatu malam, Cigin kembali bertugas bersama dua rekan manusianya. mereka bermaksud menangkap sindikat penyelundup obat-obat terlarang. dan seperti biasa, Cigin berhasil menangkap salah seorang penyelundup itu dengan menerkam lengan pria itu. Setelah dua rekannya tiba, keadaan malah berbalik. mereka berdua terlihat takut dengan pria yang ditangkap Cigin. dan berakhir mengikuti perintah pria itu termasuk menyerahkan senjata mereka. Cigin ditembak oleh pria itu seketika. namun yang membuatnya lebih sakit adalah dua rekan manusianya yang tidak menolong sama sekali. setelah dibuang ke laut, sesuatu terjadi. Apa sebenarnya ini? Sebuah perbudakan Demihuman oleh manusia? Aku akan balas dendam kepada manusia. Aku harus mencari rekan, dan untuk itu aku akan pergi berpetualang mencari mereka.
VIEW MORE

Chapter 1 - Pengkhianatan?

Di sebuah dermaga dengan kotak-kotak besar dari besi yang bertumpukan, di sana terjadi sebuah kejar-kejaran.

"Guuk… Guk, guk..!!"

"Cepat kejar dia… jangan sampai lolos!"

Di dalam suasana malam yang gelap, dengan bercahayakan sebuah senter, aku terus berlari. Aku bersama rekanku terus mengejar kelompok penyelundup yang membawa obat-obatan terlarang itu.

Malam ini hujan cukup deras, namun harus bagaimana? Itu merupakan tugas yang selalu aku kerjakan meski dalam keadaan apapun.

Dan malam ini, kami mendapatkan mereka, kami melompat keluar memberikan kejutan dan terus mengejar. Memang rekan-rekanku ikut mengejar para penyelundup itu, namun akulah yang tercepat di antara mereka.

"Mari berpencar!"

Melihat para pelaku kriminal itu mulai menyebar, aku harus mengambil keputusan, memilih satu dari mereka yang harus kutangkap. Dan menurut penciumanku, itu adalah pria tegap dengan jas putih itu. Dia terlihat memegang koper yang kupikir itu adalah barang selundupannya.

"Guuk, guk!"

Seorang pria dengan setelan jas yang berada di depanku sangat cepat, meski jarak itu kini sudah semakin dekat. Entah bagaimana, aku merasa tidak asing dengan baunya. Namun aku hiraukan, mungkin itu bau yang sama dengan para penjahat yang berhubungan dengan obat-obat terlarang yang pernah kutangkap dulu.

Namun sekarang, aku juga tidak tahu apakah dia memiliki senjata. Meskipun dia memiliki, aku juga tidak punya pilihan selain maju sih. Yah, jadi begitulah aku bekerja selama ini.

"GIIAAAAAGH!!"

Raungan pria yang telah kutangkap itu sangat keras.

Tentu saja! Soalnya aku telah menerkam salah satu lengannya dengan keras. Dan itu tidak akan mungkin terlepas lagi. Meski selama ini kejadian serupa terjadi, dan pasti mereka akan menyerangku yang tidak dapat berbuat apa-apa selain menahan gigitanku agar tidak terlepas.

Namun sebagai professional, aku tidak boleh melepaskan gigitanku hingga rekan-rekanku datang dan meminta diriku untuk melepaskannya. Tapi mengigit?

Yap, sebenarnya aku adalah seekor anjing milik kepolisian. Aku telah dilatih dengan pelatihan yang memang tidak manusiawi. Karena aku adalah seekor anjing, tentu saja itu tidak manusiawi.

Aku diberikan sebuah nama oleh mereka yaitu Cigin. Yang sebenarnya aku tidak mengerti arti dari nama tersebut. Dan karena prestasi yang telah banyak kudapatkan dari profesiku itu, aku juga mendapatkan sebuah julukan yaitu 'The Justice Launcher' dari pemerintah kota.

Sebuah hadiah atas kerja kerasku dalam menangkap banyak penjahat, dan hanya dihadiahi sebuah gelar. Yah, apalah yang akan diberikan kepada seekor anjing Kangal ini.

Tidak butuh pakaian, aksesoris, kuota internet, jadi mereka hanya memberi makanan berupa daging dengan kualitas sedang. Itu memang sudah cukup sih, tapi dalam mencapai semua itu, aku telah berusaha sangat keras.

Nomong-ngomong saat ini orang yang sedang aku gigit ini memberikan perlawanannya. Kurasa dia cukup kuat untuk seorang penyelundup biasa.

Buuk!... Bukk!!..

Pria itu memukul wajahku dengan koper yang berada di tangannya. Itu cukup terasa, namun tetap saja tidak akan kulepaskan.

"Dasar anjing brengsek, lepaskan! Akan kubunuh kau dasar sialan!!"

Dia terus mengeluarkan sumpah serapahnya kepadaku. Meski itu sebenarnya tidak berarti bagiku. Jadi tidak akan membuatku terintidasi sama sekali.

"Di sana..."

Lalu aku mendengar dari arah belakangku langkah kaki, tidak, maksudku langkah sepatu. Dari aromanya, itu jelas anggota polisi. Mereka adalah rekanku, jadi seprtinya pekerjaanku akan selesai untuk sementara.

"Cigin…"

Dia memanggil namaku, namun masih belum memerintahkan untuk melepaskan.

"Hey! Kalian berdua, cepat lepaskan anjing sialan ini! Kalian tidak tahu siapa diriku, Huuh??"

Entah mengapa, pria yang sedang aku gigit ini seolah seperti mengenal kedua rekanku. Mungkin saja begitu, mereka berdua adalah polisi yang cukup terkenal bukan?

Tapi tetap saja—

"Hey Cigin! Berhenti!!"

Salah satu rekanku kini telah mengeluarkan perintahnya. Namun mereka hanya berdiri dengan jarak itu.

Kenapa mereka tidak mendekat dan mengeluarkan borgol mereka? Mereka malah menyuruhku berhenti.

"Cigin, Mundur!"

Dalam situasi itu, aku tentu saja akan melaksanakan perintahnya. Perlahan aku melepaskan taringku dari lengan pria itu. Aku merasakan darah di gigiku. Tentu saja aku telah melukainya.

"Kemari kalian!" Bentak pria itu kepada kedua rekanku.

Dan yang membuatku heran, kedua rekanku segera mengikuti perintahnya. Mereka berdua berjalan ke depan pria itu. Meski cukup gelap, aku dapat melihat jelas mereka.

Wajah pria itu tampak sangar dibandingkan antara manusia lainnya. Rambutnya rapi seperti kebanyakan polisi di tempatku bekerja.

Dan kedua rekanku sepertinya mengenal pria itu. Mereka seperti anjing yang bertemu majikannya. Yah aku mengetahuinya tentu saja, karena aku juga merupakan seekor anjing.

"Berikan senjata kalian!"

Ap-apa? Memberikan senjata kedua rekanku? Siapa pria ini sebenarnya?

Dilihat dari raut wajah serta aura mereka berdua, mereka saat ini sedang dalam ketakutan. Dan pasti mereka akan melakukan perintah itu kurasa.

"Baik, Pak!" jawab mereka serentak.

Mereka berdua segera memberikan sebuah pistol bertipe Glock ke tangan pria itu. Tapi kenapa mereka melakukannya?

Pria itu kemudian tersenyum dengan lebar, senyuman yang terlihat jahat dengan matanya yang melototiku ketika senyum itu dibuat. Lalu dia tertawa dengan santainya.

Sedangkan kedua rekanku hanya menunduk dengan aura ketakutan yang masih belum hilang. Mereka tidak berkata-kata, hanya diam. Tidak bergerak seperti diriku yang hanya menunggu perintah.

Apa mungkin orang di depanku ini seorang yang memiliki kedudukan yang tinggi? Mungkin dia juga seorang alpha di dalam kelompoknya. Tapi masuk kelompok bagian mana dia ini berasal?

Kelompok polisi kah? Atau kelompok penjahat?

Dia memiliki kemungkinan di antara keduanya. Meski dia ikut dalam penyelundupan, tapi kata-katanya juga didengar oleh kedua rekanku.

"Ha ha, sekarang giliranmu bangsat. Dasar hewan sialan, ini adalah pembalansanku!".

Pria itu mengarahkan pistol yang telah diambilnya kepadaku. Apa dia bermaksud balas dendam?

Tapi melihat kedua rekanku hanya diam, membuat dadaku sedikit merasakan sesuatu yang aneh. Apa itu sebuah bentuk perasaan? Aku tidak tahu, tidak begitu mengerti. Namun itu semua sangat menyakitkan.

Seteah melihat mereka tidak akan membantu, aku kemudian melihatkan taringku kepada pria itu. Sebuah bentuk peringatan baginya dariku. Agar dia mundur atau aku akan menerkamnya kemballi.

Namun dia malah tertawa. Apa dia menjadi gila?

"Oh, sungguh anjing sialan yang berani. Apakah ini yang mereka sebut sebagai 'The Justice Launcher', huhh? Sungguh malang, masa-masa jayamu akan berakhir hari ini". Gumam pria itu.

GRRRR!!!

GUUK!! GUUKK!!

Melihat dia tidak menanggapi peringatanku, aku segera saja bergerak denga sigap. Tujuanku lengannya yang satu lagi, yang sedang menggenggam pistol itu. Adegan seperti ini sudah sering terjadi sebelumnya, tentu saja akulah yang akhirnya jadi pemenang.

Aku akan berdiri sendiri mengalahkan pria itu. Dengan kedua rekanku yang telah menutup rapat taring mereka, tentu aku seperti anjing tak bertuan saat ini. Semua keputusan menjadi milikku.

Dan taringku sudah gatal akan lengan pria itu. Semua latihan keras yang telah aku lakukan meski hingga sampai saat ini, semua hanya untuk menangkap para penjahat. Namun sekarang ini untuk melindungi diriku.

Aku tahu kecepatan peluru itu sangat cepat, namun tetap saja, kadang mereka akan meleset dan gigitanku tidak pernah meleset.

DOORR!!

DOR! DOR!

Apa… aku kena tembak? Ini tidak seperti yang kupikirkan. Dia berhasil mengenaiku.

Aku merasakan darahku mengalir deras keluar dari dada dan perutku. Dan dengan kecepatan yang hebat pula, kesadaranku mulai menghilang.

Pandanganku kabur, aku tidak dapat melihat apa-apa sekarang.

Dingin, apa ini yang namanya dingin? Sebelumnya bahkan aku dapat tidur di dalam salju. Tapi ini tidak dapat kutahan.

Aku telah kalah, dan sepertinya aku akan mati sekarang. Tapi kenapa?

Kenapa kedua rekanku hanya berdiri diam melihat aku dibunuh. Kenapa mereka tidak membantuku? Apa ini sebuah pengkhianatan?

Sebenarnya siapa pria itu yang dapat membuat kedua rekanku menurut? Bukannya dia hanyalah seorang penyelundup? Tapi kenapa… kenapa dia dapat menundukkan rekaku yang jelas-jelas aku telah berhasil menahan pria itu sebelumnya.

Ini sungguh memilukan. Kepalaku saat ini banyak diisi pertayaan tentang semuanya. Tapi itu tidak akan dapat aku cari tahu saat ini. Karena aku sudah mati.

"Hey kalian, buang mayatnya ke laut. Katakan pada media bahwa dia telah gugur. Dan jangan beri tahu siapapun tentang keberaanku. Jika sampai berita tentangku tersebar, aku akan menganggap kalia berdua yang melakukannya. Dan setelah itu pasti akan kubalas! Kalian paham!?"

Pria itu membentak. Dia memberikan isyarat memotong lehernya sendiri dengan ibu jarinya. Sebuah maksud bahwa jika ada yang memberitahu tentangnya, maka akan mati.

Kedua polisi itu menelan ludahnya sambil bergidik. Keringat di wajah mereka telah bercampur dengan hujan yang langsung membilas segera. Lalu mereka serantak mengangguk. "Paham… Pak".

Pria itu masih memandangi kedua polisi dengan matanya yang melebar. Lalu dia berjalan tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Dia melewati polisi tersebut dan menghilang dalam kegelapan.

Polisi tersebut masih diam berdiri menantang hujan. Dia masih tidak bergerak dari tempatnya. Lalu salah satu dari mereka mendekati tubuh Cigin yang telah lemas tak bernyawa.

Dia mengangkat dengan kesusahan. Memang jenis Kangal cukup berat hingga sampai 65 kilogram. Dengan keseimbangan yang goyah, dia membawa tubuh Cigin mendekat ke tepi dermaga.

Itu tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Lalu tidak segan-segan dia melemparkan ke laut.

Setelahnya mereka berdua menarik diri dari tempat kejadian. Mereka meninggalkan banyak rahasia di sana. Juga meninggalkan rekan kerja mereka selama ini. Meski rekan tersebut hanyalah seekor anjing Kangal.

Cigin yang tubuhnya terlempar ke laut langsung tenggelam setelah tehempas beberapa kali oleh gelombang. Namun di saat yang sama pula, kesadaran Cigin terasa kembali.

Cigin saat ini merasa telah tertidur sangat lama, dan merasakan kelalahan pada tubuhnya. Dia sangat ingin bangun dari tidur itu.

Perlahan, Cigin membuka kedua matanya. Tapi sungguh mimpi aneh muncul setelah semua itu. Dia hanya ternganga tanpa kata dengan apa yang dilihatnya. Itu adalah kumpulan dari berbagai macam jenis hewan yang sedang bekerja.