Chereads / The Miracle Of Princess Jessica / Chapter 9 - Chapter 9

Chapter 9 - Chapter 9

Arsen menatap gadis di depannya, suaranya terdengar merintih. Kepalanya terasa nyeri, pandangannya kabur, dan akhirnya pingsan.

Putri bingung harus membawa arsen kemana. Cuaca di atap kampus sangat panas, dan suhu tubuh pria ini sangat  tinggi.

Akhirnya, mau tidak mau putri membawa Arsen kerumahnya. Dia takut pria ini kenapa-kenapa.

Plop.

Bibi Helena kaget dengan munculnya sang putri yang tengah membawa sesosok pria, putri membaringkan arsen disofa. Dia mengambil pot bunga kosong, hanya terisi tanah pemberian buyutnya.

Tangannya menabur biji bunga teh hijau, dan menyentuh permukaan tanah. 2 menit kemudian, tumbuhan itu muncul dan tunas-tunas hijau tumbuh dengan cepat.

Putri memetik 10 lembar daun, dan menyuruh salah satu pembantu untuk menyeduh ke dalam air yang mendidih.

Setelah mendidih, putri mengambil air teh hijau, mendiamkan sebentar dan memerasnya dengan kain bersih, mengolesi bagian kaki arsen yang terluka. Untungnya, lukanya tidak terlalu lebar, hanya selebar daun. Tapi bagi manusia biasa, itu sudah sangat sakit.

Seduhan air teh hijau memiliki sifat antiradang yang baik untuk mempercepat proses penyembuhan luka.

Bibi Helena hanya diam dengan kesibukan putri yang tengah mengobati pria yang terbaring lemah, dia menunggu putri menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Putri menghela napas sebentar, menyeka keringat didahinya. Kembali berkonsentrasi penuh, seperti hendak mengeluarkan sesuatu.

Ting.

Sebuah botol yang besarnya seukuran jari telunjuk orang dewasa muncul di telapak tangannya.

Botol itu berisi serbuk bunga matahari, yang sudah lama putri kumpulkan sejak usia 10 tahun. Serbuk itu terdiri dari mata air di langit, dan bubuk suci pemberian Shireen. Salah satu guru rahasia yang kadang muncul diruangan rahasianya di kerajaan langit.

Putri menaburkan sedikit serbuk bunga, dan seketika luka di kaki Arsen mulai menutup. Permukaan kulitnya kembali menjadi seperti semula. Hanya tinggal bekasnya saja.

Wajah Arsen tidak sepucat tadi, dan tinggal menunggunya bangun.

Omma Olla baru pulang dari butiknya, dia juga kaget dengan putri yang sudah pulang lebih awal dari biasanya, matanya tertuju pada pria yang kini terbaring di sofa.

"Helen, siapa pria ini?" Olla duduk di sofa tunggal, menaruh tasnya di meja kaca.

"Temannya putri, dan sepertinya baru saja tertumpah cairan, tapi sudah ditangani oleh putri."

"Emmm..ah iya putri, aku dapat salam dari Nicholas, dan nanti malam orang kirimannya akan datang, ah aku gak perlu susah-susah nyari ayah palsu untukmu bukannnnn?"

Putri menghampiri omma Olla. Tubuhnya sedikit lelah, apalagi semalaman putri memikirkan cara menghadapi penyihir licik yang sedang mencarinya. Dan kini melakukan teknik penyembuhan. Keringat mengalir di pelipisnya. Terlihat sekali kalau putri sangat capek.

"Omma, apa paman Nichol juga tahu aku membawa pria ini?"

"Aku tidak tahu putri, mungkin bisa iya mungkin tidak. Sebenarnya apa yang terjadi di antara kalian? Apa dia berusaha menyakitimu?" tatapannya tertuju ke arah Arsen yang masih pingsan.

Putri menceritakan detail kejadian dan omma mulai paham, mengangguk-angguk, berusaha menenangkan perasaan putri.

Putri tidak peduli lagi dengan hukumannya karena tak menghiraukan nasihat paman Nichol. Putri kecewa dengan dirinya sendiri, karena sudah lelah hanya dengan mengeluarkan kemampuannya.

Lalu bagaimana nanti jika dia berhadapan dengan penyihir itu? Apa dia akan langsung kalah?

"Aku juga akan melakukan hal yang sana jika aku berada di posisimu saat ini putri." celetuk omma, berusaha tidak menyudutkan putri.

Pikiran putri teralihkan setelah mendengar suara rintihan Arsen.

Arsen membuka mata dan menoleh ke arah tempat yang asing baginya. Dia memijat kepalanya yang masih pusing.

"Kamu sudah bangun?"

Suara putri terdengar lemah, energinya menipis karna harus mengeluarkan kekuatannya untuk menyembuhkan arsen.

"Aku di mana?" tanya Arsen.

"Di rumahku." sahut putri.

Putri menyuruh pembantu mengambilkan minum, bibi Helena mendekati Arsen yang bangkit dari tidurnya dan duduk.

Arsen menyentuh kakinya yang sudah tidak terluka lagi, hanya bekas kemerahan dan masih agak sakit jika ditekan.

Matanya terlihat bingung dengan luka yang tiba-tiba hampir hilang. Padahal dia ingat, kakinya terluka karena tertumpah Asam sulfat (H2SO4).

Bagaimana bisa luka yang lebarnya lebih dari 10 cm tiba-tiba sudah mulai mengering?

"Kau yang menyembuhkan lukaku?" tanya Arsen.

"Iya." jawab putri.

Pembantunya memberikan segelas air putih kepada Arsen, dan dengan gemetar arsen langsung meminumnya.

Apa dia masih di bumi?

"Anda temannya Jessica?" celetuk bibi Helen. Olla hanya diam memperhatikan percakapan mereka.

Arsen ganti menatap Helena, wanita yang memperkenalkan diri sebagai ibu putri.

"Aku Arsen tante. Mmmm maaf merepotkan, tapi apa anda jugaaa..?"

"Aku akan mengantarmu pulang."

Putri menyela obrolan Arsen dan bibi Helena, dia tidak ingin pria ini bertanya lebih banyak dan makin penasaran.

Arsen yang masih sedikit pusing langsung bangkit dan mengikuti putri. Dia takjub dengan rumah putri yang super duper mewah.

Arsen dibikin takjub lagi dengan mobil-mobil mewah yang harganya selangit, Mobil sport menarik perhatiannya, mobil merek Bugatti Veyron 16.4 Grand Sport harganya mencapai 27 milyar.

Bahkan Arsen ingat promosi perusahaan yang menjual mobil sport ini. Salah satu moto yang mereka keluarkan saat sedang mempromosikannya saja berbunyi "If you ask for the price, you can't afford it."

Mobil Arsen saja hanya seharga 1,4 milyar, merek Audi A8. Sebenarnya siapakah Gadis yang kini berjalan di depannya. Gadis ini melajukan mobil sport dengan santai, tidak berbicara sepatah katapun.

Arsen merogoh kantong celananya, untungnya ponselnya masih ada, dia juga masih memakai jas laboratorium, meskipun celananya masih tersisa noda cairan Asam sulfat (H2SO4).

Arsen menyebutkan alamat rumahnya, dia tidak bertanya apa-apa lagi. Lagipula banyak kejadian aneh yang berhubungan dengan gadis disampingnya, apa ini karena liontin yang dibawanya? Apa gadis ini berusaha untuk menyakitinya?

"Aku boleh bertanya padamu?" Arsen berusaha mencairkan suasana yang tegang sejak tadi.

Putri tidak menjawab, dia fokus ke jalanan dan konsentrasi menyetir.

"Apa kau manusia sepertiku, Valent?" melanjutkan pertanyaannya, tidak peduli dengan putri yang terlihat tidak ingin diajak bicara dan menjawab pertanyaannya.

Putri melirik arsen sebentar, baru kali ini ada yang memanggilnya Valent.

Sssttttt....Mobilnya mendadak berhenti, arsen kaget tubuhnya hampir terlepas dari sabuk pengaman. Putri menepikan mobilnya di dekat sungai Amstel.

Dia keluar dan duduk di bebatuan yang tertata rapi. Tanpa memperdulikan arsen yang masih di dalam mobil. Pikirannya penuh dengan kekhawatiran.

Arsen ikut keluar dari mobil putri, duduk disampingnya. Entah kenapa, dia juga terlihat khawatir sama seperti perasaan putri.

Putri menatap sungai yang tenang, melihat perahu-perahu yang di tepi kan di pinggir sungai. Sesekali melempar batu kesungai. Menghela nafas panjang, berusaha menahan perasaannya dan tidak menampakkan yang tengah memikirkan hal yang belum terjadi.

"Kau kenapa?" tanya Arsen. Dia bertanya seolah merasa sudah dekat dan akrab dengan putri. Arsen merasa gadis di samping nya mengkhawatirkan sesuatu.

Putri menoleh, menatap pria yang hampir dua kali tidak sengaja berurusan dengannya, dan bertanya "Aku boleh memintamu melakukan sesuatu?"

Pandangan mereka bertemu. Arsen diam, menunggu kalimat selanjutnya dari gadis ini.

"Mulai sekarang panggil namaku Valent, aku suka panggilan itu." imbuhnya.

Dan sejak itu, Arsen merasakan sesuatu yang hampir ingin dia musnahkan dari hidupnya. Dia mulai tertarik dengan Valent.