Awalnya putri ingin marah dengan Arsen yang sembarangan menyuruhnya. Tapi karena dia sudah mulai bosan dengan rutinitas yang sama setiap harinya, putri menyetujui untuk menjadi pengasuh Clara, adik Arsen yang masih 8 tahun.
Dia membicarakan hal ini dengan bibi Helena, meskipun respon Helena akan shock mendengar putrinya tiba-tiba jadi pesuruh.
"Putri beneran menyetujui permintaan pria itu?" tanya Helen. Aneh baginya karna putri tidak pernah sekalipun merawat seseorang.
"Iya bi, aku sudah pikirkan baik-baik. Lagipula aku harus tanggung jawab atas perbuatanku yang hampir menyelakainya, nanti aku akan pulang untuk menjengukmu dan omma Olla. Ah, tentu saja paman Aron juga." putri berusaha meyakinkan diri.
Putri mengamati rumah mewahnya, meskipun rumah Arsen tidak semewah miliknya, setidaknya putri bisa tenang untuk tinggal beberapa minggu di tempat yang tidak banyak orang.
Orang tua Arsen sangat sibuk, jarang pulang ke rumah, hanya beberapa kali dalam sebulan.
Putri membawa koper kecil tempat pakaiannya, lagi pula setiap hari dia bisa bolak-balik pulang.
***
Arsen menunggu putri menepati janjinya, dia duduk di ruang keluarga dan menatap berulang kali ke arah luar, siapa tahu gadis cantik itu beneran datang.
"Kak, putri salju beneran datang kan?" tanya Clara dengan berharap.
"Kita tunggu sebentar lagi ya sweety, semoga aja datang." balas Arsen dengan santai.
Dan benar, putri terlihat memasuki gerbang yang di jaga satpam. Gadis itu cantik dengan balutan dress warna biru tua dan mantel bulu, bahkan auranya sudah mirip dengan model majalah fashion.
"Sial, kenapa sih dia cantik terus!" batin Arsen mengagumi keagungan wajah putri. "Kau datang?" tanya Arsen.
"Maaf, aku telat." ucap putri dingin.
Clara begitu antusias dan memeluk putri yang sudah lebih dulu berjongkok untuk menyapa Clara.
"Hallo little girl, apakah aku terlambat?" suaranya terdengar lembut saat menyapa Clara, beda saat putri menyahuti Arsen.
Arsen iri melihat putri menyapa Clara dengan ramah, bukankah tadi dirinya juga menyambutnya?
Clara mengajak putri ke kamarnya, dan Arsen membawakan koper milik putri ke kamar yang sudah disiapkan.
Arsen tersenyum melihat Clara yang sudah akrab dengan gadis yang biasa dipanggil Valent olehnya. Bahkan dulu, mantan kekasihnya tidak sedekat itu dengan Clara.
Ahhh, Arsen bahkan tidak menyadari kehadiran putri yang membuatnya mulai mengikis ingatannya tentang cinta pertamanya.
Clara membuka lemari kaca yang berisi koleksi barbie, dan tokoh disney. Putri yang tidak terlalu menyukai boneka langsung tertarik dengan salah satu barbie yang mirip dirinya.
Tubuhnya yang mungil, rambutnya, kulit putih khas kerajaan, dan gaun mewah warna hijau perpaduan hitam yang terlihat elegan.
"Putri salju, ini namanya Barbie Florissa dia bisa menumbuhkan bunga-bunga lho.." tutur Clara dengan centil.
"Oh ya? Wah hebat banget ya Florrisaa, boleh nggak putri salju minjem buat main sama putri salju?" putri tersenyum manis, pintar sekali mengambil hati Clara. Gadis kecil bernama Clara mengangguk pelan dan kembali bermain dengan koleksi barbienya.
Apa Clara tidak sekolah??? Dan kenapa di kamarnya banyak sekali botol obat? Ucap putri dalam hati.
Arsen masuk dan bergabung, pintu Clara terbuka lebar dan putri menoleh sebentar ke arah Arsen. Pria itu sudah berganti pakaian yang lebih santai.
"Kau sudah makan?" tanya Arsen. Dia tidak ingin terlihat buruk dalam menyambut kedatangan putri.
Putri menggeleng, dia lupa makan malam sebelum ke rumah Arsen.
"Bibi sedang cuti ke kampung halamannya, jadi mmmm aku akan memasak untukmu." sahut Arsen.
Putri yang ragu Arsen bisa memasak hanya mengangguk dan mengikuti Arsen turun ke bawah menuju dapur.
Clara tersenyum melihat putri saljunya dan kakaknya nampak seperti barbie Florissa dan pangeran Archa, salah satu tokoh koleksi buku dongengnya.
Clara mengikuti putri turun ke lantai 1, tangannya membawa boneka barbie kesayangannya. Arsen tersenyum melihat Clara yang sudah duduk di samping putri.
"Sweety, apakah kamu lapar?" tanya arsen dengan lembut.
Clara mengangguk dan berceloteh riang.
"Aku ingin makan pasta, kak." jawab Clara antusias.
Putri mengelus gadis kecil di sampingnya, dia terlalu gemas dengan Clara yang selalu riang.
Arsen lincah memotoh sayuran dan mengulek bumbu, tangan kirinya memasukkan pasta ke dalam panci yang berisi air mendidih, dia melihat ke arah putri sebentar, ingin menunjukan kemampuan memasaknya. Potongan daging sapi yang pas, aroma bumbu saus pasta yang mulai tercium, dan daging sapi yang hampir matang.
Putri mengajak Clara untuk duduk di meja makan, menunggu Arsen selesai.
Sesekali Clara mengetuk meja dengan garpu, perutnya sudah berbunyi sejak tadi.
Masakan buatan Arsen sudah terhidang, 3 piring pasta dan steak sapi yang terlihat menggoda dan ice lemon yang terlihat segar, clara sudah menyendok pasta miliknya yang tidak terlalu pedas, putri sempat kagum dengan arsen yang lihai dalam hal yang sama sekali tidak pernah dilakukan olehnya.
"Silahkan dicoba Valent, dan berikan komentarmu tentang masakanku." ucap Arsen dengan sombong.
"Dasar tukang pamer." cibir putri.
Putri mulai menyendok pasta miliknya, membiarkan arsen mengamati nya yang sedang makan. Dia tak peduli, saat ini dia sangat lapar.
Nyamm..nyamm..nyamm...
Clara sudah menghabiskan setengah pasta miliknya, menyeruput ice lemon yang menyegarkan tenggorokannya.
Putri tetap fokus dengan pasta miliknya, mengunyah pelan. Tatapannya datar, tidak bereaksi apapun.
"Apa kurang sesuatu?" Arsen bertanya lagi, mengharapkan pujian dari putri.
"Enak." sahut putri.
Dia terus menyantap pasta sampai titik terakhir, tidak tersisa sedikitpun. Dan berganti ke steak sapi.
Arsen ikut mengambil potongan kecil, menyuapi Clara.
"Aku sudah kenyang, kak!" Clara menutup mulut dengan tangannya, turun dari kursi dan duduk disofa, kembali bermain dengan bonekanya membiarkan putri dan Arsen berdua di meja makan.
"Kakak suapi saja putri salju!" teriak Clara.
Putri menghentikan suapannya, matanya bertatapan dengan Arsen, pria itu benar-benar akan menyuapinya? Tangan Arsen masih memegang sendok dengan potongan daging sapi, dia tidak ingin membuat Valent tidak nyaman.
Nyam..nyamm..
Akhirnya dia makan sendiri, dan membuang muka dari pandangan Valent.
Mereka sibuk sendiri dengan potongan daging sapi, Clara cekikikan karna melihat putri saljunya terlihat merona.
"Putri, aku mengantuk." Clara menguap dan merebahkan tubuhnya bersandar di sofa, beberapa menit kemudian langsung tertidur.
Arsen membereskan piring dan gelas bekas mereka makan malam. Dan menggendong Clara menuju kamarnya.
"Hmmm.. aku boleh tidur dengannya?" tanya putri, matanya tertuju ke arah Clara yang masih dalam gendongan Arsen.
"Gak apa-apa?"
Putri mengangguk, dan mengikuti Arsen masuk ke kamar Clara. Menyelimuti adik kesayangannya dan mencium keningnya.
"Night sweety.." Arsen menutup pintu, membiarkan putri berdua dengan adiknya.
Putri mendekati Clara dan mematikan lampu, menggantikan lampu tidur yang bercahaya remang. Dan ikut tertidur.
wushhhh....
Angin malam menyibakkan gorden kamar Arsen, dia segera menutup jendelanya dan mengecilkan volume AC.
"Tumben kenceng banget anginnya." ucap Arsen dalam hati.
Dia kembali ke tempat tidurnya, berusaha memejamkan mata meskipun tidak mengantuk sama sekali.
Ssrrttt...ttttrrrr...
"Suara apa itu?" Arsen kembali menyalakan lampu, dan keluar dari kamarnya. Melihat ke bawah barangkali orang tuanya pulang, tapi ternyata tidak ada siapapun.
'Sepertinya dari kamar Clara."
Ahhh! pintunya dikunci, Arsen kembali ke kamarnya, dan menuju balkon yang menyatu dengan kamar Clara.
Valent? kenapa gadis itu tergeletak di lantai?
Happ! Arsen melompati batas pagar balkon, dan langsung mendekati gadis yang terlihat kesakitan.
Hey! Putri menyadari Arsen yang sudah didepannya.
"Go away! Don't touch me, Arsen! Menyingkir!" Putri mundur, ini sudah biasa baginya, tubuhnya didatangi bayangan hitam yang hendak masuk ketubuhnya, suara rintihannya membuat arsen makin mendekatinya.
Duaakkk! Putri terjedot tembok dan langsung pingsan. Angin yang tadinya riuh mulai menjauhi tubuhnya, bagian lengan pakaiannya tersobek sedikit.
Arsen menggendong tubuh putri dan masuk ke kamar Clara, tapi dia takut membuat Clara tiba-tiba terbangun, krieettt ... mau tidak mau, Arsen membawa putri ke kamarnya.
Apa yang sebenarnya terjadi denganmu Valent?