Chereads / The Miracle Of Princess Jessica / Chapter 15 - Chapter 15

Chapter 15 - Chapter 15

Putri melepas ciumannya, kali ini dia berani menatap Arsen. Pria ini pasti bertanya kenapa putri menciumnya. Arsen mundur, dan memberi celah untuk putri keluar, suara Clara membuat mereka harus berhenti saling pandang. Putri bergegas keluar, dan menemui clara yang sudah memasang wajah cemberut.

"Putri salju, uhhhh kok ninggalin aku sendiri sih? Kak Arsen juga lama banget nyari aku!" bibir mungil Clara tidak berhenti menggerutu, putri mengelusnya dan mengajak Clara untuk keluar bermain ayunan.

Arsen menyentuh bibirnya yang masih basah, senyumnya terukir, perasaannya tiba-tiba jadi gak karuan, untuk beberapa saat, dirinya terbius ciuman gadis cantik yang sengaja menciumnya.

Dia melihat putri yang tengah bermain dengan Clara dari kejauhan, 'gadis ini membuatku mulai memperhatikannya'.

Arsen menyibukkan diri dengan membuatkan sarapan, kali ini dia memanggang roti dengan saus mentega dan selai.

Setelah 5 menit, sarapan simple sudah siap. Arsen menyerukan nama adiknya untuk menikmati sarapan yang dibuatnya.

"Putri salju, kak Arsen ngajak sarapan tuh!" Clara langsung beranjak dari ayunannya, menarik tangan putri untuk masuk.

Putri bahkan belum mempersiapkan diri untuk menghadapi Arsen, kali ini apakah pria itu akan membalasnya lagi perbuatannya barusan?

"Wah roti panggang kesukaanku!" Clara langsung menggigit ujung roti panggang dengan tambahan selai blueberry kesukaannya, dia juga sudah berhasil merampas roti milik Arsen.

Gadis kecil ini pasti sangat menyukai roti panggang buatan kakaknya.

"Nanti guru les Clara akan datang, kau bisa temani dia." jelas Arsen.

Dugaan putri benar, Clara tidak sekolah seperti yang lainnya. Dia gadis kecil yang kurang beruntung yang menikmati belajarnya dengan sistem homeschooling.

Biasanya, guru les privat Clara datang sekitar jam 10 hari jum'at dan sabtu, karna minggu weekend, gadis kecil itu ingin tetap libur seperti anak seusianya.

Arsen naik ke lantai 2 menuju kamarnya, tatapannya seperti tidak butuh penjelasan dari putri. Dan putri bisa bernapas lega karna Arsen bersikap seperti tidak terjadi apa pun.

Arsen sudah rapi dengan kemeja garis coklat, dan celana warna senada. Dia pamit ke rumah Robert.

Putri menatap sebentar kepergian arsen, dan sibuk kembali dengan roti panggangnya. 'enak'. Putri ingin terus menikmati sesi sarapan seperti ini, eh bukankah maksudnya hatinya mulai menaruh rasa pada Arsen?

"Putri, aku mau mandi. Bentar lagi guruku dateng, aku mau belajar." Clara tersenyum riang dan turun dari kursinya, bergegas menuju kamarnya. Putri menghabiskan susu coklat dan roti panggangnya, membereskan piring dan tak lupa mencucinya.

Ini pertama kali dia terjun ke dapur, sangat hati-hati sekali dia melakukannya.

"Selamat pagi Clara.." sapaan seorang wanita terdengar lembut dari arah luar, putri mengusap tangannya yang masih basah dan mendongak sebentar ke arah sumber suara.

Bukankah itu bu Emma? Dosen cantik di kampusnya? Bagaimana dia tahu rumah Arsen? Dan bahkan mengenal Clara.

"Bu Emma?" putri mendekati dosennya yang sudah duduk di sofa, dia terlihat kaget melihat mahasiswinya berada di rumah murid spesialnya.

"Jessica?" Bu Emma bangkit dari duduknya, pandangannya teralihkan dengan Clara yang sudah tampil cantik dengan setelan polkadot warna pink tua, rambutnya belum disisir, Clara terlihat antusias menyambut kedatangan Bu guru cantiknya.

"Bu guru cantik, kenalin..ini temannya kak Arsen, namanya Jessica Valeria Valent, tapi aku manggilnya putri salju." Clara menarik tangan putri, bu Emma tersenyum. Pura-pura tak mengenal putri.

"Hallo, saya Emma. guru les privat Clara." bu Emma mengulurkan tangan, dan putri menerima uluran tangan dosennya.

"Jessica." matanya penuh selidik pada dosen cantiknya.

Kenapa sering sekali bertemu dia tanpa sengaja? Audisi model, dan sekarang di rumah Arsen, pikir putri.

Clara langsung duduk di karpet bulu di bawah sofa, mengeluarkan peralatan belajarnya, putri merapikan rambut Clara dan mengucirnya, duduk dan mengamati proses belajar.

Bu Emma terlihat sangat akrab dengan Clara, padahal mereka baru bertemu seminggu yang lalu, menggantikan nyonya Grietta, nyokap Clara yang biasanya menemaninya belajar.

Putri pamit sebentar untuk mandi, dan sejak datang ke sini dia sama sekali belum mengeluarkan barang-barangnya, bahkan lupa mengisi batrei ponselnya.

'Bibi Helena'? Tumben nelfon..

Putri langsung mengabari bibinya, mengatakan dirinya baik-baik saja dan betah tinggal dirumah arsen.

"Putri, Nicholas memberi tahuku untuk mengajarimu berlatih lagi, dan sudah memberi banyak jadwal, putri masih harus mengasah kemampuan putri." suara Helena terdengar cemas, seperti mengetahui bahaya yang sedang mendekat.

"Bibi sakit?" tanya putri, suara helena terdengar lebih rendah dari biasanya.

"Ahhh, aku baik-baik saja putri, aku hanya merindukan putri." jawab Helena jujur.

Putri tersenyum mendengar pengakuan bibinya, dia juga rindu, bahkan juga rindu omma Olla.

Putri mengamati dirinya di cermin, siapa tahu bayangan kemarin muncul, dia ingin bertanya sesuatu.. tapi, setelah menunggu 10 menit bayangan itu belum muncul juga. Akhirnya, putri memutuskan untuk mandi.

Clara terlihat semangat mengerjakan soal-soal bu Emma, sesekali dosen cantiknya bermain tebak-tebakan untuk mencairkan suasana, dan Clara selalu berhasil menebak.

Bu Emma terlihat seperti wanita yang sangat pandai mengambil hati anak kecil, putri menyuguhkan cemilan dan minum untuk Clara dan dosen cantiknya.

Dia sudah nampak segar setelah mandi, mengamati Clara yang sesekali tersenyum riang ke arahnya.

Putri membaca koran lawas di bawah meja, berusaha tidak mengganggu sesi belajar Clara, meskipun kadang matanya tak sengaja bertatapan dengan bu Emma.

Tak terasa sudah pukul 12.00, Arsen belum pulang dan bu Emma pamit. Clara melambaikan tangannya, mengucapkan see you again Mrs. Emma, and thank you. Putri merengkuh bahu Clara, dan berjongkok di depannya.

"Clara mau nggak nemenin putri pulang ke rumah putri?"

Clara masih sibuk menghabiskan biskuit coklatnya, dia menggangguk-angguk, tidak bertanya rumah putri saljunya di mana. Putri memberi tahu satpam dan mereka dijemput paman Aron.

"Paman ini siapanya putri salju?" bisik Clara, sedikit takut dengan badan kekar paman Aron.

"Aku ayah putri gadis kecil." suara paman terdengar tegas, dan kaku. Dia menyodorkan sekotak permen warna-warni yang membuat Clara mulai melunak, dan sudah berani menatap paman Aron yang tersenyum kepadanya.

Omma Olla pasti belum mengajari paman Aron untuk adaptasi, hufft...keluh putri.

Sampai di rumah putri, Clara langsung berlari-lari kecil, antusias melihat luasnya halaman depan, putri mengajaknya masuk, di ikuti paman Aron.

Bibi Helena menyambut Clara dengan senang, sudah lama tidak melihat anak kecil sejak di bumi.

Pelayan langsung menyajikan berbagai makanan yang membuat Clara terkesiap. Matanya terbelalak dengan meja yang penuh dengan makanan kesukaannya.

Nasi dengan balutan wortel panggang puff pastry, ayam goreng saus brokoli, puding strawberry, teriyaki, dessert, dan masih banyak lagi.

"Putri salju, ini semua untuk Clara?" tanya Clara dengan semangat.

Putri mengangguk, Clara sudah sibuk menyendok puding strawberry, bibi Helena membantu Clara memotong  bagian puding menjadi potongan kecil, agar mudah untuk Clara mengunyahnya.

Putri menghampiri paman Aron yang terlihat ingin menyampaikan sesuatu.

"Apa terjadi sesuatu paman Aron?" selidik putri. Paman Aron menyodorkan surat kerajaan. Putri tahu, ini pasti dari raja.

Putri serius membaca surat perintah raja, dia menatap Clara dari kejauhan. Seperti tatapan khawatir.