"Bagaimana perkembangan putri Jessica dibumi barlin?" tanya raja Arthur lantang.
"Putri baik-baik saja baginda, namun sepertinya putri sedang dekat seorang pria." timpal Barlin.
Raja Arthur terkekeh, baginya itu hal yang biasa karena putri Jessica memang sering jadi pembicaraan keturunan bangsawan, dan kerajaan di elemen lain.
"Utus Pangeran Alaska menghadapku!" seru Raja.
Barlin langsung memberi hormat dan bergegas menuju tempat latihan pangeran Angkasa dan Alaska.
"Pangeran Alaska, anda dipanggil sang baginda di ruangannya." terang Barlin.
Pangeran Alaska dan Angkasa beradu pandang, kenapa hanya salah satu di antara mereka yang disuruh menghadap raja, biasanya mereka selalu bersama saat menghadap raja.
Angkasa tak memusingkan hal itu dan melanjutkan sesi latihan memanah jarak jauh, mata elangnya selalu tepat mengenai sasaran.
Alaska masuk keruangan Ayahnya, dan terlihat sang raja yang tengah duduk menunggunya.
"Ahh, maaf mengganggu latihanmu pangeran." Raja Arthur berjalan ke arah putranya, dan merengkuh bahu alaska saat putranya hendak memberi hormat.
"Ada perlu apa baginda memanggilku?" Alaska bertanya dengan penasaran.
"Kau tidak rindu adikmu?" tanya raja.
Tentu saja alaska rindu, putri Jessica sangat dekat dengannya dan sering mengganggunya saat berlatih ataupun saat tidur.
"Sudah pasti saya merindukannya Ayah, sudah lama sekali saya dan Angkasa tidak bertemu putri, apakah dia baik-baik saja?" sela alaska.
Raja mengangguk mantap dengan sedikit senyum, alaska juga ikut tersenyum mendengar kabar adiknya yang sudah lama tidak bertemu.
Sebenarnya, mudah baginya dan Angkasa untuk menyusul putri, tapi dia tak akan pergi atas kemauannya sendiri.
Baginya, seorang pangeran harus bersikap seperti pangeran, patuh pada perintah Raja.
"Aku ingin kau menjenguk putri sebentar pangeran." pinta raja.
Alaska terkesiap mendengar ucapan sang raja, kenapa hanya dirinya yang turun ke bumi? Dan tidak memerintahkan Angkasa juga.
Alaska tidak bisa bertanya kegusaran di hatinya, pantang bagi seorang pangeran meminta raja untuk mengikuti kemauannya, meskipun hubungan mereka adalah Ayah dan anak.
Alaska hanya diam dan menahan pertanyaannya sendiri, mungkin nanti tuan barlin akan memberi tahu alasan sang raja.
"Angkasa tidak bisa ikut, karna dia harus menghadiri undangan makan malam kerajaan Bulan, mewakilkanku. Aku harus menunggu bundamu, kata tabib Xiao ryin semalam tangan sang ratu sedikit bergerak." jelas Raja Arthur, seakan mengerti pertanyaan di benak putranya.
***
Putri membaca surat dari Raja, dan melipatnya kembali. Tatapannya terarah pada Clara dengan penuh khawatir. Sepertinya dirinya tak bisa menepati janji untuk menjaga Clara.
"Putri salju ayo makan!" seru Clara. Gadis kecil itu masih sibuk dengan teriyaki kesukaannya, Helena terus menyuapinya, dia gadis yang ceria dan menyenangkan bagi Helena.
Putri ikut bergabung dan mengambil piring, mulai menyendok puding yang bertekstur kenyal.
"Nanti putri pergi ke rumah pria itu lagi?" selidik Helena.
Putri mengangguk, bangkit dan menengok sebentar ke kamarnya, mencharger ponselnya yang sedari tadi belum terisi.
Clara sudah menyusulnya dan terkesima dengan kamar putri saljunya yang penuh dengan baju mahal dan koleksi tas warna-warni.
"Wahhhh putri salju, gaunmu sangat bagus-bagus, sepatu, tas, parfum.." Clara menyebutkan barang-barang koleksi putri.
Tentu saja, putri adalah ratu belanja, dia jarang memakai baju lebih dari 3 kali, begitu dengan tas dan sepatu, high heels, bahkan mobilnya selalu ganti dengan mobil terbaru yang baru diluncurkan.
Putri mengambil syal bulu warna nude dan mengalungkannya dileher Clara, gadis kecil itu tersenyum riang dan memeluk putri.
Putri duduk di tepi tempat tidurnya, membiarkan Clara berputar-putar bercermin di cermin besar.
Arsen menelpon menanyakan keadaan mereka berdua. Dan bilang akan menyusul. Putri menarik nafas panjang, merebahkan tubuhnya sejenak, rindu dengan tempat tidurnya padahal baru berpisah semalam.
Dia ingat dengan Arsen yang semalam sibuk mengusap wajahnya, karena tidak ingin ketahuan dirinya sudah sadar, putri pura-pura tidur dan membiarkan pria itu terus terjaga semalaman.
Suara omma Olla terdengar lantang dari luar, rumah seluas 850 m² itu terasa lebih hidup karna kedatangan ommanya yang pulang dari butik.
Putri bangkit dan keluar dari kamarnya, diikuti clara, langsung memeluk Olla yang sedang duduk disofa.
"Eh, baru sehari berpisah sudah kangen putri?" ejek Olla.
Putri hanya terkekeh dan mengelus rambut Clara yang bersembunyi di balik punggungnya.
"Eh siapa ini putri?" tanya Olla, dan berjongkok di depan gadis kecil yang lebih dulu mengulurkan tangan. 'Anak pintar' batin putri.
"Clara Kalau anda tante?" Clara terlihat berani.
"Call me Omma Olla, Baby!" seru Olla, merasa senang dipanggil tante dan mencubit pipi Clara gemas.
***
Pangeran Alaska masih bercermin sekali lagi, memastikan wajah tampannya akan membuat adiknya pangling, Angkasa hanya melihat kembarannya dengan ekspresi malas, dan sedikit cemburu karna tidak bisa melihat bumi yang sering diceritakan oleh para bangsawan.
"Kamu harus janji, jangan pamer ketampananmu dengan wanita di sana Alaska!" seru Angkasa.
"Eh! Ini aset berharga yang tidak boleh di sia-siakan, Angkasa. Aku bosan dengan putri kerajaan ataupun ratu muda di langit dan luar angkasa, tidak pernah sekalipun memujiku, aku bahkan lebih tampan darimu asal kamu tahu!" elak Alaska.
Angkasa hanya tersenyum sinis, dan melanjutkan menulis surat untuk sang putri, hanya itu yang bisa dia berikan. Ya, terkadang dia masih berhubungan dengan cara telepati dan mimpi.
Alaska merangkul bahu saudara kembarnya, sebenarnya dia tidak tega dengan Angkasa tapi keputusan raja adalah yang utama.
Alaska berkonsentrasi penuh untuk menghubungi Nicholas, hanya Nicholas yang bisa menghubungkan setiap elemen, dan pintu masuk portal dunia lain.
Nicholas muncul dan langsung memberi hormat, dia sudah tahu rencana raja mengirim Pangeran Alaska ke bumi, untuk melatih kemampuan putri, dan sedikit mentransfer kekuatan pengintainya.
Nicholas juga menyapa pangeran Angkasa dan sedikit memeluk pangeran yang dulu sempat berlatih kepadanya, Angkasa adalah pangeran yang sikapnya cenderung diam dan tidak pernah bolos latihan, beda dengan Alaska yang kadang bandel mengintip para wanita bangsawan yang berkuda, jiwa fuckboy nya bahkan menjadi kebanggaan yang akan dibawanya ke bumi.
Bayangan hitam membentuk lingkaran semakin membesar, persis saat Nicholas mengantar putri Jessica turun kebumi, angkasa hampir menangis melihat kembarannya makin hilang dan hanya terlihat kakinya saja, sekejap saja bayangan itu mulai lenyap, menyisakan ruangan kamar Alaska lengang.
'Ahh sial, padahal biasanya aku terbiasa dengan Alaska yang pergi tiba-tiba' menyeka air matanya yang hampir menetes, Alaska pasti menertawakannya jika cengeng begini.
Pangeran Alaska sudah sampai di depan rumah besar yang berinterior kaca, alaska berusaha menghilangkan kekagumannya melihat rumah yang berbeda 100 ° dengan kerajaan langit, tidak ada lonceng di pintu masuk, lantainya licin, penuh dengan benda yang belum pernah dilihatnya.
Ting. Nicholas memencet bel, tentu saja a
Alaska kaget dengan bunyi itu, jadi di bumi tidak ada lonceng keemasan, hanya menekan benda yang biasa menimbulkan suara.
Benda berjalan masuk ke halaman rumah putri, Arsen turun dan mengkerutkan dahi, melihat 2 pria yang sedikit berlebihan dalam berpakaian.
Alaska menatapnya dengan teliti, dan tidak tahu kenapa pria yang lebih muda darinya turun dari benda yang bisa berjalan? Apa pria ini makhluk luar angkasa? Pikir Alaska.
"Maaf, kau siapa?" tanya Arsen tanpa basa-basi.
Nicholas yang sudah mengenali pria ini sedikit terkejut dengan keberanian Arsen yang to the point menyapa pangerannya.
"Aku Alaska Artha Vallinzky." jawab Alaska dengan alis terangkat.
Pintu terbuka, Helena melongo melihat kedatangan pangeran Alaska, dan langsung berteriak memanggil tuan putri. Putri langsung berlari dan memeluk kakaknya yang sudah lama sekali tidak bertemu.
"Miss youuuuuu... Kak." seru putri, membuat Arsen menelan ludah karena mengira Alaska adalah salah satu pria yang menyukai putri.