Chereads / The Miracle Of Princess Jessica / Chapter 20 - Chapter 20

Chapter 20 - Chapter 20

Desa Shakan memang terlihat lebih asri. Bahkan putri meyakini tidak ada teknologi di sini, hanya ada penerangan dari sorot lampu buatan tangan manusia. Beberapa dari penduduk seakan awas mengamati mereka. Tentu saja, kulit putri memang selalu nampak putih setingkat daripada yang lain, dia sering dijuluki princess of milk lantaran memiliki kulit seputih susu layaknya penduduk Korea.

"Itu dia, Nicholas. Awas saja!"

Nicholas melambaikan tangan, tapi dia paham tatapan Aron sangat kesal. Apalagi merasa dikerjai selama berjam-jam. Mungkin nanti alangkah baiknya mereka berenam tidak memisah.

"Maaf. Bukan maksudku membohongimu, hanya saja si tua Olla terusan merengek karena punggungnya sakit. Aku tidak kuasa melihat penderitaannya dan tidak mau repot-repot menggendongnya."

Kalau bukan karena Olla, Aron pasti sudah mengajak duel Nichol. Dari semua wanita yang pernah ditemuinya, hanya Olla saja yang sangat cerewet kepadanya.

Karena masing-masing lapar, akhirnya Putri ikut nimbrung dan memesan. Tidak ada spagheti, salmon, iga domba di sini. Hanya ada minuman herbal dan juga ubi-ubian berukuran jumbo.

"Aku sih apa saja asalkan perutku kenyang. Kurasa makanan di bumi jauh lebih baik dari segi bentuk dan aromanya. Meskipun terlihat mengesankan saat di rumahmu, Jes."

Alaska pun ikut menyerobot apa yang sudah dipesan Aron. Mereka selalu saja bertengkar satu sama lain. Padahal, saat di Kerajaan langit Alaska tidak pernah bersikap kekanak-kanakkan.

Hanya Helena saja yang sejak tadi banyak diam. Dia memang banyak khawatirnya lantaran banyak sekali tanda-tanda kalau Audrey akan segera muncul.

Meskipun dia adalah petarung dan penyembuh, tetap saja Helena tahu seberapa hebat Audrey dalam berubah wujud. Bisa saja salah satu di antara penduduk adalah Audrey bukan?

"Bagaimana rasanya mencicipi bangku kuliah, Jes?"

"Biasa saja. Aku selalu pandai dalam segala bidang, apakah kamu berminat untuk menyamaiku? Ada banyak sekali job yang bisa kamu lakukan di bumi nanti setelah misi kita selesai."

"Job?"

"Yeah, pekerjaan. Aku kadang mengisi waktu luang dengan melakukan pemotretan. Apalagi kak Alaska kan tampan, pasti banyak agensi yang menawarkan banyak job padamu, Kak."

Dipuji terlalu tinggi membuat Alaska sombong. Tidak ada yang gagal dari produk Raja Arthur dan bibi Margaretha. Alaska selalu dijunjung tinggi saat rapat istana, dan Angkasa pun tak luput dari pujian memanahnya.

"Kalian dari suku mana? Sepertinya tidak ada benda apa pun di saku baju kalian. Apakah kalian datang dari antah berantah yang jauh?" tanya seorang pemuda dengan pakaian kumalnya.

Nichol mengedikkan mata, mulai memahami situasi. Tidak boleh menunjukkan identitas. Meskipun kekuatannya terbilang hebat, tapi asalkan tidak diganggu Nichol akan tetap bersikap baik.

"Kami dari suku Zagari bagian timur."

"Wah, cukup jauh. Apa di sana sedang musim gandum?"

"Kurasa iya. Kami adalah petualang, sayang sekali jarang pulang ke bilik jadi kurang tahu, maaf."

Pemuda itu memperkenalkan diri, namanya Ladu. Mendadak menceritakan keluh kesah di desa Shakan yang sering berpindah-pindah lantaran mendapat serangan dari cacing tanah raksasa.

Tidak tahu sebabnya apa, tapi Shakan sudah lebih dari 4 kali berpindah tempat. Banyak perbukitan yang dihancurkan seketika oleh cacing-cacing raksasa.

"Padahal kami sama sekali tidak menganggu habitat mereka tapi tetap saja mengikuti. Mungkin tak lama lagi kami akan pindah. Kalian hati-hatilah karena cacing itu suka menggigit kaki."

Jujur, Helena sangat tidak suka hebat melata apalagi cacing. Membayangkannya saja sudah merinding. Sedangkan Aron mulai melakukan tugas detektifnya, kepalanya seakan muncul antena dan mulai memeriksa keadaan sekitar. Sesebal apa pun Aron terhadap Alaska, dia tetap harus menjaga putra mahkota dan juga putri.

Mendadak, seperti yang barusan Ladu katakan. Aron memperingati kalau ada sesuatu yang bergerak dari bawah tanah. Pantas saja penduduk Shakan rata-rata memakai sepatu dengan kualitas super demi menghindar dari serangan cacing-cacing raksasa itu.

"Hindar!" ucap salah seorang penduduk lain.

Jessica cepat-cepat melompat ke atap kedai. Dia yakin sekali bagian kerah bajunya robek. Meskipun memakai pakaian yang ajaib, tapi tetap saja tidak bisa menghindar.

Melindungi adiknya, Alaska bergerak maju lebih awal. Mengeluarkan benda kecil namun bisa merobek apa saja yang ada di sampingnya.

Semua orang berkuasa untuk melawan. Cacing-cacing itu ternyata bukan kawanan banyak. Hanya satu tapi berkepala lebih dari tiga.

"Bibi, sebaiknya kau berada di belakangku."

"Tapi putri."

"Tak apa, Bi. Aku sangat tahu kau ingin muntah melihat mereka bukan?"

Kalah cepat, kaki Olla terjepit. Dia memang paling payah dalam urusan berlari. Dengan sekuat tenaga Aron memukul perut cacing, Olla bisa melepaskan diri dan Nichol bergegas membawa Olla pada ketinggian.

"Jangan mencoba turun. Tunggu saja di sini."

"Ba-baiklah."

Aron dan Alaska bergantian menyerang. Membuat kepala salah satu cacing cidera. Alaska harus pandai membuat kepala aslinya terluka parah.

Banyak sekali penduduk yang melempari cacing itu kayu dan benda tajam lainnya. Desa Shakan memang kurang pandai berkelahi, mereka lebih cerdik menyamar ataupun bersembunyi.

Sepertinya cacing itu tidak sembarangan memberontak, pasti ada alasan kenapa sampai sekarang Shakan menjadi target kemarahan cacing itu. Putri akhirnya mendekat, harus sebisa mungkin mengetahui sebenarnya apa yang terjadi.

Dengan sengaja, dia menaburkan salah satu permata yang berasal dari tubuhnya. Cacing itu berbelok ke arah putri, bukan hendak marah tapi mengadu.

Hampir saja Aron dan Alaska membelah cacing itu menjadi dua, tapi Olla tahu putri sedang menggunakan teknik bicara pada alam.

"Aku mencari telur-telurku, putri." Sahut mereka.

Ada telur-telur yang diambil oleh salah satu penduduk Shakan. Dan akhirnya Nichol menanyai siapakah orang yang sudah melakukannya, karena Aron adalah pengintai terbaik, dia menyelidik satu persatu, tapi sayang sekali pria itu sudah pergi beberapa jam yang lalu.

***

Meskipun wujud Alaska sekarang adalah Jessica, tapi dia berusaha untuk menunjukkan ketidaksukannya terhadap Arsen. Ya, pria itu sejak tadi terus melemparkan pertanyaan aneh kepadanya.

"Aku heran, alasan paling logis kamu datang ke dunia itu apa? Apakah kamu mencari tumbal? Atau kamu ingin merubah diri bereksperimen?"

"Aku tidak tahu kamu membicarakan apa. Lebih baik kita ke kampus saja."

Arsen menghabiskan sarapannya. Meskipun dia ingin sekali berangkat ke kampus dengan gadis itu, tapi sepertinya tidak bisa demi merendahkan gosip di kampus.

Jangan sampai kehidupan Valent keganggu lantaran banyak yang tidak suka gadis itu didekati Arsen. Walaupun sebenarnya Arsen sangat penasaran tentang kehidupan Valent.

"Nanti aku akan pesankan kamu taksi. Karena kamu menolak memakai mobilku. Jadi ya, terserah. Sampai jumpa di kampus, lady."

Masih terdiam dengan kepergian Arsen. Harus berapa lama lagi Alaska berpura-pura menjadi Jessica? Dia sudah tidak tahan berhadapan dengan pria yang sok kecakepan itu. Di manapun, kapanpun! Hah, menyebalkan!