Chereads / The Miracle Of Princess Jessica / Chapter 14 - Chapter 14

Chapter 14 - Chapter 14

Arsen membaringkan putri di tempat tidurnya, dan kini dia berada di samping putri. Gadis ini terlihat sangat ketakutan tadi. Sebenarnya apa yang membuatnya ketakutan?

Arsen tetap berperang sendiri dengan pikirannya, bolak balik ke kamar Clara dan gadis cantik di kamarnya.

'Gak usah ikut ngegym udah bisa nurunin berat badan nih kayaknya' timpal Arsen dalam hati.

Raut wajah putri terlihat berbeda sekarang, tangannya dingin dan terlihat lelah sekali. Apa dia kecapekan mengurusi Clara? dia bahkan belum melakukan tugasnya.

Arsen terus mengusap keringat di wajah putri. Sesekali dia membasahi kening sang putri dengan handuk yang dibahasi air hangat, badannya dingin tapi kenapa suhu badannya tinggi. Aneh bagi Arsen, apa Valent adalah gadis suku eskimo?

Hampir 2 jam putri tidak bangun, badannya pun tidak bergerak sama sekali. Gadis yang selalu terlihat kuat kini terbaring lemah di depannya.

'Kau bahkan cantik dalam keadaan seperti ini, Valent' ucap Arsen dalam hati.

Tangannya bergerak sedikit, dan tanpa sengaja menyentuh tangan Arsen yang berada didekatnya.

"Hei, kau butuh sesuatu?" tanya Arsen, putri tetap diam, masih memejamkan mata.

Arsen sama sekali tidak bisa tidur, terus menjaga putri dan bolak balik mengganti air panas untuk membasahi handuk.

'Ahhh capek juga' keluhnya.

Peluh membasahi kaosnya, dia tidak bisa menyalakan ac karna putri pasti kedinginan. Arsen ikut berbaring di samping putri, malam berlalu dengan cepat. Arsen terjaga sampai pukul 03.00 dan akhirnya ikut tertidur.

''Kak Arsen! Bangun! Kok malah tidur sama putri saljuku sih?" teriak Clara yang terus menggoyangkan badan Arsen, arsen hanya menguap sebentar dan tetap tertidur.

Mendengar teriakan Clara, membuat Putri kaget dengan dirinya yang berbaring di samping Arsen, apa yang terjadi dengannya? Kenapa bisa dia tertidur dengan pria ini?

"Putri salju semalem salah masuk kamar ya?" Clara masih mematung menatap putri yang terperanjat kaget mendapati dirinya yang tidur berdua dengan Arsen.

"Kita keluar dulu yuk sayang." putri mengajak Clara ke kamarnya, membasuh muka dan gosok gigi.

Clara duduk di kursi mini riasnya, menunggu putri salju yang masih membersihkan wajah.

"Kenapa aku bisa tidur di sampingnya?" tanya putri dalam hati, menghadap ke cermin.

Cranggg.. Cahaya putih keemasan muncul dari cermin di depannya. Putri menatap dirinya yang sama persis dengan bayangan yang ada di cermin.

"Kamu siapa?" tanya putri pada sosok yang mirip dirinya.

"Aku adalah dirimu putri." balas bayangan wajah putri.

"Lalu apa tujuanmu muncul di depanku?"

"Aku hanya memberi tahu bahwa Audrey sedang berada di dekatmu." timpal bayangan itu.

Srtt....cermin itu sudah kembali seperti semula, putri merasa aneh dengan ucapan bayangan dirinya tadi. Siapa Audrey? Apa nama penyihir itu adalah Audrey?

Putri keluar dari kamar mandi, dan Clara sudah tidak ada di kamarnya, dia turun kebawah untuk mencari Clara.

"Putri salju, sini!" Clara melambaikan tangan dengan wajah riang.

"Apa yang membuatmu sangat senang, sweety?" panggilan sweety yang biasa digunakan arsen membuat Clara mengerucutkan bibirnya.

"Putri gak boleh panggil aku gitu, kecuali putri salju pacarnya kak Arsen." gerutu Clara.

Clara sibuk dengan spidol warnanya, mencoret-coret sesuatu dan menggambar bunga.

Putri teringat semalam dirinya didatangi bayangan hitam, dan langsung keluar ke balkon. Takut membangunkan Clara, nafasnya tersengal, jantungnya terus berdetak cepat, pembuluh darahnya terasa mengalir lebih deras. Jadi, mungkinkah Arsen melihatnya lagi? Seperti pertemuan pertama mereka?

Arsen turun ke bawah, rambutnya masih awut-awutan karna ulah Cara. Dan tidak sadar penuh coretan spidol karya Clara yang memenuhi wajahnya.

"Kakak tumben udah bangun?" celetuk clara, menahan tawa karna sudah sering melakukannya.

"Kamu teriak-teriak terus sweety." sahut Arsen kesal, tidak melirik sedikit pun ke arah putri. Padahal puluhan pertanyaan tertanam di benaknya.

"Sebaiknya kamu cuci muka deh." usul putri. Dia juga menahan tawa sedari tadi.

Arsen langsung bergegas menuju kamar mandi, dan terdengar suara amukannya yang memaki-maki Clara.

"Putri salju, kita ngumpet yuk!" Clara sudah lebih dulu berlari naik ke lantai 2, mengunci pintu masuk kekamar ayah dan bundanya.

Putri yang celingukan hanya berjalan menuju pintu yang tertutup, dan ternyata ruangan yang dia masuki penuh dengan alat musik, mungkin tempat untuk latian bandnya Arsen.

Arsen yang selesai membersihkan wajahnya langsung meneriaki Clara, menyuruh clara untuk menerima hukuman meskipun Arsen tidak akan tega menghukumnya.

"Clara! Jangan sembunyi, atau kakak nggak akan buatin cupcake spesial buat kamu, kakak serius!." ancam Arsen.

Clara yang tahu kakaknya terdengar marah, tetap menutup kunci rapat, dia tidak yakin kakaknya tega melihat Clara merengek.

Arsen mencari di setiap sudut ruangan. Di belakang sofa, dibawah meja makan, di dapur mini, di kamar bibi, melihat keluar, bertanya ke satpam, tapi tidak menemukan Clara. Sengaja pura-pura mencari, agar Clara terhibur, sebenarnya arsen tahu Clara bersembunyi dimana.

'Valent juga menghilang?'

Arsen masih pura-pura sibuk mencari Clara dan juga putri, klik. Dia membuka ruangan latihannya. Melirik ke kiri kanan dan tersenyum.

Gadis itu bersembunyi di samping lemari besar tempat untuk menaruh gitar dan biolanya.

Arsen berjinjit agar tidak mengeluarkan suara langkah kaki, dia lupa putri memiliki kemampuan menghilang.

Happ!

Tangan Arsen sudah memegang tangan putri. Putri yang ketangkap basah terlihat kaget dengan Arsen yang berhasil menemukannya.

"Kamu bukannya mencari Clara, malah ketemunya aku?" tanya putri. Posisinya terjepit, kedua tangan Arsen sudah menahannya terpojok ketembok.

"Aku sering bermain petak umpet dengannya, dan biasanya dia ngumpet di kamar bunda." sahut Arsen.

"Kamu sengaja ngebuat aku ngumpet?" putri tetap tertahan tangan Arsen, padahal saat ini dia bisa saja menghilang.

"Kau sendiri yang ingin dicari olehku bukan?" ujar Arsen kepedean.

"Hah?" putri menyergitkan kening. Memahami maksud ucapan Arsen.

"Apa kamu ya . .ng mem. .bawaku semalam?" tanya putri dengan terbata-bata.

Arsen mengangguk.

"Maaf." lirih putri.

Arsen menurunkan tangan kirinya, memberi celah untuk putri bisa bergerak ataupun pergi. Karna putri tidak bergerak sedikitpun, Arsen merasa putri ingin menjelaskan kejadian semalam yang terjadi kepadanya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Arsen khawatir.

"Aku sering mengalami hal seperti tadi malam, sama saat kau memergokiku dulu, di belakang fakultas sains." sahut putri.

"Saat kau tidak sengaja menciumku?" putri mengangguk. Arsen masih belum paham maksud ucapan putri.

"Sebenarnya, siapa kau sebenarnya? Aku yakin kau bukan manusia biasa sepertiku." ucapan Arsen membuatnya menghela napas panjang, dia merasa sia-sia saja memberi tahu pria yang kini hanya berjarak 10 cm di depannya.

"Aku seorang putri." hanya ucapan itu yang bisa putri berikan, dia tidak bisa menjelaskan secara rinci, karena akan menimbulkan masalah.

"Putri kerajaan? Putri bangsawan? Atau Putri dongeng yang tidak sengaja datang ke masa depan?" Arsen terus bertanya tentang asal usul putri.

Putri membuang muka sebentar. Malas menjawab rentetan pertanyaan dari Arsen dan menatapnya lagi, matanya mengamati dengan teliti seluruh wajah Arsen.

Kelopak mata yang lentik, dagu yang terlihat pas untuk bentuk wajahnya, rahang yang kokoh, bibir yang selalu berwarna kecoklatan perpaduan sedikit warna pink, seperti memakai lip tint, hidung yang mancung sempurna, Arsen anggota STAR paling tampan menurut putri.

"Kau sedang menilai wajahku? Nilainya 100 bukan?" putri tersenyum sedikit, pria ini seperti membaca fikirannya.

"Aku dulu melakukannya dengan tidak sengaja, dan kali ini aku akan melakukannya dengan sengaja." lirih putri.

Arsen terdiam, bingung dengan ucapan putri barusan.

Tangan putri memegang kedua pipi arsen, mendekatkan wajah dan mencium bibir arsen dengan lembut, melupakan siapa dirinya, melupakan di mana dia sekarang, saat ini dia butuh kehangatan Arsen yang bisa membuat dirinya tenang.

Arsen yang kaget dengan serangan putri berusaha merengkuh pinggang putri, dan menyamai ritme ciuman gadis yang kini tiba-tiba menciumnya. Bukan lagi kecupan seperti dulu.