Chereads / The Miracle Of Princess Jessica / Chapter 12 - Chapter 12

Chapter 12 - Chapter 12

Babak ke dua audisi mengambil tema mom and child princess.

Putri terlihat anggun dengan gaun putih dan sarung tangan putih, rambutnya digulung dan menampilkan leher jenjangnya. Kali ini dia berpasangan dengan dosennya yang terlihat anggun dengan dress hitam yang bagian bawahnya mengembang, bu Emma sangat tinggi dan badannya ramping meskipun sudah hampir berumur kepala tiga.

Kakaknya Lyly saja langsung terpukau dengan kecantikannya, audisi kali ini adalah unjuk bakat dalam berpose. Aura wajah dingin putri sangat cocok berpasangan dengan bu Emma yang terlihat tajam dan menusuk.

Mereka berjalan dengan pelan, memutarkan badan, fokus ke kamera, melambaikan tangan, saling tatap sebentar. Seperti itu terus, sekitar 3 kali.

Lyly antusias memvideokan temannya yang luar biasa sempurna, kurang satu babak lagi pemilihan model remaja dan dewasa akan di putuskan. Dan yakin, putri dan bu Emma akan lolos, karena ekspresi mereka bisa dengan mudah mengikuti arahan kakaknya.

Dia tahu kakaknya sudah tertarik dengan pasangan yang serasi ini, karna tak jarang kakaknya Lyly tak sadar tidak berkedip saat melihat mereka tampil.

"Kamu tadi sangat hebat Jessica." puji dosennya.

Putri sedikit tersenyum dan mulai melepas anting dan hiasan dirambutnya, dia fokus ke cermin dan tegang seketika.

Dia berusaha tidak gusar, dan tenang. Sepertinya ucapan paman nichol memang benar.

"Bu, anda tinggal di mana?" tanya putri, kini menggeser kursi dan mengambil baju yang dia pakai sebelum ke studio audisi.

"Hanya 10 menit dari sini, tapi aku kurang hafal alamatnya. Maklum masih baru." jawab Emma santai.

Putri masih berusaha tenang, dan ingin segera menceritakan sesuatu yang dia lihat hari ini. Putri pamit ke Lyly dan melajukan mobilnya, ingin segera pulang dan mendiskusikan dengan bibi Helena dan omma Olla.

Fikirannya terbang entah ke mana, dan tidak sadar menabrak seseorang. Traaaaakkh!

Mobil putri agak keluar jalur jalan dan menepi, beruntung putri cepat-cepat banting setir dan dapat mengendalikan mobilnya, kalau tidak orang yang dia tabrak pasti sudah terlindas mobilnya. Dia keluar dari mobilnya dan kaget dengan seseorang yang ditabraknya.

"Lu punya mata gak sih?" bentak orang yang di tabrak putri.

Putri menunduk dan meminta maaf.

"Kau?" tunjuk pria yang sudah tak asing bagi putri.

"Kamu baik-baik saja?"

"Aku hampir kehilangan kakiku!"

"Maaf."

Putri mendekati Arsen yang terpental ke tanah, tangan dan kakinya sedikit tergores. Putri berusaha untuk membantunya bangun.

"Kau ingin melakukan sulap lagi?" Arsen tidak mengizinkan tangannya disentuh gadis yang aneh baginya.

"Aku hanya ingin membantumu agar tidak terluka." sahut putri.

"Antar aku ke rumahku."

"Tapi mobilku parah di bagian depan, aku akan memesan taksi untukmu." putri berusaha menelpon pusat pelayanan taksi terdekat. Tapi jalanan di sekitarnya terlihat sepi.

Ssttt..Arsen menarik ponsel putri, dan mematikan telpon.

"Aku sudah menelpon temanku. Dia akan mengantar kita." Arsen menahan ponsel putri, dia lupa berhadapan dengan siapa sekarang.

"Kita?" bingung putri.

Arsen mengangguk, dan tidak mengubbris pertanyaan gadis cantik didepannya. Matanya tertuju ke arah jalan, menunggu Sam yang datang menjemputnya.

"Aku bisa pulang sendiri." putri tidak ingin ikut dengan arsen kerumahnya.

"Aku terluka karna kau. Dan aku butuh pertanggung jawabanmu, Valent." ujar Arsen.

Putri menggerutu kesal dengan pria yang memaksanya ikut ke rumah pria itu. Sam datang dan melihat Arsen yang sudah melambaikan tangan kepadanya.

"Gadis itu?" pikir Sam saat melihat putri berdiri agak jauh dari Arsen.

"Cepat masuk." paksa Arsen sambil menarik lengan putri. Kalau saja tidak ada temannya Arsen, dia sudah membuat Arsen terpental lebih jauh.

Di mobil mereka tidak berbicara sepatah kata pun. Sam juga tidak berani bertanya, Lagipula nanti Arsen juga menjelaskan sendiri padanya.

Sampai di rumah Arsen, Sam hanya menatap mereka yang terus menyalahkan satu sama lain. Dia tidak menduga Arsen terlihat lebih cerewet dari biasanya.

"Kak Arsen?" suara anak kecil membuat Arsen dan putri harus berhenti berdebat. Clara mendekati Sam dan terlihat sudah akrab dengan Sam.

"Kak Sam." Sam mengelus gadis kecil berusia 8 tahun yang menatap putri dengan tatapan ingin tahu.

"Kak Arsen itu siapa?" Clara berbisik ke arsen padahal suaranya masih terdengar jelas.

"Hallo, aku Jessica." putri mengulurkan tangan ke gadis kecil yang menenteng boneka barbie di tangannya, dia masih terlihat takut dengan sosok putri.

"Dia gadis yang cantik seperti Clara, jangan takut." Sam mencoba mendekati Clara yang agak menjauh dari ruang tamu.

Arsen masuk ke arah dapur, dan meminta bibi menyiapkan minum.

"Aku harus pulang Arsen." putri terlihat lesu karna tidak bisa pergi begitu saja, meskipun dirinya bisa menghilang sekejap dari rumah Arsen.

"Kau harus membayar atas apa yang kau lakukan padaku." jawab Arsen dengan ketus.

"Aku harus melakukan apa?"

"Jadi penjaga adikku, Clara. sampai kakiku sembuh. Kau juga tahu kakiku belum sembuh karna luka yang sudah kau lihat kemarin bukan?"

Putri bersingut kesal karena Arsen gila! Dia tak pernah merawat anak kecil, dan memangnya arsen tidak punya orang tua yang bisa menemani adiknya.

"Aku bisa memberimu uang, berapa pun yang kau minta." putri berusaha negoisasi

"Aku juga punya uang, ayahku juga kaya, asal kau tahu Valent." balas Arsen.

Sam dan Clara yang sedari tadi berdiri melihat perdebatan mereka hanya diam dan menoleh ke putri dan Arsen saat mereka beradu mulut.

"Clara, mau kan dijaga sama kakak cantik ini, dia bisa membelikan seluruh istana barbie untuk Clara." Arsen merayu adiknya yang langsung tergoda begitu mendengar kata barbie.

Putri ingin meninju pria yang menguras emosinya, dia menahannya karna tidak ingin terlihat jahat di depan gadis kecil ini.

Clara mengangguk dan langsung menghampiri putri, tangan kecilnya menyentuh ujung hidung milik putri.

"Kak Jessica mirip banget sama putri salju." puji Clara yang mengamati seluruh bagian putri.

Sam mendekati temannya yang membuat ide gila seperti ini, Arsen hanya tertawa dan tidak terlihat menyesal. Lagipula, dia memang tidak bisa menjaga adiknya karna kakinya terasa seperti keseleo, belum lagi dengan luka akibat cairan asam sulfat.

Sam pulang dengan keheranan, meninggalkan Arsen dan gadis yang membuat Arsen menjadi lebih banyak bicara.

"Sam, mobil yang tadi ada saat lu jemput gue, bawain ke bengkel. Sama-sama pokoknya."

"Iya makasih Arsen." sahut Sam dengan pura-pura kesal.

Setelah kepergian Sam, bibi menyajikan jus jeruk untuk putri. Putri langsung meminumnya sekali teguk, Clara tersenyum lebar karena menganggap itu keren baginya.

"Aku memberimu waktu semalam untuk berfikir Valent, dan besok kau harus memberi jawaban, supirku akan mengantarmu pulang."

Arsen langsung naik ke atas, meninggalkan Clara dan putri yang menatap punggungnya.

"Kak Jessica, kok kak Arsen manggil kakak Valent?" tanya Clara yang mendongak ke wajah gadis yang menurutnya sangat cantik bagai barbie.

"Kalau Clara, pingin manggil kakak apa?" Putri mengelus rambut gadis kecil yang terlihat ingin dipangku olehnya.

"Aku ingin manggil kakak Caca."

Hening. Putri tertawa kecil, dia senang namanya berubah menjadi panggilan yang lucu.

Baiklah, aku akan menuruti kemauan Arsen. Kali ini saja, ucapnya dalam hati.