Chereads / The Miracle Of Princess Jessica / Chapter 8 - Chapter 8

Chapter 8 - Chapter 8

Tidak pernah terpikirkan sebelumnya, putri akan berurusan dengan pria yang kemaren melihatnya sedang berlatih mengumpulkan awan untuk membuat langit sedikit mendung, kesalahan fatal yang dia lakukan pasti ada hukumannya. Dan dia tinggal menunggu paman Nicholas datang dan memberi hukuman kepadanya.

Putri mengamati bibi Helena yang sudah bisa melihat video dari youtube. Meskipun terkadang dia sedikit kesulitan memahami bahasa mereka.

Yaahhh .. beruntungnya dia sering berlatih dengan Olla, setidaknya sudah mulai terbiasa dengan percakapan dasar.

"Apa yang akan kuterima dari kelalaianku kemaren?" pikirnya.

Putri memainkan air kolam yang terangkat lalu dijatuhkan lagi, perasaannya khawatir dengan konsekuensi yang akan dia terima.

Beberapa pembantu yang sibuk membersihkan rumah terlihat sesekali melirik sang putri yang menatap ikan-ikan yang berenang.

Omma Olla menghampiri putri, menyuruh salah satu pembantunya untuk membuatkan minuman peachy stawberry, pembantu-pembantu di sini datang dari kerajaan bawah tanah, atas utusan buyutnya.

Berjaga-jaga agar sang putri bebas melatih kekuatannya, dia hanya berguru pada bibi Helena, bertarung dengan pedang, berkuda dan memanah, pembantu-pembantu itu sudah menguasai bahasa bumi, karena mereka berasal dari tanah, dan akan pulang ke asalnya ketika bibi Helena menyuruh mereka kembali, berubah wujud, entah menjadi cacing, tikus tanah, kecoa, dan binatang yang memiliki sarang di dalam tanah.

"Apa yang sedang kamu pikirkan putri?"

Putri menatap sebentar omma Olla yang bersandar pada pintu kaca. Apa terlihat jelas bahwa dirinya tengah bimbang?

"Aku melakukan sebuah kesalahan omma." suaranya terdengar cemas, berharap omma Olla mengatakan sesuatu untuk menenangkan suasana hati putri.

"Kamu ketahuan oleh manusia di sini, putri?"

Putri menggeleng, dia menatap omma Olla sebentar, memainkan air lagi. Percakapan mereka terjeda saat pelayan menyajikan minum dan pergi lagi.

"Ada manusia yang tidak sengaja melihat kemampuanku." melanjutkan ucapannya, setelah melihat pelayannya sibuk kembali.

Omma Olla paham maksud putri, dia memejamkan matanya sebentar. Dan tiba-tiba menunjukan sebuah cahaya berbentuk bola bening diatas tangannya, bola bening itu memutarkan pertunjukan dimana titik kelemahan manusia adalah ingatan.

Putri mengamati bola sebesar genggaman tangannya, dia tidak tahu kalau omma Olla juga memiliki kekuatan.

"Buat manusia itu lupa putri, dan kamu harus lebih berhati-hati sekarang." omma Olla memperingati putri dengan lembut.

"Caranya omma?"

"Kamu harus membuatnya minum sesuatu yang akan dibawakan paman Nicholas untukmu besok, aku tadi menghubunginya dengan penghubung  elemen.

***

"Selamat malam putri." sapa paman Nicholas yang baru saja muncul di dekat perapian, dia berpindah dari dalam api. Dan mereka terlihat tidak heran sama sekali.

Putri terlihat agak takut dengan kedatangan paman Nicholas meskipun bibi Helena dan omma Olla bilang tidak akan ada yang terjadi padanya, tapi ini pertama kalinya dia membuat masalah dibumi.

"Aku tahu apa yang akan kamu bicarakan denganku putri, aku sudah tahu."

"Tenang saja, aku tidak akan menghukummu, lagi pula manusia itu pasti berfikir kamu sedang melakukan sulap bukan?"

Bagaimana paman Nicholas tau tentang apa yang difikirkan pria kemaren? Putri mendekati omma Olla dan berusaha mendengarkan perintah paman Nicholas.

"Aku sudah membuat manusia itu lupa putri, dan kamu tidak perlu bersusah payah memberinya minuman penghapus memory bukan? Efeknya terlalu fatal. Tapi dia akan ingat lagi jika melihat mu menunjukan kemampuannya." imbuhnya.

Putri bernafas lega dan mengucapkan banyak terima kasih pada paman Nicholas.

"Ahhh tapi ada kabar buruk putri."

Mereka berpandangan, bibi Helena sudah mendekat lebih dulu ke samping paman Nicholas, menanti kabar buruk apa yang akan terjadi.

"Sepertinya audrey, penyihir licik itu tau keturunan Raja Arthur turun ke bumi, dan mungkin saja dia sudah menyisir seluruh tempat di bumi untuk mencarimu, berhati-hatilah. Aku akan mengirim penjaga besok."

Putri tidak terlihat takut, seperti sudah siap untuk melawannya. Dia ingin segera melihat sang Ratu sembuh, dan pulang. Bumi bukanlah rumahnya, meskipun memang menyenangkan. Dia tidak peduli dengan apa yang terjadi nanti saat berhadapan dengan penyihir itu.

"Aku pamit dulu putri, Helen, Olla. Ah iyaa, pria yang menciummu tampan juga."

Paman Nicholas terkekeh dan wushhh, dia menghilang begitu masuk keperapian.

Omma Olla langsung mendekati putri, bertanya maksud dari kalimat terakhir Nicholas.

"Kamu sudah berciuman dengan seorang pria putri?" mata Olla terbelalak, dan menatap helena.

"Kamu sudah tahu?" Helena mengangguk.

"Ehhh, aku saja yang tidak tahu. Apa dia manusia yang kamu maksud heh?"

"Iya."

Olla bertepuk tangan, mengacungkan jempol dan tertawa keras sekali.

"Apa yang lucu omma?"

"Ahhh, bukan lucu tapi keren putri. Kamu belum ada setahun di sini dan sudah berciuman dengan makhluk di sini, bukankah pria itu sudah pasti sangat beruntung bukan?"

Putri tidak faham maksud Olla, dia berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Olla yang masih tertawa.

Dia memikirkan trik untuk menghadapi si penyihir licik, bukankah dia pintar menyamar? Dan pasti dia sudah menelusuri banyak tempat untuk mencari dirinya.

Dia belum menemukan cara menghadapi sang penyihir, dan akhirnya tertidur.

***

Putri melangkahkan kakinya masuk ke kelasnya, dan melihat teman-temannya membicarakan sesuatu yang terdengar serius

"Hai Jess, kamu tumben telat?" Kara mendekati putri dan menarik tangannya, menyuruhnya ikut bergabung dengan pembicaraan mereka.

"Apa?"

"Ada dosen cantik banget, put, katanya sih dosen kita, mata kuliah hukum tata negara, mayan kan...ada penyegaran biar gak boring karna dosennya cantik." jelas Kara.

Putri mengangguk paham dan mengeluarkan novel, membiarkan teman-temannya masih membicarakan dosen baru itu.

Dan benar, dosen baru itu memang cantik, 13 tahun lebih tua darinya. Tubuhnya sangat ramping, berkaca mata, dan tentu saja seluruh isi ruangan itu terpaku, dan putri mengakui kecantikannya.

Dosen cantik itu bernama Emma, baru saja lulus dari Universitas Oxford, Inggris. Suaranya lembut, dan penjelasannya mudah difahami, setelah bel berbunyi dia mengucapkan salam dan pergi dari ruangan kelas putri.

Putri bergegas keluar menuju perpustakaannya, tempat itu menjadi tempat favoritnya, Davina mengikutinya dan menolak ajakan teman-teman yang lain pergi ke kantin, diet katanya.

Putri berpapasan dengan Arsen dan Robert, Arsen tetap berjalan dengan santai. Benar kata paman Nicholas, Arsen sudah lupa dengan kejadian kemaren. Robert dan Davina heran menatap mereka yang sangat datar. Apa mereka lupa dengan kejadian di kantin? fikir Robert dan Davina.

Perpustakaan lumayan ramai, putri mencari tempat duduk dan menyepi dari banyak orang, membiarkan Davina yang mencari buku tentang percintaan.

Putri sudah sibuk dengan bacaannya, sesekali tangannya membuka halaman selanjutnya, dia membaca buku tentang tempat-tempat kuno, tempat yang terkenal sakti, ataupun penuh dengan ilmuwan. Siapa tahu penyihir itu pernah mengunjungi tempat itu.

Setelah matanya lelah membaca, dia mengajak Davina untuk kembali ke kelas. Tapi, dia seperti mendengar orang minta tolong. Jaraknya terdengar jauh, tapi pendengarannya sangat tajam. Putri bisa mendengar suara dalam jarak 100 m bahkan lebih. Dia pamit ke Davina untuk ke toilet sebentar.

Dan plop. Tubuhnya menghilang, dia sudah berada di ruangan yang gelap sekali, sepertinya laboratorium fakultas sains. Dan putri melihat sosok pria yang sepertinya ketumpahan cairan yang mengenai kakinya.

Pria itu adalah Arsen.

Dia mendekati pria itu, dia terlihat kesakitan.

Ahh! Tapi dia tidak boleh menunjukan kekuatannya lagi bukan? tapi Pria ini terlihat sangat kesakitan. Putri bingung harus bagaimana, dia bisa saja pergi meninggalkan Arsen.

Ahhh! Dia menatap Arsen lagi, dan akhirnya.

Plop. Putri membawa Arsen di atap kampusnya, dia melihat luka Arsen yang hampir melepuh, Putri memberikan sentuhan ajaib dibahu arsen, supaya pria itu lebih tenang.

Mata arsen terbuka, menatap putri.

"Ka.. kau?"

Putri menatapnya dengan tatapan datar.

"Kita bertemu lagi. Dan kuharap, kamu tidak mencoba memberi tahu apa yang barusan terjadi."